28. kekecewaan

2.9K 118 0
                                    

Setelah pulang dari rumah silvia,aldi hanya diam di kamarnya. Ia menatap langit-langit kamarnya,memikirkan perkataan ayah silvia.

Apa suatu hari silvia akan pergi jauh? Apa perkataan ayah silvia itu benar? Jika benar,apa aldi akan sanggup menunggu? Silvia akan pergi darinya?

Aldi mencoba membuang semua pikiran negativenya. Mencoba berfikir positive dengan ucapan ayah silvia.

Tok.. Tok.. Tok..

Suara ketukan pintu kamar aldi terdengar membuat aldi berjalan menuju arah pintu dan membukanya.

Ceklek..

Aldi hanya diam kala melihat sista, mamahya di depan pintu.

"Makan malam yuk" ajak sista sambil tersenyum ramah.

Sista hendak mengambil tangan aldi namun aldi menyimpan tangannya di belakang. "Yaudah,mamah tunggu di bawah ya". Aldi hanya diam tak bergeming kala sista berlalu dari hadapannya.

Aldi menundukan kepalanya setelah kembali masuk dan menutup pintu.

"Mamah..." gumamnya.

Sungguh bukan sikap seperti ini yang ia inginkan terhadap mamanya. Ia sangat menyayanginya,namun masalalu membuatnya buta seakan-akan ia harus bersikap seperti itu.

Aldi keluar dari kamarnya untuk menyusul mamanya ke meja makan.
Aldi duduk berhadapan dengan sista. Sista tersenyum,namun aldi hanya diam.

Keheningan menyelimuti makan malam mereka. Tak ada yang berbicara. Hanya suara dentingan sendok dengan piring yang terdengar.

Hingga akhirnya sista mulai berbicara. "Di?" aldi hanya diam tidak menjawab ucapan mamanya.

Sista menatap aldi dengan sendu "segitu bencinya ya kamu sama mamah,sampai mamah tanyapun...kamu gak jawab" aldi masih diam tidak bergeming.

Sista tertawa hambar membuat aldi sedikit merasa bersalah. "Gak papa kamu benci sama mamah,toh mamah juga yang salah kan?" aldi kini menatap mamanya,nafsu makannya hilang seketika kala melihat air mata turun di pipi mamahnya.

"Mah.." sista terkejut mendengar ucapan aldi.

Ia tersenyum "kamu tadi bilang apa sayang?" tanya sista.

"Mamah" sista langsung berdiri menghampiri aldi dan memeluknya,begitupun dengan aldi.

Sista memeluk aldi dengan erat,sungguh ini adalah kali pertama mereka berpelukan kembali setelah ayah aldi meninggal.

"Mamah sayang kamu di,mamah rindu dipeluk kamu.. Mamah kangen panggilan " mamah" kamu" ucap sista ditengah-tengah pelukannya.

"Maafin aldi mah" sista melepas pelukannya dan menatap aldi bahagia "kamu gak salah sayang,disini itu yang salah mamah,kalau aja mamah waktu itu gak-"

"Mah... Masalalu biarlah masalalu dan kita kenang masing-masing. Dan masa sekarang hingga seterusnya kita jalani bersama" ucap aldi memotong ucapan sista.

"Yaudah ayo makan lagi,kamu mau yang mana? Mamah ambilin".

                             ***

Lima langkah lagi silvia akan masuk ke dalam kelasnya tapi tiba-tiba dari belakang  sebuah tangan melingkar di bagian perutnya membuatnya berhenti melangkah. Silvia mencoba melepaskan pelukan itu,tapi orang itu malah semakin mengeratkannya ditambah orang itu malah menyimpan kepalanya di bahu silvia.

"Siapa sih? Lepasin! Gue mau masuk!" ucap silvia sambil mencoba melepaskan tangan itu.

"Aku seneng sil bisa meluk kamu" lirih orang itu.

"Ravero?"

