Verdan keluar dari ruangan pemeriksaan di kantor polisi, ia nampak bersama papa Harry. Vano langsung mendekati mereka, sejak tadi ia memang menunggu Verdan dan papanya keluar dari ruang pemeriksaan. Vano cemas, ia takut kalau Verdan akan terkena sangki hukum lantaran telah membunuh Sam.
"Kak, gimana? Kakak gak bakal dipenjara kan?" Tanya Vano.
"Lo tenang aja Van, polisi gak akan nahan gue. Tindakan gue dimata hukum benar. Tapi gue harus tetap ngejalanin berbagai proses pemeriksaan. Lo tenang aja, semua baik-baik aja kok" jelas Verdan.
"Bener begitu pah?" Tanya Vano kepada papanya.
"Iya, pistol Verdan masih ditangan polisi, surat izinnya juga ada ditangan polisi"
"Pah, aku harus kerumah om Pandu, aku khawatir sama kondisi Tasha" ucap Verdan.
"Gue ikut kak!" Ujar Vano.
"Yasudah, papa langsung pulang ya, titip salam untuk om Pandu, mungkin besok mama dan papa akan nengok Tasha"
*************
Tasha terbangun dari tidurnya, ia nampak kebingungan, kenapa ia berada di dalam kamar? Kenapa eyang, mama dan Icha berada dikamarnya? Apa yang terjadi? Dan Tasha pun mencoba mengingat hal apa yang terjadi sebelum ia terlelap disini.
Shock!!
Ya, betapa shocknya Tasha ketika dia menyadari kalau ia baru saja mengalami hal buruk, ia ingat dengan pristiwa Sam yang mati dihadapannya. Sam? Benarkah ia telah mati? Benarkah semua ini?"Sam, dimana dia? Sam!" Tasha langsung panik.
"Sayang, tenang, tenang Tasha!" Eyang mencoba memeluk Tasha.
"Aku mau liat Sam, aku mau liat dia! Dimana Sam sekarang eyang dimana dia!! Icha, icha Sam dimana cha? Tolong bawa aku pergi, aku mau liat Sam, aku--"
"Tasha tenang!" Tegas Icha.
Tasha terdiam, ia menatap Icha dengan kedua matanya yang berkaca-kaca, Icha menundukan wajahnya, ia tak tega melihat Tasha seperti ini. Bahkan Icha pun tidak sanggup jika ia harus mengatakan kepada Tasha kalau Sam telah tiada.
"Sam sudah meninggal" ucap seseorang yang muncul dan berdiri didepan pintu kamar Tasha.
Meninggal? Sam meninggal? Tidak! Ini tidak mungkin!
Tasha langsung bangun dari tempat tidurnya, ia lantas mendekati papa Pandu yang berdiri disana. Tasha enggan mempercayai kata-kata papanya, ia tidak percaya dengan semua ini. Pandu masih berdiri disana, di depan pintu kamar.putrinya.
"Bohong!! Papa pasti bohong! Sam belum meninggal, aku mau ketemu Sam. Papa, tolong bawa aku ke Sam, dia butuh aku pah. Aku mohon..." tangis Tasha dihadapan papanya.
Pandu tak kuasa menahan kesedihannya, ia tidak mampu melihat Tasha dalam keadaan seperti ini. Pelan ia raih tubuh Tasha, lalu ia pun mencoba memeluknya, "Tenang sayang.." ucap Pandu saat memeluk Tasha.
"Nggak mungkin pah! Sam nggak mungkin meninggal! Nggak!!" Tangis Tasha.
Eyang Rita nampak menangis, ia tidak kuasa melihat kesedihan dan duka yang melanda cucu kesayangannya itu. Begitu pula dengan Icha dan mama Diana, mereka pun turut menangis. Tasha terlihat memprihatinkan, ia nampak menderita sekali.
"Verdan!" Tasha menyebut nama Verdan.
Lalu Tasha melepas pelukan papanya, ia ingat bahwa pembunuh Sam adalah Verdan. Ya, lelaki yang akan menjadi tunangannya itulah yang membuat Sam mati. Verdan pelakunya! Tasha ingin Verdan bertanggung jawab, ya Verdan harus bertanggung jawab.
"Verdan! Dimana dia! Dia yang ngebunuh Sam! Dia pembunuh!" Teriak Tasha.
Tasha langsung berlari, ia keluar dari kamarnya. Sontak papa dan yang lain lekas mengejar Tasha. Sementara itu, kini Tasha nampak menuruni anak tangga, ia ingin menemui Verdan yang sedang berada di ruang tamu bersama Dafa dan Vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasih Sayang (Ending)
Fanfiction"Dia bukan hanya berusaha melindungi aku dari air hujan, tapi dia pun berusaha melindungi aku dari segala keburukan. Entah siapa dia, manusia atau malaikat? Tapi aku janji, mulai hari ini aku akan mengabdikan seluruh kehidupanku hanya untuk dia. Jik...