B25 - So Hurt | Axe Pov

369 32 111
                                    

WARNING!!
CERITA INI HANYA KHAYALAN AUTHOR SEMATA
NB: jadi berimajinasilah sesuai deskripsi yang Author paparkan.

Selamat membaca 😘 baca dengan teliti ya, sekalian dikoreksi. Hehehehe..

Budayakan Vote kapanpun, tinggalkan jejak Comment dimanapun itu. Lebih baik Voment - Vote & Comment terlambat, daripada tidak sama sekali ~ De'en

Axe Pov#

Sekarang ini kesialan bagiku. Ah bukan, bukan hanya aku. Mereka juga ikut sial sepertiku. Dion, Finn, Nick, Dyse, Dyne, Millee dan Jeo mereka semua terseret kemari.

Di sini bukan hanya kami saja, para tetua juga ikut hadir di ruang pertemuan keluarga besar kami, klan Sagmancher. Kami dikumpulkan dan disidang di tengah-tengah mereka.

Saat Ayah menemukanku tadi, aku sudah menduga apa yang terjadi. Dan benar saja, kedok kami terbongkar. Tidak mungkin Ayah sampai menemukanku dengan mudah di kota Kagya kalau tidak ada yang memberitahu. Ternyata yang memberitahu adalah Finn, karena latihan yang mereka lakukan terungkap oleh Ayah.

Flashback On

"Cuma segitu kemampuan kalian?" cibirku pada kelima orang di depanku.

"Cih! Dasar berandal ingusan! Bedebah!"

"Kita belum selesai."

Kelima anggota geng itu berdiri tegak. Mereka geng yang beberapa waktu lalu kulepaskan gara-gara gadisku. Kali ini aku tidak akan melepaskan mereka, karena aku sangat ingin melenyapkan mereka. Sepertinya mereka juga sudah lelah hidup hingga kebiasaan mereka hanya bisa minum-minum dan memeras pejalan kaki yang melintasi mereka.

Tidak sampai di situ saja alasanku ingin melenyapkan mereka. Beberapa kali aku juga memergoki mereka sedang memukuli anak sekolah. Kejadian itu sering kali terjadi. Jadi aku sudah muak. Bahkan beberapa hari ini mereka semakin merajalela.

Alasanku memakai seragam seperti ini juga karena agar mudah memancing mereka. Namun alasan utamaku menyamar seperti ini bukan mereka, tentu saja bukan, tetapi ada seseorang yang kuhindari.

"Serang!" seru Bos geng itu.

Aku diam dalam pijakanku. Mereka menyerbu menyerangku. Hanya dengan menggunakan mantra Impulsive untuk menambah kekuatan seranganku, aku bersiap meladeni mereka. Lagi pula lumayan untuk olahraga, jadi tidak boleh disia-siakan.

Tetapi mereka tidak boleh diremehkan. Meskipun sudah berkali-kali tumbang, mereka masih bisa bangkit. Yah, walau dalam keadaan sempoyongan.

Aku dikepung oleh mereka berlima. Dua orang maju dengan kepalan tangan mereka yang siap melayang. Aku mengelak dengan cepat ke sisi kosong. Untuk membalasnya, aku segera menghantamkan tendanganku ke perut mereka.

Bugh.

Dua orang sekaligus terkena tendanganku. Tak sampai di situ, saat mereka membungkuk menahan sakit di perutnya, aku mendongakkan rahangnya dengan lututku.

Srek.

Dagh.

Pukulan bertubi dari tanganku ikut menghantam wajah mereka tepat di tempat yang kuinginkan. Seketika dua orang itu terkapar lemah dengan sudut bibirnya yang sobek dan memar di pipi serta pelipisnya.

Life But UnlifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang