B27 - Sebuah Keinginan

319 64 82
                                    

WARNING!!
CERITA INI HANYA KHAYALAN AUTHOR SEMATA
NB: jadi berimajinasilah sesuai deskripsi yang Author paparkan.

Selamat membaca 😘 baca dengan teliti ya, sekalian dikoreksi. Hehehehe..

Budayakan Vote kapanpun, tinggalkan jejak Comment dimanapun itu. Lebih baik Voment - Vote & Comment terlambat, daripada tidak sama sekali ~ De'en

⏯️

Saat ini Axe tengah bergelut dengan pikirannya. Baru saja dia mengabaikan gadisnya. Gadis yang baru-baru ini menyita perhatiannya. Entah mengapa melihatnya saja perasaannya seakan hancur. Hancur perasaannya, hancur pertahanannya. Gadisnya tak menginginkannya, gadisnya tak membutuhkannya.

Axe tahu itu. Jadi dia tak mau, kalau dia tetap di sana dia akan terlihat mengenaskan didepannya karena berharap dengannya. Walaupun sebenarnya Axe memang masih ingin berharap gadisnya itu berubah seperti sebelumnya. Namun apa daya, jika keinginan itu hanya menjadi sebuah keinginan belaka yang bertepuk sebelah tangan.

Axe menghela napas beratnya. "Entahlah, serah! Kepala gue jadi pusing mikirinnya."

Dia mendudukkan tubuhnya. Langit malam berhias bintang menjadi sorotannya. Di atap bangunan rumah modern milik klan Sagmancher kini ia berada.

Yup, benar. Axe sudah ada di tempat pemantauan klannya. Mereka pindah tempat jauh dari asalnya. Jika kemarin mereka berada di ujung utara kota Kagya, maka sekarang mereka berada di ujung selatan kota Kagya. Kota Kagya merupakan kota yang dikelilingi hutan dan lautan. Tigaperempat posisi kota Kagya dikelilingi hutan Xigarea, sedangkan seperempatnya berupa lautan yang berada di barat kota.

Axe menerawang. Tanpa berpikir keras untuk mengingat, dia teringat akan hal yang membentuk tanya di otaknya.

"Kalau gak salah, saat Warlock itu mau menggapai Elle, dia bilang sesuatu. Bound memories note ... a desire that is connected...."

"Sepertinya kata-kata itu gak asing?"

Axe menghempaskan tubuhnya pelan. Baru saja dia memejamkan matanya sejenak, namun tiba-tiba dia memakai Reption-nya menuju kamarnya. Sepertinya dia baru saja teringat akan sesuatu.

****

Di sisi lain kota Kagya, pagi harinya di dalam kelasnya Aina sedang mencoba mengembalikan ingatan Elle. Karena malam kemarin Rey mengganggu Aina dengan curhatannya.

"El, lo gak ingat siapa Rey?" desak Aina.

"Rey?" Elle mencoba mengingatnya, "Oh, Rey yang ngirim pesan kemarin? Yang pesannya gak jelas itu?" Elle balik bertanya.

"Bukan, maksud gue status Rey."

"Status Rey? Statusnya pelajar kan ... atau mungkin sudah menikah?" tebak Elle semakin jauh.

"Ngeselin emang ya! Bukan El, Rey itu pacar lo," geram Aina.

"Sejak kapan aku pacaran? Kayaknya gak pernah deh, Na," elak Elle.

"Ingatan lo ke mana sih, kenapa bisa hilang tiba-tiba? Gue jadi yang susah," gerutu Aina.

"Udah anggap aja Rey pacar lo, tapi dia emang pacar lo sih. Semua murid SHS Counvill juga tau. Kalau gak percaya tanya kak Rangga, dia juga tau," imbuhnya.

Elle manggut-manggut. Dalam hatinya dia merasa ada perasaan aneh jika mengingat nama Rey, tetapi otak dan pikirannya menolak. Karena tak sedikit pun ada ingatan tentang Rey.

Life But UnlifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang