Ehm......
Nggak mau banyak bacot ah. Semoga nge-feel!🌟
Happy reading!✨
---
Bel pulang sekolah berbunyi mengisi seantero SMA Garuda yang diikuti bunyi riuh karena anak-anak yang berhamburan keluar, termasuk Adriel dan Kanaya. Setelah obrolan singkat Kanaya dan Adriel tadi, gadis itu kembali menjadi Kanaya yang biasanya; banyak bicara dan juga selalu tersenyum.
Adriel dan Kanaya melangkah menuju lahan parkir yang berada cukup jauh dari kelas mereka. Begitu keduanya sampai disana, Adriel menangkap siluet David yang tengah melangkah menyusuri koridor sembari membawa setumpuk buku paket. "Tunggu disini sebentar," adalah kalimat yang Adriel ucapkan kepada Kanaya sesaat setelah ia melihat David.
"Kamu mau kemana?"
"Toilet," balas Adriel cepat. Rasanya tidak mungkin jika Adriel memberitahu Kanaya bahwa ia akan menemui David.
Kanaya mengangguk. "Ya udah, cepetan tapi."
Adriel lalu melangkah cepat menyusuri koridor yang tadi dilintasi David, hingga ia melihat dari balik kaca pintu perpustakaan bahwa David tengah mengembalikan setumpuk buku yang pemuda itu tadi bawa kepada petugas perpustakaan.
Adriel memilih menunggu beberapa meter dari perpustakaan. Tak sampai 5 menit kemudian, David keluar dan langsung mendapati Adriel yang tengah menatapnya dengan wajah tak terkesan seperti biasa. "Ada yang mau gue omongin," katanya.
David menatap Adriel tak berminat. "Tapi gue nggak."
Adriel mengepalkan telapak tangannya yang berada di saku celananya. Cowok itu berjalan mendekati David lalu berujar dengan suara rendah. "Jangan main-main sama gue, anjing. Gue nggak segan-segan abisin lo disini."
David membuang nafas keras. "Apa lagi yang mau lo omongin, bajingan?"
Adriel menatap David sekilas, sebelum ia berbalik dan melangkah meninggalkan tempatnya, diikuti dengan David.
Adriel ternyata berjalan menuju area belakang sekolah yang selalu sepi. Tidak ada satu pun orang yang melintasi tempat ini membuat Adriel memilih tempat ini. Begitu mereka sampai disana, Adriel langsung mencengkram kerah seragam David dan mendorongnya ke arah pohon besar yang ada disana. "Kemarin lo ngomong apa sama Kanaya, bangsat?" bisik Adriel tepat di depan wajah David.
Bukannya merasa takut, David malah mendengus. Seharusnya ia sudah bisa menebak bahwa Adriel ingin membicarakan ini. "Gue ngomong apa ya, sama Kanaya..."
"Gue lagi nggak main-main," desis Adriel.
David menyingkirkan tangan Adriel dari kerahnya dengan satu gerakan kasar. "Kenapa? Takut kalau Kanaya sampai tau kalau sebenarnya lo nggak pernah cinta sama dia dan hanya menjadikan dia alat kemenangan lo?"
BUK!
Tepat setelah David selesai berbicara, Adriel langsung mendaratkan satu pukulan telak ke rahang laki-laki itu, membuat David hampir kehilangan keseimbangan. "Tutup mulut lo kalau lo nggak tahu apa-apa."
David langsung membalas dengan meninju sudut bibir Adriel membuat pemuda itu termundur beberapa langkah. "LO NGGAK PANTES DAPETIN KANAYA, ANJING! KANAYA CEWEK BAIK-BAIK. NGGAK PANTES DAPAT SAMPAH KAYAK LO!" Teriak David penuh emosi.
Salah satu sudut bibir Adriel terangkat walau terasa sakit saat ia melakukannya. "Lo iri? Karena selama bertahun-tahun lo suka sama dia, dia malah suka sama gue?"
David membenci rasa kemenangan di dalam suara Adriel. Tatapan Adriel yang begitu meremehkan membuat David merasa muak. "Ini bukan soal gue suka sama dia atau enggak. Tapi lo nggak bisa seenaknya melibatkan Kanaya dalam semua ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundere [Completed]
Fiksi Remaja[BAHASA] Tsundere (ツンデレ) is a Japanese term for a character development process that describes a person who is initially cold (and sometimes even hostile) before gradually showing a warmer, friendlier side over time. *** Kisah ini berawal dari Kana...