WARNING!!
CERITA INI HANYA KHAYALAN AUTHOR SEMATA
NB: jadi berimajinasilah sesuai deskripsi yang Author paparkan.Selamat membaca 😘 baca dengan teliti ya, sekalian dikoreksi. Hehehehe..
Budayakan Vote kapanpun, tinggalkan jejak Comment dimanapun itu. Lebih baik Voment - Vote & Comment terlambat, daripada tidak sama sekali ~ De'en
⏯️
Zag. Zag. Zag.
Suara itu terdengar di udara, saat kaki jenjang yang terbalut dalam jubah hitam miliknya membelah udara malam. Meskipun langkah kaki yang tercipta pendek, jarak tapakannya jauh di depannya. Hanya sekali hentakan, tubuhnya bisa melesat sejauh 50 meter.
Efek dari mantra yang ia rapalkan sangat berguna sekali dalam memangkas jarak yang harus ia lalui. Andai dia bisa melakukan mantra lainnya semisal bisa berpindah tempat, ia akan sangat merasa terbantu.
Namun apa daya kalau dia tak bisa melakukannya. Di keluarganya, lebih tepatnya klannya, tidak ada yang bisa melakukannya. Kecuali satu orang itu, namun sudah meninggal. Dan satu kemungkinan lagi, orang yang tengah ia cari saat ini.
"Sebentar lagi, Princess. Aku akan menemukanmu," gumamnya seiring langkah jauhnya.
****
Axe dan Jeo menatap ngeri dengan gadis yang tengah mereka perhatikan. Terutama Axe, dia masih tak percaya dengan fakta tentang gadisnya. Namun, melihat secara langsung apa yang tengah gadis itu lakukan membuat keraguannya langsung sirna.
Ternyata benar, dia merupakan bagian dari mereka. Batin Axe.
"Ax, kita harus segera ke sana, hentikan mantranya. Perempuan itu bisa mati," cetus Jeo, jarinya menunjuk ke atas ke arah perempuan yang melayang di atas dengan rontaannya.
"Cara menghentikan mantranya gimana? Lo kan yang tau," timpal Axe bingung.
"Baiklah. Kamu dekati Princess Gabriela, sadarkan dia. Urusan perempuan di atas itu dan semua ini biar aku," ucap Jeo membagi tugas.
"Oke," singkat Axe. Tanpa menunggu lama, mereka segera melesat ke arah masing-masing.
Jeo melesatkan diri ke atas. Dia mengedarkan matanya ke sekeliling. Kabut berwarna abu-abu pekat milik Elle menyebar luas di udara malam. Kilat merah yang merambat di antara kabut abu-abu terkadang ikut menghias. Sejauh matanya memandang, kabut amarah itu sudah merembet ke sudut-sudut sekolah ini.
Bahkan tak berhenti di sana saja, kabut itu terus merembet keluar. Dengan cepat Jeo merapalkan mantra Neutralize untuk menetralkan aura kemarahan Elle sejauh yang ia bisa.
Sedangkan Axe, dia masih berdiri diam di belakang Elle. Dia masih bingung harus melakukan apa untuk menghentikan penyiksaan Elle kepada perempuan yang tengah meronta itu.
"Ax, lakukan sesuatu! Semakin luas semakin banyak korban yang kena efek Curse-nya, aura kemarahannya pun semakin kuat. Dan perempuan itu juga akan mati!" teriak Jeo. Dia merasa kewalahan dengan tugasnya.
Axe menjawab dengan helaan napas. Antara masih ragu dan was-was, Axe akhirnya membulatkan tekadnya. Dia mengikis jaraknya dengan Elle, kemudian tangannya terulur ke depan. Ia menutup kedua mata Elle dengan cepat.
Mulutnya berbisik di telinga Elle, "Ini yang lo lakuin, huh? Ternyata benar, lo bukan gadisku."
"Gadisku gak mungkin membunuh orang lain, apalagi teman yang satu sekolah dengannya."
![](https://img.wattpad.com/cover/147786884-288-k190612.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Life But Unlife
FantasyRomance Fantasy [ ON GOING ] ⚠️ Warning!! Kata-kata kasar, perkelahian, dan beberapa skinship ⚠️ Diane Abrelle, Elle, berumur 17 tahun, dia sekolah di SHS - Senior High School Counvill kota Kagya. Elle sebenarnya gadis cantik dan pintar, namun karen...