"Iya ini aku sil" ravero malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Lepasin rav! Orang-orang udah pada datang merhatiin kita rav,lepas!"

Semua orang mulai memperhatikan mereka membuat silvia semakin takut,takut jika aldi marah padanya.

Bugh..

Silvia terkejut saat tiba-tiba seseorang memukul ravero dan membuat ravero kini tak memeluknya lagi karena sudah tersungkur ke lantai.

Aldi kini sudah berada di depan silvia dengan posisi membelakanginya. Badan silvia gemetar melihat aldi marah untuk pertama kalinya.

" Berani lo meluk dia?" teriak aldi pada ravero. Ravero hanya menatap aldi sinis sambil mengusap ujung bibirnya yang berdarah.

"Ini sekolah tolol! Lo bego apa gimana hah?" tangan aldi sudah terkepal bersiap untuk memukul ravero kembali namun silvia segera menahannya.

"Stop di! Udah! Jaga emosi lo,jangan maen fisik!" teriak silvia.

"Apa lo bilang? Jaga emosi? Jangan maen fisik? Cowok mana yang bakalan diem liat pacarnya di peluk cowok lain? Ada? Coba lo sebut!" silvia hanya diam.

"Kalaupun ada,tuh cowok bego!".

"Setidaknya lo kontrol emosi lo di! Jangan maen pukul gitu aja! Kasian tau!".

"Apa lo bilang? Kasian? Lo lebih kasian sama dia dibanding gue? Dimana hati lo sil? Gue ini pacar lo. Sedangkan dia cuma temen lo,dan lo-. Arghhh gue gak tau lagi harus ngomong apa,GUE KECEWA SAMA LO!" silvia berusaha untuk tidak menangis dengan ucapan aldi.

"Dan lo!" aldi menunjuk ravero "jangan pernah lo berani deketin dia lagi. Kali ini gue maafin lo,tapi lain kali. Awas lo!" ucap aldi.

Semua siswa masih diam melihat kejadian itu,baru pertama kali mereka melihat seorang aldi marah dan berani mukul orang.

"Apa lo semua liat gue hah? Pergi lo semua!" teriakan aldi membuat semuanya pergi dan hanya menyisakan aldi,silvia,ravero,reno dan kevin.

"Kecewa gue" ucap aldi kemudian berlalu dari hadapan silvia. Air mata silvia jatuh bersamaan dengan kepergian aldi.

"Lain kali lo harus bisa jaga sikap lo sil,jangan sampai lo ngulangin hal yang sama" ucap reno kemudian pergi dari sana.

"Dan jangan pernah bikin aldi kecewa" tambah kevin kemudian pergi mengikuti reno.

Silvia melihat ravero yang masih terduduk. Dengan cepat ia mengusap air matanya dan menghampiri ravero.

"Lo gak pap rav? Maafin aldi ya" ucap silvia "gue gak tau kenapa lo tiba-tiba meluk gue dan membuat aldi salah paham" tambahnya.

"Sorry" lirih ravero "gak papa,yaudah ke UKS yuk!" ajak silvia.

"Mau ngapain?" bingung ravero "liat tuh bibir lo berdarah harus diobatin" ravero mengangguk kemudian berdiri dan berjalan menuju UKS.

'Berhasil,sebentar lagi kamu bakal benci sama aldi sil,dan kamu bakal pilih aku' batin ravero.

Sedangkan diujung sana aldi mengepalkan tangannya melihat silvia dengan ravero.

"Lo suka banget ya bikin gue kecewa sil? Segitu kasihannya lo sama ravero sampai lo gak mikirin perasaan gue?" lirih aldi "gue emang cowok,tapi gue juga punya hati sil. Seenggaknya lo hargai gue sebagai cowok lo!"

Prang..

Aldi memukul kaca bekas disampingnya menjadi berkeping-keping. Ia tidak peduli dengan tangannya yang sudah berdarah. Hatinya lebih sakit dibandingkan tangannya!

                            ***


Pengagum Rahasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang