Happy Reading!✨
---
Adriel baru saja menyebut hari minggu ini adalah hari yang begitu indah karena tidak ada suara tape Kanaya yang menggelegar, sampai Iren mengetuk pintu kamarnya dari luar dan mengatakan bahwa ada teman sekolahnya yang menunggu di bawah.
Hal itu cukup membuat Adriel keheranan, pasalnya Adriel bisa memastikan bahwa tidak ada satu pun teman sekolahnya yang mengetahui rumahnya, selain Kanaya tentunya.
Setelah mencuci muka seadanya, Adriel turun dengan kaos hitam dan celana jeans panjang yang berfungsi dadakan menjadi piyama karena lelaki itu terlalu malas untuk berganti baju setelah menjemput Ibunya menggunakan mobil dari pesta semalam.
Adriel cukup terkejut saat mendapati bahwa teman sekolah yang Ibunya masuk adalah Aldo Lefandi. Wajah cowok itu masih memiliki luka di wajah dan tubuhnya, namun setidaknya jauh lebih baik dari minggu lalu saat Adriel menolongnya.
Aldo langsung mengeluarkan sesuatu dari balik jaket yang ia pakai saat menyadari kehadiran Adriel. Sebuah amplop coklat Aldo letakkan di atas meja kaca di ruang tamu Adriel.
"Thanks udah bayar administrasi gue. Gue ganti, nggak kurang kok," jelas Aldo tanpa diminta Adriel.
Adriel mengambil tempat di sofa yang berbeda dengan Aldo. "Nggak perlu."
"Gue nggak mau hutang budi sama lo."
Adriel hanya mengedikkan bahunya acuh tak acuh. Ia sebenarnya tak masalah jika Aldo tak mengganti uangnya, namun ia juga tak mau seakan merendahkan pemuda itu dengan menolak uang gantinya.
Lagi-lagi hanya hening yang menyelimuti ruang tamu yang di tempati Aldo dan Adriel, sampai suara seseorang memecahkan keheningan yang ada.
"Selamat pagi!" Suara Kanaya terdengar sebelum sosok gadis itu muncul memasuki rumah karena pintu yang tak di kunci.
Gadis itu menghentikan langkahnya begitu mendapati sosok Aldo yang tengah duduk di ruang tamu Adriel. Kanaya membulatkan matanya, tidak percaya bahwa yang ia lihat sekarang adalah Aldo Lefandi yang pernah baku hajar dengan Adriel tempo hari.
"Ngapain lo?" tanya Adriel dengan nada datar seperti biasa.
Kanaya mengangkat kantong plastik yang ia pegang di tangan kiri dan tangan kanannya. "Aku mau buat kue bareng Tante Iren."
Kemudian Kanaya mengalihkan pandangannya ke arah Aldo. "Terus lo ngapain disini? Eh, tunggu... Kok lo luka-luka?"
"Masalah anak cowok. Lo nggak usah tahu," balas Aldo dengan nada nyolot membuat Kanaya langsung bergidik. "Biasa aja, dong."
Bersamaan dengan itu, Iren muncul dari dapur. Wajahnya berseri mendapati Kanaya sudah datang. "Eh, Naya. Ayo langsung ke dapur aja." Kanaya mengangguk antusias, kemudian mengekori Iren menuju ke dapur.
"Gue mau mengulang pertanyaan Kanaya," ucap Adriel.
"Soal kenapa gue luka-luka?"
"Hm."
Aldo menatap tangannya yang diperban. "Pas gue mau ke sekolah, gue disergap anak-anak sekolah sebelah yang dulu pernah gue dan temen-temen gue lemparin sekolahnya. Dan lo udah bisa tebak endingnya."
Kemudian hening. Adriel tidak berniat menanggapi cerita Aldo, walau ia yang meminta cowok itu bercerita.
"Kanaya cewek lo?" tanya Aldo, memecah keheningan yang sudah cukup lama mengisi ruang diantara kedua pemuda itu.
"Bukan."
Diluar dugaan Adriel, Aldo tertawa remeh. "Pengecut juga lo kalo masalah nembak cewek."
![](https://img.wattpad.com/cover/114359214-288-k34770.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundere [Completed]
Novela Juvenil[BAHASA] Tsundere (ツンデレ) is a Japanese term for a character development process that describes a person who is initially cold (and sometimes even hostile) before gradually showing a warmer, friendlier side over time. *** Kisah ini berawal dari Kana...