B15 - Lanjutan

319 37 75
                                    

WARNING!!
CERITA INI HANYA KHAYALAN AUTHOR SEMATA
NB: jadi berimajinasilah sesuai deskripsi yang Author paparkan.

Selamat membaca 😘 baca dengan teliti ya, sekalian dikoreksi. Hehehehe..

Budayakan Vote kapanpun, tinggalkan jejak Comment dimanapun itu. Lebih baik Voment - Vote & Comment terlambat, daripada tidak sama sekali ~ De'en

⏯️

"Engh...." erang laki-laki yang terbaring.

Sosok yang tengah meracik ramuan di ruangan itu menoleh dan mendekat. "Oh, sudah bangun? Syukurlah."

Laki-laki yang terbaring lemah itu mengerutkan alisnya. Suara laki-laki lain di kamar itu menyapa pendengarannya saat kesadarannya pulih. Sosok berjubah hitam menyapa indra penglihatannya. "Kamu siapa?" tanyanya.

Bekas memar yang tadinya menghias di tubuhnya sudah menghilang penuh, meskipun masih tersisa perban yang membalut dibeberapa bagian tubuhnya. Sepertinya benturan benda keras juga telah melukai kepalanya hingga harus dibalut dengan kain kasa putih itu.

Saat laki-laki itu mencoba mendudukkan tubuhnya, sosok yang tak jauh darinya hanya berdiri menyaksikan. Dia memiringkan kepalanya sebelum menjawab, "Orang yang membantumu dari kematian." Sosok itu tersenyum kecil sambil bersedekap melihat laki-laki di depannya yang berusaha mendudukkan tubuhnya. Tetapi usaha laki-laki itu gagal, karena badannya masih lemas dan tenaganya seakan terkuras.

"Gak ada niat buat membantu, huh?" dengus laki-laki itu.

"Ck. Memang gak ada. Lebih baik kamu tiduran saja," balasnya memberi saran. Dia berjalan menjauh mendekati meja. Cawan berisi racikan tanaman obat ia ambil. Kemudian dia berjalan mendekat kembali dan meletakkan cawan itu di samping laki-laki yang terbaring.

Sosok itu mengulurkan tangannya, hendak membuka perban dan menggantinya. Tetapi ditolak oleh laki-laki di depannya.

"Gak perlu, aku udah baikan kok. Kamu laki-laki atau perempuan?" tanyanya sambil melakukan Healing-nya dengan tiduran. Ototnya yang serasa lemas seakan tak terpakai beberapa lama itu ia sembuhkan dengan Healing.

Sosok itu melihat laki-laki itu melakukan prosesinya. "Maumu apa? Perempuan?" Sosok itu balik bertanya.

"Ya. Mauku perempuan," jawabnya spontan. Tangannya dengan santai bergerak merapikan rambut cokelat-abu di dahinya yang berantakan. Tenaganya mulai setengah pulih.

Sosok itu terkekeh mendengar jawabannya. "Sayangnya seperti yang kamu ketahui, aku laki-laki."

Laki-laki yang bertanya itu tidak terkejut dengan jawaban sosok itu. Namun sedikit kecewa, karena yang menolongnya tidak berubah jadi perempuan. Mau bagaimana lagi, didengar dari suaranya dari tadi juga sudah tahu kalau sosok didepannya adalah laki-laki.

"Kamu bagian dari klan mereka kan? Kenapa menolongku?" tanya laki-laki itu kemudian.

"Entahlah. Aku gak ada urusan dengan mereka lagi," jawabnya mendesah berat.

"Kok bisa?"

"Sudahlah, kamu istirahat dulu. Nanti saja ceritanya em--" putusnya.

Life But UnlifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang