34. Dimulai

2.6K 402 13
                                        

Halo!

Semoga nggak bosan ya dengan cerita ini!🤗

Happy reading!✨

---

Langit sudah berwarna oranye ketika Adriel, Kanaya dan Aldo duduk di warung kecil di depan rumah sakit dan menikmati nasi goreng masing-masing.

Iya, bersama Aldo. Tadi Aldo datang menjenguk Iren setelah diberitahu Kanaya bahwa Adriel tengah menjaga ibunya yang tengah terbaring di Rumah Sakit.

Selang beberapa saat, Iren menyuruh Adriel untuk mengisi perutnya karena Iren tahu Adriel belum menyentuh makanan apapun sedari pagi. Pun Aldo memilih mengikuti Kanaya dan Adriel menuju ke warung di depan Rumah Sakit karena menurut Adriel, makanan yang disediakan kantin rumah sakit terasa hambar.

Jadi, disinilah Adriel. Duduk di samping Kanaya, dan menjadi pendengar pasif cerita seru gadis itu dengan Aldo. Sedari tadi, Aldo dan Kanaya asik bercerita tentang film romance klasik yang tidak Adriel mengerti sama sekali.

Adriel berdehem sekali, mencoba menyadarkan Aldo dan Kanaya bahwa ia ada disana. Cerita seru Aldo dan Kanaya terhenti, sebelum Aldo menggeser teh hangat milik Adriel ke arah pemiliknya, lalu kembali melanjutkan obrolannya dengan Kanaya.

"Kalian berdua cocok, ya," sela Adriel yang mulai jengah dan kesal. Kanaya menatap cowok itu bingung, sedangkan  Aldo terkekeh menanggapi kalimat sarkastik Adriel.

"Iya, nih. Gue ngerasa cocok sama Kanaya. Kayaknya gue harus ngajak Kanaya jalan deh, sekali-sekali," balas Aldo bermaksud menggoda Adriel. Adriel memasang wajah tak terkesannya seperti biasa, namun sorot mata cowok itu mengatakan bahwa ia seperti ingin menerjang Aldo detik itu juga.

"Waduh, santai dong bos," sambung Aldo  kemudian berdiri dari duduknya. "Gue cabut, ya."

Aldo lalu beranjak pergi setelah membayar makanannya. Bahkan cowok itu sempat mengedipkan matanya ke arah Kanaya, sebelum ia berlari keluar dari warung untuk menghindari Adriel yang sudah melemparkan tatapan tidak bersahabat.

Selepas kepergian Aldo, Kanaya mencondongkan tubuhnya ke arah Adriel dengan sebuah senyum di wajahnya. "Kamu cemburu, ya?"

Adriel memilih untuk tidak menanggapi pertanyaan Kanaya, namun justru menggerakkan tangannya untuk membersihkan sejentik noda di sudut bibir Kanaya. "Lo makan selalu belepotan, ya?"

Kanaya memasang cengiran di wajahnya. "Nggak pa-pa, biar kamu bersihin."

Adriel meraih tangan Kanaya ke dalam sebuah genggaman hangat dan erat, membuat Kanaya langsung menatap Adriel yang tengah menatapnya dengan lurus. "Listen to me carefully."

Kanaya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya sekalipun dari Adriel. "I love you, and i really mean it. I do, i really do."

Kanaya tidak bisa menahan senyumnya saat mendengar kalimat manis itu keluar dari bibir Adriel. "Aku mau denger lagi."

Adriel menggeleng, kemudian meraih teh hangatnya dan meneguknya sekali. "Nggak ada siaran ulang. Gue udah menyuruh lo untuk mendengarkannya sebaik mungkin."

"Aku mau denger lagi," pinta Kanaya sembari menarik ujung hoodie hitam yang dipakai Adriel, namun cowok itu tetap pada pendiriannya, dan justru bangun dari duduknya, kemudian membayar makanan miliknya dan Kanaya.

Adriel lalu mengalihkan pandangannya ke arah Kanaya yang masih duduk di bangku panjang dalam warung sembari memberengut. "Masih mau disitu?"

Kanaya mencebikkan bibirnya sebelum akhirnya melangkah keluar dan berjalan di samping Adriel.

Tsundere [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang