Apakah kalian siap? Wkwkwk😂
Tinggalkan komen tentang part ini yah selesai baca!🤗
Apapun itu. Mungkin kurang nge-feel, atau kurang baper atau apapun itu. Aku akan dengan senang hati membaca dan mengoreksi apa yang mungkin kurang dari ceritaku!💞
Seperti biasa,
Happy reading!✨
---
Hari demi hari berlalu, dan boleh Kanaya bilang bahwa ada perubahan sikap dari Adriel. Oh, kalau mengharapkan Adriel akan berbicara panjang lebar tentu saja jawabannya tidak. Cowok itu tetap merespon seadanya, atau bahkan tidak merespon, namun sekarang Kanaya sudah bisa merasa bahwa cowok itu lebih... Menganggap keberadaannya.
Adriel tidak lagi mengganggapu ucapannya adalah angin lalu, walau cowok itu tidak merespon, Kanaya tahu Adriel mendengarkannya.
Seperti sekarang, saat Adriel dan Kanaya sedang pergi ke supermarket karena Flo belum sempat berbelanja kebutuhan dapur, sedangkan ia harus pergi menemani Dimas ke acara salah satu rekan kerja Dimas.
Alhasil, Kanaya dimintai tolong untuk berbelanja di supermarket di depan kompleks. Gadis itu lalu mengajak Adriel yang tengah bersantai di ruang keluarga. Bahkan Kanaya butuh waktu 15 menit hanya untuk merayu Adriel agar lelaki mau menemaninya.
"Lo nggak beli itu?" tanya Adriel yang tengah mendorong trolley belanja yang sudah setengah terisi. Kanaya mengikuti mata Adriel yang menuding ke rak berisikan keripik kentang dengan merk kesukaan Kanaya.
"Eh, kok kamu tau aku suka itu?" tanya Kanaya dengan nada takjub yang tak bisa disembunyikan seraya mengambil 3 bungkus keripik sekaligus.
"Lo pernah cerita."
"Aku inget kok, kalau aku pernah cerita. Tapi kaget aja kalau ternyata kamu nyimak," kata Kanaya kemudian mulai mengambil barang-barang kebutuhan dapur yang sudah dicatat Flo sebelum ia pergi ke pesta. "Ck, ternyata diam-diam kamu udah mulai perhatiin aku."
"Gue cuma dengerin cerita lo," tukas Adriel, seakan tak mau membuat Kanaya berpikir lebih.
Kanaya menghentikan langkahnya, kemudian membalikkan tubuhnya "Aku tau perasaan kamu udah mulai berubah, Adriel."
"Kamu inget pertemuan pertama kita? Mulut kamu pedesnya nggak ada yang nandingin, kamu hampir nggak pernah ngerespon aku, tapi lama kelamaan kamu nggak sepedes dulu lagi dan seenggaknya kamu mau berlama-lama dengerin aku ngoceh enggak jelas," cecar Kanaya.
"Aku juga nggak bilang kamu suka sama aku, sih," sambung Kanaya. "Perasaan berubah yang aku maksud disini, well, kamu udah mulai memperhitungkan keberadaan aku."
"You look cute," kata Adriel tiba-tiba.
"Hng?" Itu respon spontan Kanaya. Ia bisa merasakan pipinya yang mendadak panas hanya karena tiga kata yang keluar dari bibir Adriel.
Adriel sendiri juga terkejut dengan kalimat yang baru saja ia keluarkan. Ia bukan orang yang senang memuji orang, apalagi dengan kata-kata seperti 'cute.' Namun satu kalimat barusan keluar dengan begitu natural dari mulutnya.
"You look cute." Adriel mengulang kalimatnya dengan lebih tegas sembari memperhatikan penampilan cewek itu. Rambut yang dicepol tinggi, baju kaus putih kebesaran dengan bawahan celana jeans pendek, dan juga sendal berwarna merah muda.
"Ma-makasih," balas Kanaya dengan terpatah-patah. Rona merah masih menghiasi pipinya ketika ia membalikkan tubuhnya untuk kembali membeli keperluan dapur, walau tujuan utamanya ia membalikkan tubuhnya adalah agar Adriel tidak bisa melihat warna merah merona yang merambat di pipinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundere [Completed]
Jugendliteratur[BAHASA] Tsundere (ツンデレ) is a Japanese term for a character development process that describes a person who is initially cold (and sometimes even hostile) before gradually showing a warmer, friendlier side over time. *** Kisah ini berawal dari Kana...