"Selamat datang dirumah ini Radhika" ucap Tasha saat ia mendatangi kamar Radhika.Hari ini Radhika telah pindah ke rumah Verdan, ia terpaksa harus pindah kesini karena dirinya telah diancam oleh Alva. Tentu ia merasa takut, bagaimana kalau nanti Alva membunuhnya? Oleh karena itu, Verdan pun pada akhirnya membawa Radhika ke rumahnya, dan tentu saja semua itu berdasarkan keputusan dari Tasha juga.
"Bu Tasha.." sahut Radhika dengan penuh sopan.
"Jangan panggil saya ibu, panggil aja saya Tasha" ujar Tasha seraya tersenyum.
Radhika mengangguk.
************
"Ya ampun kasihan sekali dia" ucap mama Wilda usai mendengar cerita dari Verdan mengenai Radhika. Ia terpaksa berbohong soal alasan sekretarisnya itu datang kemari dan tinggal di rumah mewah ini. Verdan bilang kepada mama bahwa kemarin rumahnya Radhika kebakaran, dan kini gadis itu tidak memiliki rumah.
"Mama nggak keberatan kan kalo Radhika tinggal disini untuk sementara?"
"Iya nggak dong sayang. Lagian kasihan juga dia" jawab mama.
Calista diam saja, sejak tadi ia terus melamun, bahkan ia tidak mendengarkan pembicaraan yang terjadi antara mama dan Verdan. Padahal ia berada ditengah-tengah mereka. Wajar saja jika saat ini Calista merasa murung dan sedih, bagaimana tidak? Bukankah ia telah mengetahui bahwa Alva sudah mengkhianatinya.
"Tante, Calista pergi kekamar dulu ya?"
"Oh iya sayang, kamu istirahat aja"
Verdan menatap Calista yang pergi meninggalkan ruangan ini menuju ke kamarnya. Sebenarnya Verdan merasa kasihan pada Calista, sepupunya itu tampak sangat amat terpukul, tapi inilah yang harus Calista rasakan, karena ini semua demi kebaikannya.
***********
Vano mendorong kuris roda yang dinaiki Icha menuju ke kamarnya Icha sendiri. Hari ini Icha baru saja pulang dari rumah sakit, dokter sudah memperbolehkannya pulang. Namun, selama tiga bulan ke depan Icha diwajibkan untuk check up setiap satu minggu sekali. Hal tersebut guna untuk menyembuhkan bagian syaraf dikaki yang terganggu akibat tembakan peluru tersebut.
"Kamu mau makan?" Tanya Vano usai membantu Icha untuk tiduran di ranjangnya.
Icha pun menggeleng, "Aku nggak laper" jawabnya.
"Tapi kamu belum makan loh, biar aku suapin ya?" Ujar Vano dengan semangat.
Lantas Icha tertawa puas, "Kamu sok romantis banget, sayangku! Aku tuh lagi gak mau makan. Tadi sebelum pulang kesini kan aku udah makan dirumah sakit, kenapa sekarang disuruh makan lagi" protes Icha panjang dan lebar.
"Begitulah Icha, dia sulit sekali kalo disuruh makan" sahut seseorang yang datang dari arah pintu kamar, kebetulan pintu tersebut terbuka dan tidak terkunci.
Mama Diana datang sambil membawa nampan yang berisikan makanan. Ia ingin menyuapi Icha yang baru saja pulang dari rumah sakit. Namun, usai kedatangan mama, tiba-tiba eyang muncul, ia pun ikut masuk ke dalam kamar Icha.
"Ya ampun Icha, jadi kamu make kursi roda?" Tanya eyang.
Mereka pun terdiam, mereka semua sedang bertanya-tanya juga menerka-nerka tentang alasan eyang datang kemari lalu bertanya seperti itu. Apakah Eyang merasa simpati atau hanya ingin nyinyir saja.
"Gak lama kok eyang, palingan cuma seminggu" jawab Icha sambil tersenyum.
"Kenapa nggak selamanya aja?" Celetuk eyang. Sontak mereka terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasih Sayang (Ending)
Fanfiction"Dia bukan hanya berusaha melindungi aku dari air hujan, tapi dia pun berusaha melindungi aku dari segala keburukan. Entah siapa dia, manusia atau malaikat? Tapi aku janji, mulai hari ini aku akan mengabdikan seluruh kehidupanku hanya untuk dia. Jik...