TERPAKSA!!
Ya, kini Tasha dan Verdan terpaksa berpura-pura tidak terjadi masalah apapun, mereka mencoba bersikap biasa saja terhadap Alva yang kini datang kembali ke rumah ini dengan menggunakan Calista. Entah ini sebuah kebetulan atau hanya taktik Alva untuk mendekati kehidupan Verdan dan Tasha.
"Berarti perusahaan kamu sukses besar dong va?" Ucap papa yang sedang asyik membicarakan soal perusahaan dengan Alva. Saat ini Verdan lebih banyak diam, ia bahkan tidak ikut gabung membahas masalah perusahaan dengan mereka.
"Ya lumayan lah om" jawab Alva.
Verdan melirik Tasha yang sedang duduk dihadapannya. Sejak tadi Verdan tak melihat Tasha memakan sesuap saja makanan yang berada di piringnya. Bahkan Verdan pun melihat adanya ketegangan yang kini melanda sang istri. Ya, Tasha tegang karena takut. Ia sangat takut sekali dan hanya Verdan yang mampu memahaminya.
"Nyonya.." seorang pelayan datang mendekati Tasha.
"...Nasya bangun nyonya" jelasnya.
"Oh, hmm yaudah aku langsung keatas"
Tasha pun berdiri dari tempat duduknya. Ia ingin melihat Nasya yang terbangun dari tidurnya. Saat Tasha pergi, diam-diam Alva memperhatikan kepergian wanita itu. Rupanya Verdan menyadari gerak gerik mata Alva yang sedang memperhatikan istrinya. Ya Tuhan, rasanya germa sekali. Verdan bahkan sangat ingin menghajar pria yang dulu pernah menjadi sahabat dekatnya itu.
***********
Nasya terus saja menangis, entah kenapa dia menjadi gelisah. Tasha pun merasa cemas, ia takut putrinya itu sakit atau apa. Tapi setelah di cek suhu tubuhnya, suhu tubuh Nasya normal-normal saja. Tapi kenapa Nasya gelisah seperti ini.
"Hus hus hus sayang, kamu kenapa nak?" Ucap Tasha seraya menimang-nimang putrinya itu. Meski sudah ditimang, Nasya masih terus menangis. Suara tangisannya malah semakin kencang dan terdengar oleh mereka yang sedang makan malam. Vano yang berada didalam kamar pun lekas keluar, ia ingin melihat Nasya kenapa keponakannya itu menangis terus.
"Hey Nasya, kamu kenapa?" Ucap Vano saat ia menemui Nasya yang sedang digendong oleh Tasha. Tangan Nasya pun melambai-lambai, dan mengarah pada Vano. Lantas Vano mencoba untuk memahaminya, ia langsung meminta Tasha untuk memberikan Nasya kepadanya.
"Sini, om gendong!" Pinta Vano.
Tasha pun menyerahkan Nasya kepada Vano.
"Nasya pengen keluar ya sayang?" Tanya Vano seraya melangkah untuk membawa Nasya pergi dari kamar. Tasha pun terkejut, ia tidak mau Vano membawa Nasya ke meja makan, karena kalau sampai Vano membawa Nasya kesana, otomatis Alva akan bertemu dengan putri kandungnya.
"Tunggu Van, kamu mau bawa Nasya kemana?"
"Aku mau bawa Nasya ke bawah, biar ketemu sama papanya"
DEG!!
"Pa, papa?" Tasha langsung gugup.
Vano pun heran, "Kenapa sha? Kok lo gugup gitu, biar gue bawa Nasya ke Verdan"
"Jangan van, tolong jangan. Hm, biar, biar Nasya disini aja"
"Kenapa sih?" Vano makin heran apalagi Tasha terus-terusan bersikap gugup.
Tasha langsung mengambil Nasya dari tangan Vano, "Nggak apa-apa. Hm, nggak enak aja, dibawah lagi ada tamu. Biarin Verdan nemenin tamu dibawah dulu, jangan ganggu dia" jelas Tasha sambil memeluk Nasya dengan erat.
Sekarang Vano malah bingung, ada apa dengan Tasha?
"Lo kenapa meluk Nasya erat banget kaya gitu sih?" Protesnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasih Sayang (Ending)
Fanfiction"Dia bukan hanya berusaha melindungi aku dari air hujan, tapi dia pun berusaha melindungi aku dari segala keburukan. Entah siapa dia, manusia atau malaikat? Tapi aku janji, mulai hari ini aku akan mengabdikan seluruh kehidupanku hanya untuk dia. Jik...