B23 - Tantangan Risa | Elle Pov

315 94 95
                                    

WARNING!!
CERITA INI HANYA KHAYALAN AUTHOR SEMATA
NB: jadi berimajinasilah sesuai deskripsi yang Author paparkan.

Selamat membaca 😘 baca dengan teliti ya, sekalian dikoreksi. Hehehehe..

Budayakan Vote kapanpun, tinggalkan jejak Comment dimanapun itu. Lebih baik Voment - Vote & Comment terlambat, daripada tidak sama sekali ~ De'en

Elle Pov#

Pagi ini aku terbangun dengan mata sembabku. Dalam hati aku bertanya-tanya ada apa denganku semalam tadi? Apa aku benar-benar bermimpi buruk?

Aku menggeleng. Penyebabnya siapa lagi kalau bukan laki-laki berambut silver-abu itu. Dia yang membuatku begini. Entahlah aku juga bingung, aku tidak tahu kenapa tadi malam sampai begitu, apalagi di depannya.

Saat itu aku benar-benar takut saja dia melakukan hal lebih denganku. Aku tidak mengenalnya, aku tidak tahu siapa dia, dan aku tidak mau mengkhianati Rey. Aku hanya mencintai Rey. Tetapi aku tidak bisa menjaga diri. Itulah yang aku sesali, hingga menangis di depan laki-laki itu.

Kenapa aku sebegitu lemahnya dengan laki-laki itu saat di depannya!? Dari kemarin-kemarin saat dia menggangguku aku selalu menahan tanya, alasan apa yang membuatnya selalu menggangguku, kenapa harus aku, lalu kenapa dia berlaku aneh denganku? Tetapi jawabannya sangat tidak memuaskan.

Aku benci dia! Setiap pertemuan yang aku benci salah satunya ialah setiap bertatap muka dengannya, akulah yang selalu terintimidasi. Lalu dia yang seenaknya saja menyentuhku. Benar-benar, aku benar-benar membencinya! Bahkan tadi malam dia tak membiarkan aku bertanya lebih dengannya, atau mungkin dia dulu yang memberitahu akan sesuatu yang ada hubungannya denganku pun tidak! Tidak pernah sekali-kali dia berinisiatif memberitahuku. Ingin sekali kucincang dia, tetapi tidak berani.

"Argh! Mental apaan nih?!" cercaku.

Huff! Embusan napas kasar keluar dari mulutku. Sudahlah, aku harus cepat-cepat mandi karena waktu terus berputar hingga sekarang sudah pukul 05.15 a.m. Dengan cepat aku bergegas ke kamar mandi.

Pagi ini aku dan Kak Rangga sarapan dengan masakan Mami sebelum beliau berangkat kerja. Mami berangkat kerja sebenarnya tidak pagi-pagi sekali. Pukul 06.00 a.m, Mami baru keluar dari rumah. Sedangkan kami berdua masih sibuk di kamar. Kami berdua baru keluar dari kamar sekitar lima menit sesudah Mami pergi.

Hubungan kami berdua dengan Mami memang tidak sedekat dulu. Namun meskipun jarang bertatap muka, Mami masih menyempatkan diri mendatangi kamar kami untuk berpamitan berangkat kerja seperti tadi. Itupun hanya berteriak di depan kamar kami, tidak benar-benar masuk ke kamar. Untuk alasannya aku juga tidak tahu mengapa. Mami selalu meneriaki kami dari luar pintu, malamnya pun kalau Mami sempat mendatangi kamar kami, caranya juga sama.

Andai Mami lebih mau meluangkan waktu sibuknya untuk kami berdua, mungkin kami akan senang sekali. Dan keluarga ini kembali harmonis meskipun tanpa kehadiran seorang Papi. Sebenarnya kami sudah berkali-kali meminta Mami cuti kerja, namun tetap ditolak Mami. Dengan alasan untuk membiayai kebutuhan kami, disuruh lembur perusahaan, banyak tugas yang belum kelar dan sebagainya.

Aku dan Kak Rangga sampai lelah. Membujuk, merengek, menangis, membentak pernah kami lakukan. Tetapi tetap saja tidak ada perubahan dari Mami. Terkadang kami pernah berpikir, apa perlu kami berdua memberontak, agar Mami sadar akan kehadiran anak-anaknya yang membutuhkan kasih sayang darinya?

Life But UnlifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang