B14 - Lanjutan

332 37 79
                                    

WARNING!!
CERITA INI HANYA KHAYALAN AUTHOR SEMATA
NB: jadi berimajinasilah sesuai deskripsi yang Author paparkan.

Selamat membaca 😘 baca dengan teliti ya, sekalian dikoreksi. Hehehehe..

Budayakan Vote kapanpun, tinggalkan jejak Comment dimanapun itu. Lebih baik Voment - Vote & Comment terlambat, daripada tidak sama sekali ~ De'en

⏯️

Ternyata-- tetapi apa memang benar? Elle terus membatin.

Tidak, tidak mungkin. Bukan dia. Tetapi--argh! Mungkin aku salah lihat. Suaranya saja berbeda. Dan kelakuannya yang suka memeluk-- jelas tidak mungkin. Dia menampik kebenarannya. Kepalanya menggeleng pelan.

Tetapi-- Elle melirik ke arah-nya lagi. Pandangannya ia tajamkan.

Rambut kan banyak yang sama. Batin Elle.

Siapa pun dia tetap saja, dia keterlaluan. Masuk sembarangan ke kamar orang.

Elle menyentuh tangan dia yang memeluk tubuhnya. Tepukan geram ia daratkan, ingin cepat-cepat agar dia segera bangun.

"Sebentarnya sudah, aku tidak bisa tidur kalau kamu di sini dengan posisi seperti ini. Lagian besok aku harus bangun awal," kata Elle berterus terang dengan ketidaknyamanannya.

"Hm. Makasih untuk ini," ucap-nya. Detik selanjutnya dia menghilang tanpa bekas.

Elle melongo. Apa aku sedang berhalusinasi? Batinnya. Dia mencubit pipinya. Sakit. Dia tidak sedang berhalusinasi. Dia nyata menghilang di depan matanya.

Nyebelin, tetap saja itu makhluk nyebelin. Datang dan pergi seenaknya saja! Tanpa peringatan! Tanpa aba-aba! Tanpa penjelasan! Argh!

Elle mengepalkan tangannya. Selalu perang batin. Selalu dan selalu. Rasa keingintahuannya selalu tidak bisa tersalurkan. Mulutnya tanpa sadar menjerit.

Tok. Tok. Tok.

"El, kamu kenapa Nak?" tanya suara perempuan dibalik pintu kamar Elle.

Elle mendesah. Itu suara Maminya. Mendengar suara Maminya, menandakan sekarang pasti sudah tengah malam lebih. Dan dia mengganggunya selalu tengah malam. Menyebalkan bukan?!

"Ti-tidak kenapa-kenapa, Mi. Elle sepertinya cuma mimpi buruk," jelas Elle cukup keras untuk didengar Maminya.

"Ya sudah. Kalau ada apa-apa ke kamar Mami saja ya," ucapnya sebelum melangkah pergi.

"Ya, Mi--" balasnya lirih. Itu akan Elle lakukan, kalau Mami tidak selalu sibuk.

****

"Finn, Axe gimana?" tanya dua gadis di sisi sampingnya.

Api unggun yang menyala di tengah-tengah mereka lumayan memberikan penerangan, meskipun masih tertelan gelapnya hutan Xigarea. Langit malam juga tidak memunculkan sang rembulan. Bintang-bintang pun tak tampak menghias. Langit seakan mengerti perasaan awan yang ingin memuntahkan isinya karena terlalu berat menahan beban, yaitu titik-titik air yang sudah terkumpul hampir penuh.

Finn menengadahkan kepalanya. Dia tersenyum miris sebelum menjawab, "Mood-nya lagi buruk, dia lagi menyendiri--" bahkan semakin hari semakin berbeda dengan Axe satu tahun yang lalu. Batin Finn menambahi.

"Dia di mana?" tanya gadis berambut cokelat. Finn menjawab dengan menunjuk batu besar di pinggir sungai.

"Aku samperin ya," kata gadis itu seraya pergi ke arah Axe berada.

Life But UnlifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang