Hei, siap baca?
Siap, cuap, mancap tak? 🙋Di atas kamar Axe, mulmed-nya sudah di-booking dia
--------------
Sesampainya di depan bangunan berarsitektur kuno, ia melangkah mendekat ke singgasana dengan kaki yang terseok-seok. Jubah hitamnya yang tersampir di tubuhnya sudah tak berbentuk layak.
"Hadap, Paduka," ujarnya.
Di depan singgasana kosong, dia menekuk sebelah kakinya. Kepalanya ia tundukkan. Tidak ada Seseorang di sana, namun ia tetap melakukannya.
Beberapa detik ia masih melakukannya. Namun kini ia membuka mulutnya lagi untuk berbicara, "Maafkan saya belum bisa membawa Princess Gabriela, Tuan. Tetapi ada sesuatu lebih penting yang harus saya sampaikan terlebih dahulu."
"Hm, aku mendengarkan," balasan suara dari arah depannya terdengar.
Entah sejak kapan, di depan laki-laki yang menekuk kakinya itu sudah terduduk sosok yang menempati singgasana. Sosok yang tinggi kedudukannya di sana. Sosok yang cukup berpengaruh di sana.
"Ini menyangkut Armor Diaphanous. Dia masih hidup. Bahkan sekarang dia berada dipihak musuh, klan Sagmancher. Lalu Princess Gabriela ikut bersama mereka."
Sosok di depan Ars mengangkat alisnya, lalu menyatukannya. "Ah, Armor Diaphanous ... pelindung pasangan Rittle."
Dia memejamkan matanya sejenak. Saat membukanya, dia membuka mulutnya pula, "Baiklah secara tak langsung mereka menyatakan perang. Kamu fokus saja dengan Princess Gabriela, Ars. Untuk persiapan perang biar aku yang urus. Dalam satu bulan carilah celah, dapatkan Princess Gabriela sesegera mungkin."
Ars mengangguk mengerti. "Baik, Tuan Varian."
"Sebelumnya, pergilah ke Evio dulu, bersihkan lukamu." Tunjuk Varian ke arah sampingnya. Tempat yang awalnya kosong sudah terisi sosok berjubah. Sosok itu yang ia maksud.
"Baiklah, Tuan. Saya permisi." Ars mendirikan tubuhnya. Ia mendekat ke Evio.
Sosok itu mengangguk, begitupun Ars. Detik selanjutnya mereka berdua mengundurkan diri dari hadapan Varian. Setelah itu mereka menggunakan Blizt masing-masing.
****
Di tengah lapangan itu, pesta yang sempat terhenti kembali berjalan. Orang-orang kembali ada di tempatnya, seperti semula. Bedanya mereka semua bersikap seakan-akan tak pernah terjadi apa-apa di sana. Bahkan kini mereka asyik berdansa beriringan dengan musik lembut yang mengalun.
Termasuk pasangan yang memakai mahkota di kepala mereka. Pasangan yang memenangkan game pesta itu beberapa menit yang lalu. Pasangan dengan nama samaran Roseana dan Farel. Mereka ikut berdansa di tengah-tengah peserta pesta topeng.
"Be mine?" ujar laki-laki itu. Dengan salah satu tangannya, ia merengkuh pinggang gadis di depannya.
Gadis itu menatap kedua mata laki-laki itu. Namun saat itu juga dia menundukkan kepalanya. Wajahnya merona.
"Are you serious, Fal?" lirih gadis itu.
"Hm. Aina Rose, be mine, please?" ulang laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life But Unlife
FantastikRomance Fantasy [ ON GOING ] ⚠️ Warning!! Kata-kata kasar, perkelahian, dan beberapa skinship ⚠️ Diane Abrelle, Elle, berumur 17 tahun, dia sekolah di SHS - Senior High School Counvill kota Kagya. Elle sebenarnya gadis cantik dan pintar, namun karen...