WARNING!!
CERITA INI HANYA KHAYALAN AUTHOR SEMATA
NB: jadi berimajinasilah sesuai deskripsi yang Author paparkan.Selamat membaca 😘 baca dengan teliti ya, sekalian dikoreksi. Hehehehe..
Budayakan Vote kapanpun, tinggalkan jejak Comment dimanapun itu. Lebih baik Voment - Vote & Comment terlambat, daripada tidak sama sekali ~ De'en
Elle Pov#
Pagi harinya tepatnya hari Sabtu, aku berangkat ke sekolah sendiri. Beberapa hari ini Aina diantar kakaknya.
"Pagi, Diane Abrelle!" sapanya saat melihatku memasuki kelas.
"Pagi, Aina Rose!" balasku.
Sudah beberapa hari ini Aina mengamati wajahku. Aku risih dia selalu bersikap begitu, seakan-akan dia ingin menerkamku. Yang benar saja? Tentu saja tidak benar.
Aina membuka mulutnya siap bertanya, pertanyaan yang sama seperti beberapa hari ini dia ajukan. Aku tidak tahu kenapa hal tersebut sangat dia inginkan jawaban dariku.
"Kenapa dengan mata lo? Mata panda lo semakin hari semakin kentara. Lo sedang ada masalah, El?" tanyanya penuh selidik.
"Ah, tidak ... tidak ada masalah apa-apa Na...." jawabku masih menyembunyikan kebenarannya.
"Bohong. Lo pasti menyembunyikan--" ucapnya terputus. Aina menghela napas kasar.
Kali ini aku terselamatkan kembali. Sesi adu mulut murid perempuan dan laki-laki di kelas ini dimulai. Apalagi kalau bukan masalah ruang ganti kaos olahraga.
"Woi! Semua murid perempuan keluar dulu lah. Kita mau ganti kaos," ujar salah satu murid laki-laki.
"Enak aja, laki-laki dulu yang keluar. Ladies first elah," balas murid-murid perempuan tak mau kalah.
Adu mulut masih berlanjut. Hingga ketua kelas, laki-laki berambut hitam bermata biru pucat menengahi.
"Udah, dari pada gak selesai-selesai sampai bel masuk nanti bunyi. Perwakilan dua kubu lempar kertas gunting baju aja," ucapnya memberi saran.
"Batu kali Ndre, ralat woi!"
"Eh, iya maksudnya itu ... kertas bunting batu...." ujar ketua kelas bernama Andre.
"ANN-DREE!!" Teman-temanku jadi emosi akut dan melampiaskannya kepada ketua kelas, karena dia malah sengaja membuat mereka mengamuk.
Pada akhirnya mereka melakukan kertas gunting batu dan yang menang pertama murid laki-laki. Kami, murid perempuan terpaksa keluar dari kelas. Ladies first hanya tinggal kenangan.
Beberapa menit menunggu, kurang dari 10 menit mereka keluar dengan kaos olahraga lengkap. Seruan saling mengejek, dengusan, kekesalan kami keluar saat mereka keluar.
Setelah 10 menit lebih di ruang kelas, kami pun siap dengan kaos olahraga lengkap. Kaos lengan panjang dan celana panjang berwarna biru laut terpakai pas di badanku. Rambut panjangku yang tergerai ku ikat bergelung.
"Astaga!" seru Aina di belakangku.
Aku berjengit karena suaranya mengagetkanku. Tanpa aku tahu masalahnya, Aina menyeretku paksa. Dia menarikku kembali ke meja kami di belakang.
"Leher lo kenapa, El? Jangan bilang ini kissmark...." ucapnya setengah berbisik.
Aku menahan napas. Cepat atau lambat, pada akhirnya kedokku kebongkar. Haruskah aku terus terang? Batinku. Aku bahkan lupa kalau itu masih tercetak di leherku. Aku meringis, kepalaku mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life But Unlife
FantasyRomance Fantasy [ ON GOING ] ⚠️ Warning!! Kata-kata kasar, perkelahian, dan beberapa skinship ⚠️ Diane Abrelle, Elle, berumur 17 tahun, dia sekolah di SHS - Senior High School Counvill kota Kagya. Elle sebenarnya gadis cantik dan pintar, namun karen...