B6 - Pilihan (1) | Axe Pov

584 57 182
                                    

WARNING!!
CERITA INI HANYA KHAYALAN AUTHOR SEMATA
NB: jadi berimajinasilah sesuai deskripsi yang Author paparkan.

Selamat membaca 😘 baca dengan teliti ya sekalian dikoreksi. Hehehehe..

Budayakan Vote kapanpun, tinggalkan jejak Comment dimanapun itu. Lebih baik Voment - Vote & Comment terlambat, daripada tidak sama sekali ~ De'en

Axe Pov#

Aku melangkahkan kakiku memasuki SHS Counvill. Di gerbang yang masih terbuka, bapak satpam di sisi kanan gerbang menyapaku.

"Maaf Mas, ada yang bisa saya bantu?" tanya bapak satpam berumur kepala lima itu.

"Em, ya Pak. Ini mau nitipin sepedanya teman Pak. Kemarin ketinggalan. Bisa dititipin dimana, Pak?" tanyaku kaku.

"Oh, orangnya punya ciri-ciri bagaimana?" tanya bapak satpam itu.

Aku mulai menjelaskan. "Gadis kelas XII, memakai kacamata, rambut cokelat terang sepanjang pinggang dan mata cokelat kehijauan. Namanya--"

"Elle, Diane Abrelle?" sahut seseorang.

Aku dan bapak satpam itu menoleh ke sumber suara. Gadis berambut pirang dengan mata abu kebiruan itu berjalan mendekat ke arah kami. Dia tersenyum ramah dan mengangguk ke bapak satpam.

Bapak satpam tersenyum. "Baiklah, aku tinggal kalian berdua. Sepertinya Mbak ini kenal orang yang Mas maksud," ucapnya seraya meninggalkanku dengan gadis berambut pirang itu.

"Maaf ya? Tadi menyela. Nama gue Aina, temennya Elle. Gadis yang lo maksud tadi namanya bener Elle?" tangannya terulur ke arahku.

Aku mengambil uluran tangannya. "Axe. Iya bener," timpalku saat melepaskan uluran tangannya.

Gadis itu, Aina, mamandangku dengan tatapan menilai. Waktu itu juga dia tertawa. Seketika aku mengerutkan alisku.

"Apa ada yang lucu?" tanyaku menatap aneh.

Telapak tangan Aina mengusap ujung matanya yang sudah berair karena tertawa.

Dia meredakan tawanya sebelum angkat bicara. "Gue gak habis pikir, ternyata Elle punya temen dedek gemes yang cakep juga."

'Dedek gemes?' Cih! Aku jengah setiap orang menilaiku dengan penampilanku. Gue hanya suka memakai seragam ini aja! Teriakku. Tentu saja di dalam hati. Lagipula terserah mereka mau menganggap aku masih JHS - putih biru, atau apapun itu. Itu malah semakin mempermudah aku menyamar di kota ini.

Selain itu aku sudah malas memberikan penjelasan kepada mereka. Bahkan ada 10 orang lebih, yang memberikan respond-nya dengan tampilanku ini, dan aku sudah memberikan penjelasanku. Tetapi tetap saja, aku dianggap mengkhayal dengan alasan ingin cepat gede lah, masih pantas begini lah, memang pantas lah, bla bla bla.

Termasuk tiga temanku, trio terlaknat. Finn, Joy, dan Grey. Mereka yang awalnya menilai penampilanku. Tentu saja kata-kata umum yang sering aku dapatkan, ketika mereka melihatku dengan seragam ini. Dan yang membuat aku sebal, mereka bersikap kurang ajar sama yang lebih tua. Terkecuali Finn, memang dia seumuranku tetapi lebih beberapa bulan tua dia.

Aku menatap Aina dingin.

"Wow! Lo dingin juga, untung cakep. Elle! Ish. Dia dapetin lo di mana sih?" cerocosnya semakin jauh dari topik awalku.

Aku memutar bola mataku. Dengusan kasar keluar dari hidungku.

"Udah deh, gue ke sini cuma mau nitipin sepedanya aja. Titip berikan ke dia," ucapku seraya menyerahkan sepeda Phoenix punya Elle tanpa embel-embel tolong dan terima kasih. Memang beginilah aku, so jangan kaget.

Life But UnlifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang