Kecurigaan Papa

1.5K 69 0
                                    

"Sha, lo mau kemana?" Tanya Vano setelah melihat Tasha keluar dari ruangan perawatan Verdan dan nampak terburu-buru. Tentu Vano bertanya, ingin kemana kakak iparnya itu? Kenapa Tasha pergi disaat Verdan sedang dalam keadaan seperti ini.

"Aku ada urusan sebentar" jawab Tasha seraya melintasi Vano begitu saja.
Kini seluruh pandangan mata tertuju pada Tasha. Icha pun demikian, ia merasa aneh. Kenapa Tasha nampak terburu-buru seperti itu.
"Suami sakit, dia malah pergi, istri macam apa dia" kata mama dengan ketus.
"Bener tuh tante" Calista malah memperkeruh suasana.
"Udahlah, mungkin Tasha ada keperluan yang penting dan harus--"
"Apa ada hal yang lebih penting lagi selain Verdan?" Sindir mama seusai menyeka perkataan Vano. Lantas pandangan Vano tertuju pada sang mama, ia merasa kesal. Mama selalu saja bersikap seperti itu kepada Tasha.
"Keluarga mas Pandu datang" papa Harry angkat suara saat ia melihat keluarga Ramdanu datang. Seluruh keluarga besan langsung datang kerumah sakit setelah mereka mendapat kabar kalau Verdan terkena musibah.
"Harry, gimana keadaan Verdan?" Tanya papa Pandu kepada papa Harry. Kecemasan tergambar jelas dari raut wajah papa Pandu. Tak hanya papa Pandu yang merasakan kecemasan yang luar biasa, mama Diana, eyang, Dafa dan Prita. Mereka semua juga tampak sangat cemas.
"Syukurlah dokter sudah menangani semuanya. Kita hanya menunggu Verdan sadar" jelas papa Harry. Semua pun tersenyum lega. Kecemasan mulai mereda dari wajah mereka semua. Tapi kini ada hal lain yang berhasil membuat sorot mata papa Pandu tertuju pada Icha. Ya, saat ini Icha sedang berdiri disisi Vano.
Seketika papa diam membisu.

************
Tasha menghampiri Alva yang telah menunggunya. Kemarahan jelas sekali tergambar diwajah manisnya, gejolak amarah tak bisa ditahan lagi olehnya. Alva sudah sangat keterlaluan, dia tidak hanya telah menganggu ketentraman rumah tangganya, tapi juga telah mengancam keselamatan Verdan. Ya, Tasha yakin sekali bahwa pelaku penusukan itu adalah Alva.
"Akhirnya kamu datang" ucap Alva sambil tersenyum menyambut kedatangan Tasha.
"Beraninya kamu ngelukain Verdan. Kamu bisa setega itu dengan sahabat kamu? Hah!! Kalo kamu mau nyakitin, sakitin aku!! Jangan Verdan! Karena---"
"Hussst!! Cukup!" Alva menaruh telunjuknya di bibir Tasha. Kemudian dengan cepat dan kasar, Tasha langsung menepis tangan itu. Ia tidak sudi jika Alva menyentuhnya meski hanya sejengkal saja.
"Kamu bilang apa tadi? Nyakitin kamu? Itu nggak mungkin sha. Aku cinta sama kamu. Jadi mana mungkin aku nyakitin orang yang paling aku cinta." Imbuh Alva seraya terus menunjukan senyuman liciknya.
"Diam kamu!! Jangan pernah bilang soal cinta didepan aku. Aku jijik ngedengernya!! Kamu itu orang yang paling gak tau malu. Setelah kamu nidurin aku, kamu pergi gitu aja. Dan sekarang kamu datang lalu bilang soal cinta. Kamu gila Alva!" Hardik Tasha yang nampak sangat marah kepada Alva.
Alva terus saja tersenyum, ia seolah tak memperdulikan kata-kata yang menyakitkan yang diucapkan langsung oleh Tasha.
"Kamu benar sha, aku memang gila. Aku gila karena kamu" batin Alva.
**************
Papa Harry nampak menelpon seseorang, ia menjauh dari para anggota keluarga yang sedang berkumpul. Sepertinya telpon ini sangat rahasia. Kegelisahan begitu jelas terlihat diwajah papa Harry. Entah siapa yang ditelpon olehnya.
"Jadi mang Asep yang nganter Tasha? Lalu kemana Tasha pergi?"
"....."
"Ke cafe? Dia ketemu seseorang?"
"....."
"Apa??" Papa Harry nampak terkejut.
"...."
"Yasudah kalo begitu. Tapi denger ya mang Asep. Jangan beritahu Tasha kalo saya nelpon mang Asep. Tolong rahasiakan ini" ucap papa sebelum ia menutup telponnya.

*************
"Jadi selama ini kamu sama kak Verdan sering ketemuan?" Tanya Vano seperti mengintrogasi Icha. Keduanya kini tengah duduk dikursi panjang berwarna putih yang terdapat didalam salah satu sudut taman rumah sakit.
"Aku punya alasan kenapa aku ketemu sama Verdan" jawab Icha menekankan.
"Alasannya karena kamu masih punya rasa sama dia. Iya kan?" Tuduh Vano dengan entengnya. Lantas Icha terkejut sambil menatap wajah kekasihnya itu dengan sorot pandang yang tidak percaya. Apakah sampai sekarang Vano masih belum bisa mempercayainya? Pikir Icha.
"Jadi kamu gak percaya sama aku hah?" Icha tampak marah.
"Setelah liat semua ini, rasanya sulit untuk percaya sama kamu" tegas Vano sambil membuang tatapannya dari Icha yang terus berusaha menatapnya. Oh astaga! Ternyata kejadian ini malah berdampak buruk untuk hubungannya dengan Vano. Belum lagi, dengan Tasha. Karena Icha yakin sekali, Tasha pasti marah juga dengan dirinya.
"Sia-sia aku mempertahanin hubungan kita kalo ternyata kamu masih gak percaya sama aku Van. Asal kamu tau ya Van, aku dan papa akhir-akhir ini lagi bertentangan. Kamu tau itu semua karena siapa? KARENA KAMU VAN!" tegas Icha dengan mata yang berkaca-kaca.
Lantas Vano langsung menatapnya.
"Karena aku?"

Kasih Sayang (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang