39. Cita-cita

2.6K 109 2
                                    

Hari ini hari yang begitu menyebalkan untuk reno,kevin dan rani, tidak dengan silvia dan aldi. Hari ini,hari dimana mereka harus melaksanakan UN karena sudah kelas 12.

"Arghhh soalnya susah banget sih" gerutu reno.

"Tau! Yang bikin soalnya juga,udah tau jawabannya malah bikin pertanyaan sama orang lain. Ribet!!" tambah kevin.

"Gini ya guys,kalau ada ujian itu jangan dibikin ribet. Cukup datang,kerjakan,lupakan" ucap rani.

"Terus kalo lo cuma datang,kerjakan,lupakan,gimana masa depan lo ran?" tanya silvia,rani hanya nyengir kuda.

"Kalo lo punya cita-cita,kerjain semuanya dengan serius. Kalau proses lo pada kayak gini,gimana masa depan lo?" ucap aldi.

"Gini ya,mending untuk sekarang kalian belajar dulu yang bener! Kalian pasti punya tujuan mau kuliah di universitas yang kalian inginkan" tambah silvia.

"Okeh... Kalau gitu kita harus semangat!!" ucap rani.

"Semangat!!!"

"Semangat!!!"

                                   ***

Silvia melangkahkan kakinya keluar dari kamar untuk makan malam bersama.

Ayah dan mamahnya sudah menunggunya di meja makan. Dengan cepat silvia menduduki kursi lalu mulai mengambil makanan yang ia inginkan dan memakannya.

"Silvia?"

"Ia pah?" tanya silvia.

"Setelah makan,ikut papah ke ruang kerja papah"

Silvia mengangguk lalu melanjutkan kembali makannya.

Silvia telah selesai makan,ia mengikuti ayahnya ke ruangan kerjanya.

"Silvia?"

"Iya pah? Papah ada apa manggil silvia? Mau ngomongin apa?"

"Cita-cita kamu apa sayang?"

"Dokter"

"Alasannya"

"Karena silvia ingin merawat papah dan mamah kalau tua nanti,dan silvia ingin menolong orang yang kesakitan pah" ayah silvia mengangguk.

"Kamu mau melanjutkan pendidikanmu dimana?"

"Pengennya disini aja pah"

"Kenapa? Apa karena aldi?"

"Ng-nggak p-pah" jawab silvia terbata-bata

"Silvia,pendidikan itu penting. Kalau kamu ingin mewujudkan cita-cita kamu,kamu harus ada pengorbanan"

"I-iya pah"

"Apa kamu siap?"

Silvia menatap ayahnya,ia tak mengerti maksud ayahnya.

                                    ***

Disinilah aldi sekarang,di balkon kamarnya dengan gitar di pangkuannya.

Ia menatap lagit malam,senyum miris terukir di bibirnya. Ia memikirkan bagaimana kelanjutan hubungannya dengan silvia setelah kelulusan nanti.

Apa mereka akan tetap bersama? Apa mereka satu fakultas? Apa silvia masih bisa menjadi kekasihnya?

Drtt.. Drttt... Drtt...

Ponselnya berdering membuatnya mengalihkan pandangannya pada ponselnya.

Nama silvia tertera disana,dengan cepat ia menggeser tombol hijau dan mendekatkan ponsel itu ke telinganya.

Pengagum Rahasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang