WARNING!!
CERITA INI HANYA KHAYALAN AUTHOR SEMATA
NB: jadi berimajinasilah sesuai deskripsi yang Author paparkan.Selamat membaca 😘 baca dengan teliti ya, sekalian dikoreksi. Hehehehe..
Budayakan Vote kapanpun, tinggalkan jejak Comment dimanapun itu. Lebih baik Voment - Vote & Comment terlambat, daripada tidak sama sekali ~ De'en
⏯️
Dengan langkah cepat, Elle melangkahkan kakinya menuju kelasnya, Society 3. Sampai di depan pintu kelas, Elle memperlambat langkahnya untuk memasuki ruang kelasnya.
TENG. TENG. TENG.
Dia menghembuskan napasnya lega. Semua mata memandang Elle termasuk Aina yang melihat kedatangannya. Aina melambaikan tangannya mengisyaratkan Elle agar segera duduk di bangkunya.
Sampai di bangkunya, Elle melontarkan pertanyaan kepada Aina. "Kenapa mereka melihat aku seperti itu?" tanyanya bingung.
"Mungkin heran melihat lo kali. Dua hari ini lo kan masih jadi trending topic di sekolah. Insiden dengan Risa waktu di kelas, terus ditambah saat di kantin," jelas Aina mengingatkanku.
"Oh...." Elle tidak tahu harus menanggapi apa, sedangkan dia tidak merasa bagaimana-bagaimana.
"Memangnya kenapa dengan insiden itu?" tanyanya lagi dengan masih menyimpan kernyitan di keningnya.
"Ya, mereka heran aja. Lo baik-baik aja, masuk sekolah juga seperti biasa, meskipun--" Aina menjeda. Dia meneliti wajah Elle. Alisnya bertautan tajam.
Kemudian dia melanjutkan penuturannya, "Meskipun kali ini, lo berangkat agak telat dan dengan mata panda?" ucapnya mulai curiga.
Elle mengangkat bahunya. Tepat saat guru mata pelajaran Bahasa Indonesia memasuki kelas, Aina mengatupkan mulutnya yang sudah siap bertanya seperti polisi menginterogasi pelaku. Dengan kesal, Aina memanyunkan bibirnya dan bergumam tidak jelas.
Melihat hal tersebut, Elle tersenyum lega karena Aina tidak jadi bertanya lebih jauh kepadanya.
****
"Mereka lama banget sih!" gerutu Axe. Dia menggoyang-goyangkan kakinya yang ditumpu di salah satu kakinya.
Duduknya di atas batu besar yang ada di bawah pohon rambutan menjadi tak tenang. Dia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri menemukan sosok yang dicarinya.
Tetapi mereka tak kunjung datang. Hingga matahari pagi mulai menimpanya dan mulai memanaskan wajahnya. Axe masih menunggu dengan sabar, meskipun aslinya tidak sesabar itu.
Beberapa menit berlalu. Hingga sosok yang dicari memunculkan batang hidungnya, Axe mendengus kesal. Mereka yang sedang dia tunggu dari tadi. Dua laki-laki dan tiga gadis itu berdiri tak jauh dari tempatnya duduk. Finn, Dyse, Dyne dan dua temannya, teman Axe juga, berjalan mendekat ke arah Axe.
"Sorry Ax. Lo jadi lama nunggu," ucap Finn untuk salam sapanya.
"Hm," balas Axe.
"Mereka nunggu lama karena kami berdua Ax, maaf ya?" ucap laki-laki berkacamata dengan rambut hitamnya.
"Hm. Gak apa-apa, Nick. Kalau lo sama Millee ikut gue maklumi deh," kata Axe.

KAMU SEDANG MEMBACA
Life But Unlife
FantasyRomance Fantasy [ ON GOING ] ⚠️ Warning!! Kata-kata kasar, perkelahian, dan beberapa skinship ⚠️ Diane Abrelle, Elle, berumur 17 tahun, dia sekolah di SHS - Senior High School Counvill kota Kagya. Elle sebenarnya gadis cantik dan pintar, namun karen...