Juz 29

2.6K 398 48
                                    

Malam ini aku dan Nandar duduk berdua di teras masjid. Shalat Tarawih baru saja usai. Barto dan akan-anak lainnya sedang belanja di Warung Makan Mas Dani. Nandar tidak jadi mentraktirku. Sebagai gantinya, malam ini kami akan makan besar-besaran. Barto yang membayar semuanya. Wajar saja, dia kan baru saja menang lomba.

Memanfaatkan momen, akhirnya kuceritakan semuanya pada Nandar. Tentang resolusiku, Firhani, lomba, Raihan, Saram, semuanya. Aku mengaku bahwa motivasiku ikut lomba itu adalah ingin memenangkan hati seorang gadis yang kukagumi. Itu skenario awalnya. Karena aku menyukai Firhani. Tapi anehnya, perasaan itu perlahan-lahan memudar seiring berjalannya waktu. Orientasi hidupku pelan tapi pasti mulai berubah. Dan sekarang, yang ingin kulakukan hanyalah menyelesaikan hafalan Alquran juz 30-ku. Hanya itu. Tidak kurang tidak lebih.

Selesai mendengar semua ceritaku, Nandar menangkupkan kedua tangannya sambil tersenyum lebar,

"Itu. Itu dia. Itu dia syahid-nya. Alquran memuliakanmu, Nino."

Nandar jeda sesaat,

"Ketika kau mulai dekat dengan Alquran, maka kemuliaan akan menghampirimu. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Alquran, Nino, maka sesuatu itu menjadi mulia. Malaikat yang membawa wahyu, Alquran, adalah Malaikat Jibril, malaikat yang paling mulia. Nabi yang diturunkan kepadanya Alquran, adalah Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam, Nabi yang paling mulia. Malam diturunkannya Alquran, adalah malam yang paling baik, malam Lailatul Qadar. Dan ummat yang diturunkan kepada mereka Alquran, adalah ummat Islam, umat terbaik."

Aku terus menyimak.

"Awalnya mungkin niatmu salah. Tapi kemudian, kau mulai berubah. Alquran merubahmu. Itulah keistimewaan Alquran, Nino. Dustur hayah. Peraturan hidup. Menghafal Alquran karena wanita, itu tidak benar, Nino. Tapi lihatlah sekarang, kau jauh lebih baik dari sebelumnya. Kuberitahu, Nino. Alquran terlalu mulia jika hanya dimanfaatkan untuk kepentingan dunia semata, apalagi wanita. Terlalu murah semua itu. Alquran adalah kalamullah, Nino. Membacanya bisa membuat dosamu terampuni, dimasukkan ke dalam surga. Kau akan mendapat pahala yang banyak. Itulah Alquran. Jangan berpikir yang macam-macam, ikhlaskan niat."

Aku mengangguk paham, "Jadi .... , kau tidak keberatan, kan? Kalau aku kembali melanjutkan hafalanku? Sisa dua surah lagi. Kau bersedia mendengarkan bacaanku, kan?" tanyaku.

Nandar tertawa kecil, "Tentu. Tentu saja, Nino. Selama aku masih ada di sini, kau bisa berbuat sesukamu. Aku bahkan berpikir, sebaiknya kau mulai menghafalkan juz dua puluh sembilan, dimulai dari Surah Al Mulk."

Aku ikut tertawa, "Ya ampun. Satu-satu, Nandar." Ujarku. Hafalan juz 30-ku kan belum sempurna, Tapi yah, menghafal juz 29 sepertinya keren juga.

Ya.

Juz 29.

Kenapa tidak?

Selesai

[30] Hari Untuk CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang