Malam ini keluarga Ramdanu sedang menghadiri undangan makan malam di rumah keluarga Pahlevi, makan malam ini bertujuan untuk kembali merundingkan segala sesuatu tentang pertunangan Verdan dan Icha. Seluruh anggota keluarga Ramdanu hadir, ada Tasha, Icha, Dafa, Mama, Papa, dan Eyang. Keluarga Pahlevi pun lengkap, Vano yang biasanya tidak hadir dalam acara keluarga seperti ini malah kini tampak bergabung bersama mereka."Jadi ini beres ya, semuanya udah kita bicarakan" ucap papa Pandu.
"Hm, pah, aku mau usul, untuk cincin biar aku sama Icha aja yang beli" Verdan angkat suara.
Papa Harry mengangguk setuju, "Boleh, kalo itu mau kalian" jawab papa Harry.
"Hmm, dan kalo soal pakaian, biar mama yang urus" mama Wilda pun angkat bicara.
"...Mama nggak mau calon istrinya Verdan tampil biasa-biasa aja, dia harus keliatan mewah dan elegant, biar nggak malu-maluin. Iya kan ibu Rita?" Imbuhnya seraya bertanya kepada eyang, ternyata mama Wilda sedang menyindir Icha.
"Oh, iya dong, secara kamu kan bakal ngundang teman-teman sosialita kamu. Dan temen-temen sosialita dek Wilda banyak sekali, maklum lah pergaulannya luas, gak kuper!" jawab eyang Rita sambil melirik mama Diana, rupanya eyang mencoba menyindir mama Diana.
Icha memahami sindiran mereka, tidak hanya Icha, tapi Verdan, papa Pandu dan yang lainnya pun merasa bahwa mereka sedang saling melontarkan sindiran, tapi yasudahlah! Biarkan saja, anggap sebagai angin lalu.
Sejak tadi Tasha diam-diam memperhatikan Vano, ia seperti memiliki rasa penasaran pada pria yang kini duduk berhadapan dengannya. Tasha merasa heran saja, kenapa akhir-akhir ini Vano terkesan berubah, lebih banyak diam, dan tidak rame seperti biasanya.
"Ini anak kesambet apaan ya, dia berubah gitu, bukan kaya Vano biasanya. sok pendiem! Dia pikir kalo diem gitu dia bisa keliatan ganteng apa?" batin Tasha.
Tapi ternyata Vano menyadari kalau Tasha diam-diam mencoba memperhatikan dirinya. Sontak pandangan tajam Vano langsung tertuju pada Tasha. Melihat tatapan Vano kearahnya, lantas Tasha balik menatap tajam kearah pria dihadapannya itu.
"Lo udah sembuh van?" Tanya Tasha.
Vano terkejut, apa maksud pertanyaan Tasha?
"...Kemaren-kemaren kan muka lo agak lebam gitu" imbuhnya.
Sontak tatapan mama Wilda dan papa Harry pun langsung tertuju pada Vano. Verdan tampak memandang kearah Tasha, tidak seharusnya Tasha membuka pembicaraan ini, karena sebenarnya mama dan papa tidak tau tentang masalah luka lebam diwajah Vano.
"Kamu luka Van?" Tanya papa.
"Itu, pah, aku jatoh dikamar mandi" jawab Vano.
"Tumben gak cerita sama mama, biasanya lecet aja kamu langsung ngadu ke mama" celetuk mama Wilda yang berhasil membuat Tasha hampir tertawa lepas, ternyata seperti itu sosok Vano yang biasa ia lihat menjengkelkan tersebut.
"Anak mami!" Ledek Tasha dengan suara yang pelan tapi lumayan terdengar ditelinga Vano. Lantas Vano geram, Tasha selalu mencari masalah jika berhadapan dengannya. Awas saja! Setelah ini dia akan mendapat masalah, pikir Vano.
Makan malam kembali berlanjut, tak lama kemudian seorang pelayan datang dengan membawa nampan yang berisikan minuman. Pelayan itu lekas membagi minuman tersebut, tapi ketika sampai didekat Tasha, tak sengaja ia terselandung lalu menumpahkan minuman yang ada di nampan, dan kebetulan minuman itu tumpan mengenai Tasha.
"Oh ya ampun!" Tasha terkejut.
"Hey! Dasar bodoh! Kamu gak bisa kerja ya!" Omel eyang.
"Mama! Jangan seperti itu!" Pinta papa Pandu kepada eyang Rita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasih Sayang (Ending)
Fanfiction"Dia bukan hanya berusaha melindungi aku dari air hujan, tapi dia pun berusaha melindungi aku dari segala keburukan. Entah siapa dia, manusia atau malaikat? Tapi aku janji, mulai hari ini aku akan mengabdikan seluruh kehidupanku hanya untuk dia. Jik...