Waktu menunjukkan pukul 12 malam. Suasana senyap. Lampu-lampu sudah dimatikan. Barto, Nandar dan anak-anak lainnya sudah tertidur lelap. Aku berbaring dengan mata masih terbuka. Aku belum ingin tidur.
Bukan karena 'demam panggung’ menghadapi lomba besok. Bukan. Aku justru teringat penjelasan Nandar tempo hari tentang Surah Al Asr.
“Lihat Nino, Allah subhanahu Wa ta'ala bersumpah dengan waktu di surah ini. Kenapa? Untuk menunjukkan betapa pentingnya waktu. Yang kebanyakan manusia lalai terhadapnya.” Ujarnya waktu itu.
Aku juga pernah membaca penjelasan yang berbeda tentang surah itu dalam sebuah buku. Buku itu menyebutkan, secara asal manusia berada dalam kondisi yang sangat merugikan, karena lalai terhadap waktu. Kecuali mereka yang termasuk dalam empat golongan : mereka yang beriman, beramal shaleh, yang saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran.
Aku termenung. Selama tiga puluh hari ini, waktuku disibukkan dengan urusan belajar dan menghafal. Menekuni buku-buku Islam dan tafsir. Hampir sepanjang hari aku tinggal di dalam masjid. Membaca, menulis, dan mendengar ilmu. Malamnya jadi protokol, subuhnya sibuk mengurusi makanan untuk sahur. Waktuku terkuras untuk kebaikan. Aku bahkan tidak sempat menyentuh koleksi komik kesayangku. Hampir tidak ada waktu yag terbuang percuma.Tiga puluh hariku untuk beramal shaleh. Tiga puluh hariku untuk cahaya, cahaya Alquran.
Kurasa aku bisa menyebutnya seperti itu.
Dan aneh. Dadaku terasa lapang, sangat lapang. Aku sama sekali tidak peduli dengan hasil lomba besok. Apakah aku menang atau kalah, lancar atau tersendat-sendat, Firhani datang menyaksikanku atau tidak, semua itu tidak berarti apa-apa sekarang. Yang ingin kulakukan adalah menyelesaikan lomba itu dan kembali melanjutkan hafalanku. Aku sudah selesai dengan resolusiku. Itu saja.
Malam ini aku tidur dengan tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
[30] Hari Untuk Cahaya
Spiritüel[Selesai] "Nandar." "Apa?" "Aku mau jadi penghafal Alquran." "Itu akan sangat sulit." "Aku tahu. Makanya juz 30 saja." "Kenapa tiba-tiba?" "Ceritanya panjang." "Jangan cerita." "Berapa peluangku?" "Estimasi?" "Tiga puluh hari." Ini kisah anak SMA in...