SMA Garuda hari ini ramai dengan satu bahan pembicaraan; Adriel. Hampir semua murid terutama siswi-siswi sedang membicarakan cowok yang sekarang sedang berada di ruang guru itu.
Bisik bisik terdengar sepanjang Adriel menyusuri koridor tadi untuk menuju ke ruang guru. Bahkan banyak anak-anak Garuda yang sudah berada di dalam kelas mengintip dari jendela untuk melihat perawakan anak baru yang sudah menjadi topik hangat dari kemarin itu.
Bagaimana tidak, Adriel dengan motor ninjanya sudah cukup menarik perhatian anak anak Garuda. Ditambah postur tinggi dan tegapnya, wajahnya yang dapat dikategorikan tampan cukup membuat siswi-siswi menahan nafas.
Beberapa menit setelah bel masuk berbunyi, Adriel baru keluar dari ruang guru dan menuju ke kelas barunya, 11 MIPA 2, diantarkan oleh wali kelasnya.
Kelas yang semula ricuh langsung tenang begitu Adriel masuk. "Anak-anak, kita kedatangan murid baru." Kemudian guru paruh baya itu menatap Adriel, "Ayok, perkenalkan diri kamu."
Adriel menghela nafas pelan. Sekali lagi, ia benci beradaptasi. Dengan seluruh pasang mata di kelas yang menatapnya, Adriel merasa sangat tidak nyaman.
"Gue Adriel Pratama. Kalian bisa panggil Adriel. Gue pindahan dari Surabaya."
Singkat, padat dan jelas.
Mata cowok itu mengedar di sekeliling kelas, tak memperdulikan betapa riuhnya kelas itu karena dirinya. Matanya berhenti pada seorang gadis yang menggunakan bandana biru. Itu Kanaya.
Gadis itu, seperti biasa tersenyum ceria seperti anak kecil. Matanya berbinar begitu menangkap Adriel tengah menatapnya, sedangkan ekspresi Adriel tidak berubah sedikitpun. Mata mereka bertemu cukup lama, sebelum Adriel terlebih dahulu mengalihkan pandangannya.
"Jika ada yang ingin ditanyakan ke Adriel, bisa di tahan sampai jam istirahat, karena ibu akan segera memulai jam pelajaran."
Perkataan Bu Reren membuat semua siswi mendesah kecewa, namun kebahagiaan untuk Adriel. Ia benci menjadi pusat perhatian.
"Adriel, kamu bisa duduk di belakang sana." Bu Reren menunjuk seorang anak laki-laki berkacamata tebal, yang terlihat takut-takut menatap Adriel.
Adriel menghempaskan bokongnya dibangku disamping cowok yang terus menunduk itu. Josua. Itu nama yang tertera di papan nama lelaki itu. Dari mereka berdua, tak ada yang tertarik untuk berkenalan satu sama lain. Adriel, sudah jelas alasannya. Sedangkan Josua, lelaki itu terlalu takut untuk sekedar membuka obrolan dengan Adriel karena wajah dingin lelaki itu.
Adriel memang dikaruniai sorot mata tajam dan rahang tegas yang membuat raut wajahnya begitu dingin. Ditambah ia yang jarang mengobrol, membuat orang yang belum mengenalnya akan berpikir ia adalah sosok yang menyeramkan. Atau memang begitu.
Adriel menghela nafas pelan, sebelum menatap ke depan untuk mendengarkan penjelasan Bu Reren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundere [Completed]
Teen Fiction[BAHASA] Tsundere (ツンデレ) is a Japanese term for a character development process that describes a person who is initially cold (and sometimes even hostile) before gradually showing a warmer, friendlier side over time. *** Kisah ini berawal dari Kana...