#4 : Siswa Baru

2.5K 125 5
                                    

"Eh-eh, denger-denger! Ada murid baru masuk di sekolah kita!" Kata Revi

"Murid baru? Siapa?" Tanya gue

"Hmm...., gue juga kurang tau sih! Tapi katanya dia anak indigo!" Jawab Revi

"Hah? Indigo?" Tanya Dinda

"Iya, indigo." Jawab Revi

"Anak indigo bisa melihat hantu. Bisa berkomunikasi dengan hantu. Dan bahkan bisa menyentuh hantu. Tak cuma itu. Ku dengar, anak indigo juga bisa membaca pikiran orang. Bisa melihat masa lalu dari orang yang dilihatnya. Tidak cuma orang, hantu pun bisa dilihat masa lalunya. Menurut rumor yang ada. Tak cuma masa lalu. Anak indigo bisa memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya. Singkat kata, anak indigo bisa melihat masa depan." Kata Nisa

"Heh? Kau tau banyak ya?" Ucap Revi sambil tersenyum. Ah tidak! Yang kulihat, Revi sedang menyeringai. Aku tak pernah melihat Revi seperti itu sebelumnya. Apa yang terjadi padanya? Kenapa akhir-akhir ini dia terlihat berbeda? Ah, mungkin cuma perasaanku saja.

"Iya, lo kok bisa tau banyak gitu? Apa jangan-jangan lo itu indigo?" Tanya Dinda dengan ekspresi kagetnya

"Ah, tidak. Aku tak seperti yang kalian pikirkan. Kalian sendiri pasti tau kan. Aku sering membaca buku. Tak hanya buku pelajaran atau buku pengetahuan yang kubaca. Aku juga sering membaca novel, komik, majalah, atau apapun itu yang bisa kubaca. Aku kan hobi membaca. Jadi, aku tau beberapa informasi yang seperti itu. Terkadang aku juga sering melihat berita. Ak_" Nisa belum sempat menyelesaikan kalimatnya sudah dipotong oleh Dinda

"Ah, udah-udah-udah-udah-udah! Gak usah curhat juga neng! Kita juga tau kok!" Kata Dinda sambil tersenyum

"Hehe... mungkin aku terlalu banyak bicara ya?" Kata Nisa

"Lebih baik banyak bicara daripada diam seribu bahasa." Kataku kepada Nisa

"Nah, betul tuh kata Killa! Lebih baik lo ngomong aja sebanyak yang lo mampu, daripada lo diem mulu. Dikira patung baru tau rasa lo!" Kata Revi

"Haha.... iya bener! Akhir-akhir ini lo lebih sering bicara daripada diem. Tapi itu sangat baik. Bukan hanya untukmu, tapi untuk kita juga. Sekarang lo lebih terbuka daripada yang dulu. Jadi, jangan kembali lagi ke dalam neraka kesunyian itu." Kata Dinda

"Dih, lebay lo! Neraka kesunyian apaan?" Kataku sambil sedikit tertawa. Lalu kami pun tertawa bersama.

Setelah berbincang-bincang cukup lama, bel masuk sekolah pun berbunyi. Selang beberapa waktu, guru yang mengajar pada jam pertama pun memasuki kelas kami. Setelah mengucap salam, pelajaran pun dimulai.

Saat pak Joni (guru sejarah kelas 11) sedang berceramah didepan kelas kami, wali kelas kami memasuki kelas kami. Wali kelas kami pun berbincang-bincang dengan guru sejarah yang sedang mengajar kami.

Setelah itu, wali kelas kami pun keluar dan ada seorang lelaki yang aku perkirakan seumuran denganku dengan memakai seragam sekolah yang sama dengan kami sedang memasuki kelas 11 MIPA 3.

Saat pertama kali melihatnya. Aku akui. Dia memang tampan. Bahkan ketampanannya melebihi ketampanan pacarku (Yoga). Tak hanya tampan, dia tinggi dan kulitnya pun putih. Seperti seorang blasteran. Tidak seperti aku yang pendek. Ah, padahal aku juga ingin tinggi. Keluargaku pada tinggi semua. Tapi kenapa aku tidak? Tapi masih untunglah, adikku masih belum melampaui tinggiku yang sekarang.

Mengenai blasteran. Kalian tau? Aku juga termasuk blasteran. Maksudku, iya memang. Papa dan mamaku memang orang asli indonesia. Tapi nenekku adalah orang jepang. Nenek menikah dengan kakekku yang orang asli indonesia. Walaupun orang asli indonesia, kakek mempunyai kulit berwarna sawo mentah. Jadinya, aku sekarang terlihat seperti seorang blasteran. Karena kulitku pun putih seperti kulit nenekku. Kata nenek, aku cantik sama seperti nenek saat muda dulu.

Ah, sudah cukup bercerita tentang diriku. Baiklah, selanjutnya.

Setelah siswa baru itu memasuki kelas kami, seketika itu kelas pun menjadi ricuh. Semuanya tidak bisa mengendalikan emosinya masing-masing. Yang perempuan sedang berteriak karena senang melihat cowok yang sangat ganteng berdiri di depan kelas kami. Sedangkan yang laki-laki, merasa bahwa kegantengan yang dimiliki mereka sendiri telah direnggut setelah melihat siswa baru tersebut.

"Perkenalkan, nama saya Kevin Putra Ramadhani. Panggil saja Kevin. Saya pindahan dari bandung. Mohon kerja sama-nya ya teman-teman!" Kata pemuda yang berdiri di depan kelas kami. Dia sedang memperkenalkan dirinya.

"Baiklah Kevin, silahkan kamu duduk disana." Perintah pak Joni sambil menunjuk banggu sebelahku.

"Si cogan duduk sama Killa."

"Ah, iri gue!"

"Tukeran dong Kill."

"Duduk sama aku aja yuk."

"Lo jangan macem-macem sama bidadari cantik gue ya!"

"Anak baru mau duduk sama cewek secantik Killa?"

"Gak usah sok ganteng lo!"

Yah, seperti itulah ucapan-ucapan yang keluar dari mulut teman-temanku. Yang perempuan pada iri sama gue. Yang laki-laki kayaknya pada benci sama siswa baru itu. Yah, maklum lah. Kegantengan mereka sudah kalah telak oleh pemuda yang sekarang duduk di sampingku ini.

🍃🌸🍃

Aku Bukan INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang