30. Kantin Sekolah

2.9K 430 28
                                    

Halo!

Mau tanya dikit dong🤗

Menurut kalian, apa sih yang menarik dari cerita ini?

Dan terima kasih buat kalian yang setia baca cerita ini!!💗💗

As always,

Happy reading!✨

---

Pelajaran sejarah yang seharusnya mengisi jam pertama di hari ini kosong karena Pak Rio yang berhalangan hadir. Akibatnya, kelas XI MIPA 2 terdengar begitu riuh hingga ditegur oleh guru yang tengah mengajar di kelas sebelah. Dan bahkan walau sudah ditegur, keheningan itu hanya akan bertahan kurang dari semenit, karena keributan akan kembali muncul, mulai dari anak perempuan yang sedang bergosip, Aldo yang memainkan gitar di pojok kelas, dan anak-anak cowok yang tengah sibuk melakukan mabar di ponsel masing-masing.

Pagi ini, Kanaya tidak sempat sarapan karena Flo yang tidak sempat membuat sarapan untuk dirinya dan Dimas. Akhirnya, Kanaya memilih menggunakan jam kosong ini untuk mengisi perutnya di kantin.

Dira sedang mengadakan rapat dengan ekskul dance, dan Adriel, Kanaya sudah bisa menebak jawaban laki-laki itu. Kanaya akhirnya memilih untuk pergi ke kantin sekolah seorang diri, menyusuri koridor yang begitu sepi membuat bunyi derap sepatunya begitu kentara di tengah sunyi yang ada.

Begitu ia menginjakkan kakinya di kantin, Kanaya langsung memesan semangkuk bakso dan es teh, lalu duduk di tempat yang ada ditengah kantin. Seluruh tempat di kantin ini kosong sehingga Kanaya leluasa memilih tempat dimana saja, padahal biasanya, bangku-bangku yang ada kantin ini akan langsung penuh begitu bel istirahat berbunyi.

Tidak butuh waktu lama untuk Kanaya menunggu pesanannya datang. Semangkuk bakso yang masih hangat, dan segelas es teh yang berembun di bagian luar.

Setelah mengucap seutas doa, gadis itu langsung memasukkan suapan pertama ke dalam mulutnya ditengah heningnya kantin yang kosong melompong karena tidak ada siapapun disana, kecual dirinya dan penjual-penjual di kantin.

Kursi di hadapannya di tarik, membuat Kanaya langsung mengangkat wajahnya hanya untuk mendapati David yang tengah duduk di hadapannya. Kanaya hampir saja tersedak, namun ia buru-buru menenggak es tehnya untuk memperlancar proses menelannya.

"Dave?!"

Ekspresi David terlihat biasa saja. Tidak sehangat dulu, atau sedingin akhir-akhir ini. Cara laki-laki itu memandang Kanaya seperti tengah mengamati sebuah objek penelitian.

"Lo makan aja dulu, gue bisa ngomong nanti," ucap David. Namun tentu saja Kanaya tidak bisa. Melihat sosok David di hadapannya sekarang, ada begitu banyak yang ingin dikatakan Kanaya. Namun semua kata-kata itu rasanya tersumbat di tenggorokannya, tanpa bisa ia utarakan.

"Dave, gu-gue nggak tau mau ngomong apa," balas Kanaya.

"Seharusnya memang begitu," sambung David. "Disini gue-lah yang harus ngomong."

Tanpa menunggu respon selanjutnya Kanaya, David berkata. "Maaf untuk yang kemarin-kemarin. Lo bener, seharusnya gue enggak pernah punya rasa sama lo."

Tapi jika ditanya, gue enggak menyesali keputusan gue memberitahu lo apa yang gue rasakan sebenarnya.

"Dan bodohnya, nggak seharusnya gue main tinggalin lo gitu aja tanpa ngasih penjelasan yang tepat," ucap David.

Kanaya yang semula hanya mampu terpaku, akhirnya membuka suara. "Dave, it's okay."

"Enggak, lo nggak bisa bilang kayak gitu sementara lo nangis karena gue," sela David cepat. Ucapan Dira masih saja tersangkut di kepalanya, ditambah kata-kata Fion yang juga ikut bermain di pikirannya.

Tsundere [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang