Holaa ... I'm come back❤️
Btw ada yang kangen gak, hm?
.
.Ready for read? Check music '⏯️' 👆
------------------
Sial! Mereka ngomong dan mutusin seenaknya aja. Dua gadisku jadi kejer kayak gini, gerutunya sedari tadi dalam hati.
"Finn, aku lelah, aku menyerah ... "
"Aku juga ..." Lirihan suara serak dua gadis itu terlontar bersahutan.
Laki-laki itu, Finn, menoleh ke arah mereka berdua secara bergantian. Ada rasa senang yang tersemat di hatinya. Tetapi bersamaan itu, perasaannya ikut bersedih melihat mereka.
Dia berdecak dengan ejekannya, "Ck. Baru juga segitu, kalian udah kejer kayak gini."
"Apalagi lo Dys. Gak nyangka lo yang sok berani dan biasanya judes bisa kayak gini," imbuh Finn.
Gadis berambut cokelat yang disebut namanya itu menghela napas lelah. "Entahlah. Ternyata susah banget buat masuk ke hatinya. Sepertinya aku gak pantas disukai," paparnya. Ekspresi wajahnya datar, namun bekas jejak air mata yang belum mengering mewakili perasaannya saat ini. Kesedihan yang tengah ia rasa.
"Hm, sekadar untuk mengenalnya aja ditampik. Ibaratnya mengetuk pintu untuk bertamu tetapi pemilik rumah tak menggubris. Kalaupun dibuka, pemilik mengira aku seperti pengemis," timpal gadis berambut pirang, Dyne. Gadis itu juga memiliki jejak air mata yang baru saja mengering.
Kali ini Finn menghela napas berat. Benar saja terasa berat karena dia harus menguatkan hatinya saat berada di antara dua gadis itu. Gadis kembar yang menangis sedari tadi karena masing-masing dambaan hati mereka. Gadis kembar yang memintanya untuk mendengarkan curahan hati mereka. Dan mereka, gadis kembar yang sudah membolak-balik perasaannya.
"Hasilnya apa gak usah dipikirkan. Kalau kalian suka mereka, kejar terus. Ketuk pintunya terus, gedor keras-keras kalau perlu hingga pemilik rumah merasa jengkel. Dengan begitu pada akhirnya mereka bukain pintunya, kan."
Begitulah yang selalu Finn lontarkan untuk menyemangati mereka berdua. Meskipun dia menyampaikannya juga untuk menyemangati dirinya sendiri.
Seperti halnya gue. Kalian ngejar mereka, gue ngejar kalian. Kalian ngetuk pintu hati mereka, gue juga sama. Gue juga gak tau sampai kapan semua ini berakhir. Mungkin kalau kalian udah sadar gunanya leher buat noleh ke belakang, di mana ada gue di sana. Atau saat udah sadar gunanya telinga buat dengarin, dengarin gue ngetuk pintu hati kalian ... yah meskipun sangat pelan, batin Finn.
"Andai mereka seperti kamu, Finn," lontar Dyne.
"Hm. Pasti akan mudah mendapatkan mereka, Finn." Dyse ikut mengiyakan.
Haruskah Finn merasa senang dan terharu? Tidak. Finn merasakan kebalikannya. Hatinya teremas saat mereka melontarkannya. Seakan-akan ada perbedaan jauh antara dia dan mereka yang disukai dua gadis itu. Dia berada di area yang mudah dijangkau, sedangkan mereka yang disukai dua gadis itu ada di area yang sulit dijangkau.
Tahu maksudnya bukan? Secara tak langsung image-nya sebagai laki-laki sudah anjlok di mata dua gadis itu.
"Gue pergi dulu," pamitnya.
Tanpa menunggu respons dua gadis itu, Finn melesat pergi. Tak jauh, dia tak pergi jauh dari mereka. Hanya berada di belakang mereka, Finn bersandar di tembok. Ia masih mengawasi mereka, yang masih larut dalam kesedihannya.
"Maaf," lirih Finn.
Dia seharusnya bisa menghibur mereka, karena ia tahu kenapa mereka berdua sampai berucap begitu. Tetapi ... dia juga punya hati yang tak seharusnya mereka sakiti. Sesak, entah kenapa udara yang ia hirup membuatnya sesak saat berada di dekat mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life But Unlife
FantasyRomance Fantasy [ ON GOING ] ⚠️ Warning!! Kata-kata kasar, perkelahian, dan beberapa skinship ⚠️ Diane Abrelle, Elle, berumur 17 tahun, dia sekolah di SHS - Senior High School Counvill kota Kagya. Elle sebenarnya gadis cantik dan pintar, namun karen...