B16 - Free Day (1)

361 50 108
                                    

WARNING!!
CERITA INI HANYA KHAYALAN AUTHOR SEMATA
NB: jadi berimajinasilah sesuai deskripsi yang Author paparkan.

Selamat membaca 😘 baca dengan teliti ya, sekalian dikoreksi. Hehehehe..

Budayakan Vote kapanpun, tinggalkan jejak Comment dimanapun itu. Lebih baik Voment - Vote & Comment terlambat, daripada tidak sama sekali ~ De'en

⏯️

Teng. Teng. Teng.

Bel istirahat berbunyi. Mendengar bel berbunyi, murid-murid langsung berhamburan keluar dari ruang ujian mereka.

"Huah, soal Matematika ngeselin."

"Fuck! Jawabannya baru dilempar, waktunya udah kelar."

"Jawabannya gak ada yang cocok. Yang buat soal cocok ke laut ajelah!"

"Sial! Pengawasnya ketat njir."

"Matematika sukses mengenaskan."

Begitulah keluh kesah mereka saat berkumpul dengan temannya membicarakan soal tes semester tadi. Tentunya setelah pengawas ujian mereka telah berlalu terlebih dahulu.

Sedangkan mereka asyik berkeluh kesah, Rey memilih berlalu dari kelasnya. Dia bergegas dengan langkahnya menuju kelas seberang, ke kelas Society berada.

"Na, Elle udah keluar?" tanya Rey kepada gadis berambut pirang yang sedang duduk di bangku taman depan kelasnya.

Aina melihat ke arah laki-laki itu. Dia mengernyitkan keningnya. "Lo malah nanya gue, Rey? Bukannya bersama lo ya?"

"Yang bener aja? Gue baru keluar kelas Na," pungkas Rey.

Kening Aina semakin berlipat-lipat. Sejak kapan sahabatnya itu berbohong? Jujur saja Aina tidak pernah dibohongi oleh Elle. Tidak mungkin sahabatnya itu berbohong. Aina menggelengkan kepala.

"Elle udah selesai ngerjain soal dari 10 menit yang lalu, Rey. Sebelum keluar kelas dia naruh kertas memo di samping tas gue, dia bilang mau ketemu lo dan ini buktinya." Aina menyodorkan kertas memo kepada Rey.

Rey menerima kertas memo itu. Keningnya otomatis mengernyit. "Tapi gue gak ada janji sama Elle Na, beneran. Ini aja gue baru nyamperin dia."

Aina terdiam sejenak. Dia nampak sedang berpikir dan mengingat-ingat.

"Gue juga merasa Elle agak aneh akhir-akhir ini," gumam Aina.

"Ya, ada yang ganjil. Apalagi saat tes semester ini, saat jam istirahat dia selalu pisah dari gue, alasannya ke perpustakaan dan bertemu kamu. Tapi pas ke perpus ataupun ketemu lo mau gue ekorin ditolak dia. Ya udah, gue ya pasrah aja biarin dia sendiri." Aina membeberkan kejanggalannya.

"Gue juga setuju. Makanya gue kemari ingin nanyain dia. Soalnya dari kemarin itu dia nolak gue terus pas gue ajak ketemuan saat jam istirahat. Tapi malah akhirnya dia gak ada gini," ucap Rey mulai gelisah.

"Kalau gitu kita nyari kebenarannya aja sekarang," usul Aina. Rey mengangguk antusias.

"Lo ke kantin gue ke perpus," ucap Aina membagi tugas.

"Baiklah."

Mereka berdua berjalan ke arah yang sama, dengan langkah tergesa. Namun saat di ujung koridor kelas XII mereka berpisah. Aina lurus ke depan ke arah perpustakaan. Sedangkan Rey belok kiri ke arah kantin.

****

Saat jam istirahat, dia terpaksa harus berakhir di kantin sekolahnya. Sebenarnya dia tidak pernah datang ke kantin, tidak pernah sesering ini. Meskipun terkadang dia ke kantin bersama sahabatnya. Tetapi sekarang dia di sini sayangnya tidak dengan sahabatnya. Sudah beberapa hari dia seperti ini dan hal itu bisa dihitung sudah dua hari ini.

Life But UnlifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang