B11 - Gelisah

415 36 84
                                    

WARNING!!
CERITA INI HANYA KHAYALAN AUTHOR SEMATA
NB: jadi berimajinasilah sesuai deskripsi yang Author paparkan.

Selamat membaca 😘 baca dengan teliti ya, sekalian dikoreksi. Hehehehe..

Budayakan Vote kapanpun, tinggalkan jejak Comment dimanapun itu. Lebih baik Voment - Vote & Comment terlambat, daripada tidak sama sekali ~ De'en

⏯️

Di danau yang berbentuk bulan sabit, sebuah pondok kecil yang terbuat dari kayu berdiri tak jauh dari danau itu. Rumput-rumput yang hijau dan segar itu tumbuh di tanah lapang yang tak jauh dari pondok kayu. Ketiga objek itu dikelilingi oleh pohon-pohon pinus, cempaka dan berbagai pohon lainnya yang tumbuh di hutan Xigarea.

Suasana alam di sini bisa dibilang damai dan tenteram. Tetapi tidak malam ini. Suara rontaan seorang gadis yang terdengar samar dari pondok kayu itu menyayat pendengaran siapapun yang ada di sana. Axe dan Finn mendaratkan manteranya tepat di samping gadis berambut cokelat yang meronta-ronta di kasur. Mereka menatap nanar ke arah gadis itu.

Gadis itu meronta menahan sakit yang entah karena alasan apa. Bahkan tidak ada sayatan, tidak ada goresan dan tidak ada luka sama sekali. Tetapi tubuh gadis itu merah padam seperti orang yang kepanasan.

Kondisinya pada saat ini akal sehatnya seakan hilang dan tergantikan rasa sakit yang teramat. Keinginan menghilangkan rasa sakit yang dirasa menjadi keinginan terbesarnya. Orang yang merasakan sakit seperti dirinya bisa saja melukai dirinya bahkan orang lain hanya demi menghilangkan rasa sakit di tubuhnya. Untungnya gadis itu sudah ditali oleh Finn dengan mantera pengikat, sebelum mencari Axe.

Seorang gadis berambut pirang sedari tadi duduk di tepi kasur menemani gadis yang terbaring, belum menyadari kehadiran Finn dan Axe. Dan suara deheman menyadarkan gadis itu dengan keberadaan dua laki-laki yang berdiri didekatnya. Gadis itu menolehkan kepalanya sedikit.

Sebelum dia juga refleks membalikkan badan atau bahkan melepaskan genggaman di tangan gadis yang terbaring, Axe berucap terlebih dahulu, "Teruskan mantera Procio-nya, Dyn. Jangan diputus."

Gadis yang bernama Dyne mengerti. Dia mengangguk dan mengurungkan niatnya membalik badan dimana hal itu akan tergantikan sapaannya. Selain itu, dia hampir saja melupakan perapalannya dan memutus manteranya. Karena gadis yang berbaring, Dyse, terkena Curse Crucio, sihir hitam yang menimbulkan rasa sakit pada target, maka dengan menggunakan mantera Procio bisa meringankan rasa sakit yang diderita. Tetapi sepertinya rasa sakit yang didera hanya hilang berapa persen saja.

Tanpa menunggu lebih lama hanya menyaksikan, dengan segera Axe dan Finn langsung mengambil posisi duduk. Finn duduk di samping kiri Dyne dan Axe di sisi lainnya.

"Gue mantera penyembuh ya, Ax. Lo yang mantera pemutus," ucapnya. Sebelum Axe menjawab, dia mulai mengangkat tangannya di atas tubuh Dyse dan mulai merapalkan mantera Healing.

Axe mendesah. Mau bagaimana lagi, di sini cuma Axe yang mampu dan mempunyai napas panjang. Karena mantera pemutus sihir hitam cukup panjang sekitar sepuluh menit perapalannya, maka mau tak mau Axe yang mendapatkan mantera pemutus, Breakcidon. Dengan perasaan agak kesal, Axe mengambil napas panjang untuk memulai perapalannya.

10 menit berlalu....

Dyse mulai berhenti meronta. Ketiga mantera penggabungan berhasil, meskipun kesadaran Dyse belum sepenuhnya pulih. Selain tiga mantera penggabungan, ada satu mantera yang mampu memutus sihir hitam, tetapi mereka bertiga belum mendapatkan pelajaran ilmu tinggi.

"Makasih ya Finn, Ax," ucap Dyne, saat mereka berjalan keluar dari kamar meninggalkan Dyse mengembalikan kesadarannya.

"Sama-sama, Dyn. Apa sih yang gak buat lo," balas Finn. Tabiat sok manisnya muncul. Sedangkan Axe hanya mengangguk sebagai jawabannya.

Life But UnlifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang