B19 - Di Mana?

356 50 103
                                    

WARNING!!
CERITA INI HANYA KHAYALAN AUTHOR SEMATA
NB: jadi berimajinasilah sesuai deskripsi yang Author paparkan.

Selamat membaca 😘 baca dengan teliti ya, sekalian dikoreksi. Hehehehe..

Budayakan Vote kapanpun, tinggalkan jejak Comment dimanapun itu. Lebih baik Voment - Vote & Comment terlambat, daripada tidak sama sekali ~ De'en

⏯️

Setelah memutuskan pergi dari perpustakaan, Axe sekarang berada di apartemennya. Kali ini dia tidak sendirian, seorang gadis masih lengkap dengan seragamnya itu terpejam menemaninya. Ya, gadis yang terbawa begitu saja olehnya. Gadis itu, Diane Abrelle.

Saat sampai di apartemennya, Axe langsung tertidur di kasur empuknya. Rasa rindu pada kasur empuknya tidak bisa dia elak. Karena selama tidur di lantai tahanan terlaknat itu, badannya sakit semua. Berbeda dengan kasur yang dia tiduri sekarang.

Saking nyamannya, tanpa sadar satu tangan Axe melingkar posesif di pinggang Elle. Dan entah karena dia begitu merindukan kasurnya atau karena alasan lain, tidurnya kali ini terasa sangat nyaman baginya.

Alunan dengkuran halus dua insan itu memenuhi ruang kamar Axe. Cahaya kejinggaan matahari yang menyelinap dari korden jendela memberi penerangan yang cukup untuk ruangan itu, menambah kesan harmonis untuk tidur mereka.

Tak terasa waktu terus berputar. Matahari jingga semakin beranjak ke ufuk barat. Tetapi dua insan itu yang masih terlelap, belum juga berniat untuk bangun. Hingga malam pun akhirnya tiba tanpa diminta. Gelap dalam ruangan itu mendominasi. Namun saat itu juga lampu kamar, otomatis menyala karena memang sudah diatur sedemikian rupa.

Saat masih terlelap dalam mimpi indah masing-masing, suara perut salah satu berbunyi dan memenuhi ruang kamar itu. Salah satu dari mereka yang merasa perutnya berbunyi, akhirnya pun terganggu tidurnya.

"Engh," erangan yang keluar dari bibir Elle. Ia ingin merenggangkan tubuhnya. Tetapi tangan yang berada di pinggangnya mengganggu pergerakannya. Sedangkan embusan napas hangat yang berasal dari tengkuknya, seketika membuatnya merinding.

Elle memaksa membuka matanya. Saat dia menolehkan kepalanya ke samping, dia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya.

"Kyaa!" jeritnya dan otomatis dia terbangun dengan posisi duduk. Dia menyingkirkan tangan Axe dari pinggangnya dan mengambil bantal. Lalu bantal itu melayang memukul Axe yang tengah tidur.

"Oh, damn! Biarkan gue tidur tenang, D!" ucap Axe tidak sadar dengan mata yang masih terpejam. Tangannya mencari kenyamanan dengan kembali memeluk tubuh Elle, lebih tepatnya paha Elle layaknya memeluk guling.

Elle melotot. Dengan sigap dia menyingkirkan tangan Axe, yang merupakan laki-laki asing bagi Elle. Meskipun laki-laki itu, Axe, pernah menyelamatkannya.

"Ya! Enyahlah dari kamarku. Pergi dari sini, kamu!" Dia meneriaki Axe yang masih nyaman dengan tidurnya.

Tetapi tidak ditanggapi oleh Axe. "Ke-kenapa kamu di kamarku?!" tanyanya masih setengah berteriak.

"Argh!" Dengan malas-malasan, Axe mendudukkan tubuhnya. Dia juga baru ingat kalau dia tadi ke sini tidak sendirian. Pantas saja, pikir Axe.

Life But UnlifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang