Halo! Masih ada yang nunggu cerita ini? 🤗
Happy reading!✨
---
Rangkaian dari acara peringatan ulang tahun sekolah sudah di mulai. Halaman dan lapangan sekolah begitu ramai oleh siswa-siswi Garuda dan juga anak-anak dari sekolah lain.
Bahkan tidak sedikit orang tua murid yang datang. Wali kelas dari setiap kelas memang memberikan undangan khusus kepada orang tua untuk menghadiri acara peringatan ulang tahun sekolah ini.
Adriel sedang duduk di dalam booth kelasnya. Bukan tanpa alasan, lelaki itu duduk disana karena ia bertugas menjaga booth kelasnya. Tim untuk menjaga booth di tentukan menurut absen. Adriel yang memegang nomor absen pertama harus rela duduk di dalam booth pada pagi hari, bersama dengan siswa di kelasnya yang mengisi nomor absen kedua.
Aldo Lefandi.
Sedari tadi Adriel hanya memainkan game di ponselnya, sedangkan Aldo yang duduk di pintu masuk booth tengah memandang Adriel dengan tatapan meremehkan. "Gimana? Babak belur lo kemarin udah bikin lo ngerti kalo jangan coba-coba nyari masalah sama gue?" Aldo membuka pembicaraan.
Adriel menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. "Enggak. Tapi udah cukup untuk buat gue ngerti kalau berantem sama lo," Adriel menjeda sebentar, "sama aja kayak berantem sana anak cewek."
"Lo mau mati ternyata," desis Aldo.
Adriel tidak menjawab lagi. Ia juga tidak peduli Aldo sedang menatapnya nyalang atau bahkan sedang bersiap-siap untuk menghajarnya. Ia tidak punya waktu untuk meladeni orang yang hanya bisa keroyokan seperti Aldo.
Beberapa kali ada orang yang masuk ke dalam booth kelas Adriel untuk melihat-lihat. Dan untung saja, Fira, ketua kelas XI MIPA 2 sigap menjadi pemandu untuk orang-orang itu karena ia tahu, baik Adriel dan Aldo tidak akan ada yang repot-repot mau bangun dari duduk mereka hanya untuk menjadi pemandu sekalipun itu tugas mereka.
Adriel yang selalu acuh tak acuh, dan Aldo yang emosian.
30 menit berlalu, akhirnya Adriel keluar dari booth kelasnya karena tim penjaga akan diganti setiap 30 menit.
Adriel melangkahkan kakinya menuju ke supermarket di depan sekolah untuk membeli minuman. Kantin di sekolahnya memang tutup karena sebenarnya hari ini bisa dihitung sebagai hari libur.
"Adriel!"
Mendengar suara itu, Adriel langsung menghentikan langkahnya, dengab kedua tangannya yang terkepal kuat-kuat hingga telapak tangannya memerah. Adriel mengenal dengan jelas suara itu.
Adriel menoleh ke arah asal suara, yang ternyata berasal dari tempat parkir. Disana, Hendra baru saja keluar dari mobilnya, dan sekarang sedang berjalan menuju Adriel.
"Papa nggak tahu kamu juga sekolah disini," kata Hendra, seakan tidak menyadari bagaimana nafas Adriel yang sudah menderu walaupun lelaki itu sudah berusaha terlihat tenang.
"Jangan pernah sebut diri anda Papa," balas Adriel, hampir berbisik dengan nada yang begitu mengintimidasi.
"Adriel, mau sampai kapan kamu begini?" tanya Hendra dengan nada meninggi, mulai marah dengan tingkah Adriel yang selalu saja menolak kehadirannya.
Hendra mengusap wajahnya, sadar bahwa nada tinggi yang ia pakai akan membuat Adriel semakin keras. "Mama kamu datang?"
"Bukan urusan anda," balas Adriel.
"Papa tebak jawabannya tidak," ucap Hendra, tidak memedulikan bagimana tatapan sarat kemarahan yang diberikan anaknya itu. "Kalau kamu mau, Papa bisa jadi wali kam---"

KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundere [Completed]
Ficção Adolescente[BAHASA] Tsundere (ツンデレ) is a Japanese term for a character development process that describes a person who is initially cold (and sometimes even hostile) before gradually showing a warmer, friendlier side over time. *** Kisah ini berawal dari Kana...