Dendam

1.8K 90 0
                                    


Sebulan Kemudian...

Tasha duduk sendiri dikamarnya, ia nampak memandang wajah Sam yang ada didalam foto. Sesekali ia mengingat kebersamaannya bersama Sam, ia pun mengingat pristiwa itu, pristiwa yang telah membuatnya kehilangan Sam untuk selama-lamanya. Sam telah tiada, tapi luka kepergiannya masih terus ada, bahkan sulit untuk dilupakan begitu saja.

"Sam, aku gak nyangka kalo akhirnya kita akan mengalami nasib yang seperti ini. Maafin aku Sam, ini semua salah aku, andai aku gak minta kamu untuk bawa aku kabur dari rumah, mungkin kejadian itu nggak akan menimpa kamu" ungkap Tasha seraya membelai foto Sam.

Tapi, tiba-tiba saja, Tasha ingat sesuatu.

"Verdan!" Ucapnya tegas penuh kebencian.

"Dia yang udah bikin aku kehilangan kamu, dia yang ngebunuh kamu!"

Tasha berdiri, ia menaruh foto Sam ditempatnya semula. Kini sorot mata Tasha berubah tajam, ingatannya kini berpusat pada sosok Verdan, ia ingat betul bagaimana Verdan menembak Sam hingga pria malang itu mati tepat dihadapannya.

***********

Icha dan mama Diana sedang duduk di taman, malam itu mereka sedang mengobrol. Mereka memang kerap mengobrol ditaman ini, untuk sekedar berbagi dan curhat. Icha sangat dekat dengan sang mama, bukan hanya dengan mama, bahkan Icha pun cukup dekat dengan papa Pandu, meski papa Pandu hanya papa tirinya.

"Cha, gimana? Kamu udah ngebujuk Tasha belum untuk setuju ikut liburan?"

"Belum mah, hubungan aku sama Tasha lagi kurang baik"

"Kurang baik?" Tanya mama. Icha mengangguk, wajahnya berubah sedih.

"Setiap kali hubungan aku dan Tasha memburuk, aku tuh rasanya sedih banget. Mah, Tasha itu orang yang baik, cuma kadang emosi Tasha gak bisa terkontrol, dan yang aku takutin itu eyang, eyang selalu ngehasut Tasha untuk benci sama aku" ungkap Icha.

Mama Diana mengangguk paham, Icha benar, Tasha memang anak yang sangat baik, dia juga bisa bersikap manis dan santun, hanya saja Tasha memiliki tingkat emosional yang tinggi. Jadi, terkadang Tasha pun bisa mudah berubah sikap namun ia juga bisa kembali ke sikap yang semula. Semua anggota keluarga pun tau seperti apa sifat dan karakter Tasha. Hanya saja eyang, ya! Eyang selalu memanfaatkan sifat Tasha.

"Tetap rangkul kakak kamu, jangan tinggalin dia dalam keadaan apapun, Tasha membutuhkan adik yang begitu pengertian seperti kamu. Tapi, ingat pesan mama cha, jangan memanjakan Tasha. Itu nggak baik! Dan satu lagi, sayang bukan berarti kita harus tunduk dan mengalah" pesan mama Diana kepada Icha. Lalu Icha pun mengangguk patuh.

************

Beberapa Hari Kemudian....

"Sudah siap kan? Gak ada yang ketinggalan?" Tanya papa Pandu.

"Siap pah!" Jawab Icha dan Dafa berbarengan serta terdengar kompak.

Papa tersenyum, lalu setelah mengecek semuanya, tanpa berlama-lama lagi papa Pandu pun lekas menghidupkan mesin mobil, lalu mobilnya melaju. Ya, hari ini mereka semua berencana untuk berlibur ke villa. Tasha yang awalnya menolak, pada akhirnya ia mau juga diajak berlibur. Rencananya mereka akan berlibur di villa selama satu minggu.

"Dek, foto yuk?" Ajak Dafa pada Tasha. Ia mengajak Tasha untuk berfoto, namun Tasha menolak. Dafa pun menatap wajah Tasha, rupanya Tasha masih belum kembali ceria seperti adiknya yang dulu. Tasha terus terlihat murung.

"Nanti dipersimpangan keluarga Pahlevi nunggu kita" ucap papa Pandu.

"Mereka ikut pah?" Tanya Icha.

Kasih Sayang (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang