45. Bandung

4.2K 448 27
                                    

Libur kenaikan kelas sudah tiba. Kanaya dan keluarganya pergi ke Bandung untuk menghabiskan liburan bersama dengan saudara yang lain di kota yang dijuluki kota kembang itu. Dimas bahkan mengambil cuti satu minggu agar dapat menghabiskan waktu dengan keluarganya.

Di pagi hari, banyak yang masih terlelap di dalam rumah, termasuk Kanaya. Rumah Oma Kanaya memang cukup besar dengan dua lantai dan memiliki banyak kamar untuk ditempati. Bangunannya khas rumah tua, namun tetap terlihat kokoh.

Ibu-ibu yang sudah bangun dari subuh sedang sibuk di dapur untuk memasak karena rencananya mereka semua akan makan siang bersama-sama.

"NAYAAAA!!! NAY!" Teriakan menggelegar milik Hana, sepupu Kanaya yang sedang duduk di teras menggema membangunkan Kanaya yang tidur di kamar lantai bawah dengan dua sepupunya.

Kanaya terbangun dan langsung menatap jamnya yang menunjukkan pukul 7. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum bangkit dari kasur dengan menggunakan sendal kelincinya. Piyama berwarna pastel dengan motif unicorn masih membalut tubuhnya.

"Kenapa sih, kak, teriak-teriak?" Tanya Kanaya dengan keadaan setengah sadar. Matanya tidak terbuka sepenuhnya saat ia berjalan mendekati pintu rumah yang terbuka lebar, hendak menghampiri Hana di teras.

"Ada yang nyariin, tuh," kata Hana sembari cekikikan, sebelum melenggang masuk ke dalam rumah. Ia sempat menyenggol siku Kanaya sekilas sebelum mempercepat langkahnya.

Kanaya mengernyit, sedikit berpikir bahwa Hana hanya bercanda, namun ia tetap meneruskan langkahnya hingga sampai di ambang pintu. Matanya membulat sempurna saat mendapati Adriel yang tengah berdiri di tangga teras.

"A-Adriel?!" Pekik Kanaya.

Adriel tersenyum. "Selamat pagi."

Kanaya tampak linglung. "Ini---bentar deh. Aduh... Kamu tau alamat rumah Oma darimana coba?" Adalah pertanyaan yang akhirnya Kanaya pilih untuk lontarkan dari sekian pertanyaan yang bermain di kepalanya.

Belum sempat Adriel menjawab, Dimas muncul dari dalam rumah. "Eh, Adriel. Om pikir kamu sorean datangnya."

Adriel tersenyum sopan, lalu menyalim punggung tangan Dimas. "Enggak om, saya berangkatnya dari sebelum subuh."

Dimas mengangguk paham. "Semalam Adriel telfon Ayah, nanyain alamat rumah Oma, katanya dia udah janji sama kamu mau datang."

Kanaya memandang Adriel dengan penuh tanda tanya, sedangkan Adriel hanya tersenyum kecil. "Adrielnya disuruh masuk, Kanaya. Masa dia berdiri aja disitu."

Dimas berjalan terlebih dahulu menuju ke ruang keluarga yang samar-samar sudah mulai ramai. Kanaya menarik tangan Adriel, "ayok masuk."

Saat melangkah menuju ke ruang keluarga, Kanaya berbisik. "Emang kamu pernah janji sama aku mau kesini?"

"Lo lupa? Waktu lo di Bandung kan gue bilang," balas Adriel membuat Kanaya kembali teringat saat Adriel berjanji akan ke Bandung untuk menemui keluarga besarnya. Diam-diam, pipi Kanaya menghangat. Ah, hatinya juga.

Seisi penghuni yang ada di ruang keluarga langsung saling pandang dan ada juga yang berdehem---berniat menganggu Kanaya---saat Adriel dan Kanaya memasuki ruangan. Tampaknya Hana sudah menyebarkan gosip karena beberapa sepupu Kanaya sudah mengerling usil ke arah Kanaya.

"Kanaya bawa siapa, nih?" Celetuk Naila, Adik sepupu Flo sambil tersenyum berniat menggoda Kanaya.

"Ini Tante, namanya Adriel, dia..."

"Saya Adriel, Tante, pacarnya Kanaya," jawab Adriel lugas. Adriel menyalim Oma Kanaya, juga beberapa saudara Flo yang ada disana. Dia juga melemparkan senyum hangat kepada sepupu-sepupu Kanaya.

Tsundere [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang