24. Musuh Bebuyutan

3K 479 14
                                    

Halo! Maaf ya baru update lagi. Sedang fokus UAS soalnya😊

Oh iya, aku baru aja publikasiin cerita baru. Pemerannya Jennie dan Kai. Akan aku lanjutin saat "Tsundere" menjelang tamat. Tapi nggak menutup kemungkinan juga aku akan update beberapa part awalnya aja.

Kalau mau lihat silahkan cek di profilku ya!

Happy reading! ✨

---

"Adriel," panggil Iren ditengah-tengah sarapan yang sedang ia lakukan bersama Adriel. Adriel seketika tertarik dari lamunannya, kemudian menatap ibunya. "Iya, Ma?" jawab Adriel di tengah-tengah kunyahannya.

"Kamu udah senyum-senyum yang ketiga kalinya loh." Perkataan Iren membuat Adriel langsung tersedak dengan makanan yang sedang ia telan. Cowok itu langsung meraih segelas air putih di samping piringnya, lalu meneguknya cepat-cepat.

Iren tertawa pelan. Dilihat dari reaksi Adriel, Iren makin yakin bahwa dugaannya tepat. "Kamu jatuh cinta?"

Adriel sempat menghentikan kunyahannya. "Mama ngomong apa, sih."

Adriel bukan orang yang ekspresif, itu sudah jelas. Jika lelaki itu senang, ia tidak pernah menunjukannya. Ia hanya tersenyum untuk mengisyaratkan suasana hatinya yang sedang baik. Dan jika ia sedih, lelaki itu hanya memasang wajah datarnya tanpa berkata apapun. Namun sebagai seorang Ibu yang membesarkan Adriel, tentu saja Iren bisa membaca sorot mata Adriel.

Iren sudah menduga-duga beberapa hari belakangan ini. Adriel seringkali tersenyum samar, hal yang sangat jarang di lakukan Adriel karena lelaki itu selalu memasang wajah tanpa ekspresi yang selalu memberikan kesan dingin kepada orang-orang disekitarnya, tak terkecuali Iren.

"Mama tau kamu, Adriel." Iren menatap Adriel dengan sorot keibuan yang begitu kentara. "Kamu nggak boleh bohongin diri kamu sendiri. Nggak usah terburu-terburu, tapi jangan buat dia menunggu."

Adriel hanya mengangguk tanpa kata. Lelaki itu meraih jaket denimnya, lalu berpamitan kepada Ibunya.

Dalam diamnya, Adriel diam-diam memikirkan sebuah rasa yang akhir-akhir ini menghantuinya setiap kali ia bersama Kanaya.

Tapi, Adriel tidak mau buru-buru memaknainya sebagai rasa yang biasanya muncul antara dua lawan jenis.

Karena di dalam benaknya, masih ada satu hal. Apakah ia benar-benar menyukai Kanaya, atau ia hanya ingin gadis itu di dekatnya hanya karena rasa butuh?

                                 ***

Adriel melajukan motornya dengan kelajuan cukup tinggi karena ia sedang melewati jalanan yang kosong. Matanya masih fokus menatap jalanan sampai seseorang yang berseragam SMA dengan warna merah yang merembes di seragamnya menarik perhatiannya.

Orang itu terkapar di pinggir trotoar, dan disampingnya, ada motor yang tampaknya tak asing untuk Adriel.

Oke, Adriel bukan seorang pahlawan atau orang yang selalu menolong sesama yang kesusahan. Tapi cowok itu tentu saja memiliki rasa kemanusiaan.

Itu yang membuat Adriel memilih meminggirkan motornya, padahal 5 menit lagi gerbang akan ditutup, dan SMA Garuda tidak memiliki toleransi untuk anak-anak yang terlambat.

Adriel turun dari motornya, lalu berjalan mendekati orang itu. Adriel cukup terkejut begitu mendapati bahwa orang yang seragamnya penuh darah itu adalah Aldo.

Awalnya Adriel berpikir Aldo tertabrak. Namun melihat motornya yang masih utuh tanpa lecet sedikitpun, juga luka lebam dan sayatan di lengannya, Adriel bisa memastikan bahwa Aldo baru saja beradu fisik.

Tsundere [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang