Tasha duduk sendirian didalam kamarnya, ia terlihat menangis, ia pun nampak menggenggam foto almarhumah sang ibunda. Pertengkarannya dengan papa telah membuat dirinya sedih, ia merasa papanya itu sudah tidak menyayanginya lagi."Mama, kenapa mama pergi ninggalin aku? Kata kakak, mama meninggal karena melahirkan aku, kenapa mama nggak bawa aku pada saat itu! Kenapa? Tasha pengen pergi sama mama. Tasha nggak bahagia disini mah, Tasha kesepian, papa nggak pernah sayang sama Tasha, anak papa cuma kak Dafa dan Icha, aku bukan anaknya!" Batin Tasha.
Dafa mendatangi kamar Tasha, saat melihat kedatangan Dafa, Tasha pun langsung menyeka air matanya dan meletakan foto sang ibunda ditempatnya semula. Dafa terus menatap wajah Tasha, dan Tasha malah membalas tatapan itu dengan wajah kesalnya. Ya, Dafa mengerti, Tasha pasti masih marah kepadanya.
"Maafin kakak ya dek?" Pinta Dafa.
Tasha diam saja, ia tak menjawab permintaan maaf Dafa. Dafa pun tersenyum jail, ia ingin membuat Tasha melupakan kemarahannya, seperti biasa, setiap kali Tasha marah padanya, Dafa selalu berhasil membuat Tasha sulit mempertahankan kemarahannya. Ada saja tingkah Dafa yang akhirnya berhasil membuat Tasha tertawa.
"Tasha liat kaka deh!" Pinta Dafa.
"Sana pergi, nggak usah ganggu aku!"
"Liat muka kakak dulu, buruan!"
Karena Dafa memaksa akhirnya Tasha pun mencoba melihat wajah Dafa. Ketika Tasha memandang wajahnya, dengan cepat, Dafa langsung mengubah ekperesi wajahnya menjadi terlihat sangat jelek. Sontak Tasha hampir dibuat tertawa karena kelakuan Dafa. Tapi kali ini Tasha bisa menahan tawanya.
"Nggak lucu!" Cetusnya.
Dafa kecewa, ternyata Tasha benar-benar bad mood karena dirinya
"Sayang--" Dafa merangkul pundak Tasha dan memeluknya.
Tasha masih membisu, dan wajahnya pun masih tekuk.
"Kakak sayang banget sama kamu, kamu adalah wanita yang paling kakak sayang didunia ini. Semua yang kakak lakuin ke kamu, itu semua semata-mata demi kebahagiaan kamu, kakak begitu perduli sama kamu. Tadi kakak sempet denger kalo kamu lebih memilih mati daripada hidup seperti ini, kamu tau apa yang kakak rasain saat kamu bicara seperti itu?"
Tasha diam saja.
"Dek, hati kakak seperti remuk, kakak takut kehilangan kamu, kakak nggak sanggup untuk hal itu, kakak sayang sama kamu Tasha! Kakak sangat menyayangi kamu. Kamu tau, betapa hancurnya papa ketika mama meninggal? Papa sangat sedih dan terpuruk, tapi kesedihan itu seperti terangkat setelah papa sadar bahwa mama meninggalkan kamu dipangkuan papa, betapa berharganya kamu dimata papa, dimata kakak dan juga dimata eyang. Mama hidup didalam diri kamu. Mata kamu, hidung kamu, senyum kamu, semua itu warisan mama yang mama berikan pada diri kamu. Jadi kamu begitu berharga bagi kami, sangat berharga" ungkap Dafa dengan sungguh-sungguh.
Tasha masih diam dan membisu, ia tertegun setelah mendengar ungkapan hati kakak laki-lakinya itu. Dan tanpa disadari, air mata pun jatuh, Tasha menangis haru, ia luluh dengan kata-kata Dafa barusan.
"Kakak..."
Tasha menenggelamkan wajahnya didada bidangnya Dafa. Ia menangis disana. Dan tanpa Dafa sadari, ia pun meneteskan air mata dipipinya. Lalu, ia eratkan pelukannya.
***********
"Jadi lo yang ngasih tau ke Dafa?" Tanya Verdan.
"Iya kak, gue bilang aja ke Dafa kalo Tasha nyuruh Icha untuk ngerjain tugas makalahnya. Dan Dafa keliatan marah gitu, hahaha. Syukurin deh tuh si Tasha" ujar Vano. Verdan tertawa, ia terhibur dengan kejahilan yang Vano lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasih Sayang (Ending)
Fanfiction"Dia bukan hanya berusaha melindungi aku dari air hujan, tapi dia pun berusaha melindungi aku dari segala keburukan. Entah siapa dia, manusia atau malaikat? Tapi aku janji, mulai hari ini aku akan mengabdikan seluruh kehidupanku hanya untuk dia. Jik...