WARNING!!
CERITA INI HANYA KHAYALAN AUTHOR SEMATA
NB: jadi berimajinasilah sesuai deskripsi yang Author paparkan.Selamat membaca 😘 baca dengan teliti ya, sekalian dikoreksi. Hehehehe..
Budayakan Vote kapanpun, tinggalkan jejak Comment dimanapun itu. Lebih baik Voment - Vote & Comment terlambat, daripada tidak sama sekali ~ De'en
⏯️
Elle memutar otaknya, dia mencoba berpikir keras. Nyaman, pangkuan, kayak gini?
****
Ting!
Otaknya baru mengerti setiap perkataan laki-laki itu.
"Yaaa! Ke-kenapa aku ada dipangkuan kamu!" jerit Elle nyaring.
Dengan segera Elle bergeser turun dari pangkuan laki-laki itu. Elle melirik cemas ke arah laki-laki itu meskipun laki-laki itu tidak menampilkan ekspresi marah atau kesal. Tetap saja dia tidak bisa menjadi yang marah, karena salah Elle sendiri keseimbangannya tidak terjaga saat ditarik duduk. "Ma-maaf, itu ke-tidak sengajaanku," ucap Elle terbata.
Laki-laki itu menatap Elle dengan mempertahankan ekspresi datarnya. "Ya, gak apa-apa."
"Btw, gadis sok pahlawan, lo gak ada niat menutup kancing seragam lo itu?" tanyanya menunjuk dengan ekor matanya.
Elle melihat ke bawah. "Ugh," erang Elle. Pipinya merona. Hasil karya Justin brengsek masih tertinggal. Dua kancing atas seragamnya terlepas, memperlihatkan belahan dadanya dan bra renda putihnya. Dengan cepat Elle segera mengancingkan seragamnya.
Elle semakin merona mengingat kejadian tadi saat dia dipangkuan laki-laki itu, ditambah sekarang. Jika digabungkan, pasti orang lain yang melihat posisi mereka akan salah paham. Elle mamaki dirinya dalam perang batinnya. Untungnya keadaan taman di sekitar mereka sepi.
Elle cepat-cepat menetralkan perasaannya dan pikirannya. Dia mengerucutkan bibirnya. "Panggil aku Elle. Namaku bukan gadis sok pahlawan," kata Elle tanpa menatap laki-laki itu.
Laki-laki itu menyunggingkan senyum tipisnya, selama sedetik, tanpa mengomentari.
Elle menoleh ke laki-laki itu. "Dan nama kamu siapa? Dan kamu anak JHS mana? Kok bisa kena masalah sama geng tadi?" tanya Elle penasaran.
Laki-laki itu memiringkan kepalanya. "Gak perlu tau," jawabnya datar.
Elle mendengus. "Hm, nama juga tidak diberitahu?"
"Gak pentingkan buat lo?!"
"Hm. Terserahlah kalau tidak mau ngasih tahu, memang tidak penting sih!" sungut Elle.
Elle memundurkan duduknya mencoba menempelkan punggungnya ke bangku secara perlahan, namun masih saja rasanya nyeri. Otomatis Elle meringis.
Laki-laki itu melirik ke Elle, dengusan pelan terdengar dari mulutnya. "Balikin badan lo ke samping kanan lo!" perintahnya kemudian.
Elle mengernyit. Memang ada apa? batin Elle bingung.
"Cepetan," katanya tidak sabaran.
Dengan malas akhirnya Elle membalikkan badannya. Detik berikutnya Elle merasakan punggungnya hangat selama satu menit. Tetapi tidak ada sentuhan. Lalu hangat karena apa? pikiran Elle menerawang tanpa ada jawaban yang pasti.
"Udah. Balik menghadap ke gue bentar dan tutup mata lo!" perintahnya lagi.
Elle menghadap ke laki-laki itu, tetapi tidak menutup matanya. Elle memiringkan kepalanya. Dia memicingkan matanya, curiga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Life But Unlife
FantasyRomance Fantasy [ ON GOING ] ⚠️ Warning!! Kata-kata kasar, perkelahian, dan beberapa skinship ⚠️ Diane Abrelle, Elle, berumur 17 tahun, dia sekolah di SHS - Senior High School Counvill kota Kagya. Elle sebenarnya gadis cantik dan pintar, namun karen...