3 tahun telah berlalu.....
"Mas, bangun! Udah pagi! Sana cepat kerja, cari uang!" Teriak ibunda dari Alex ketika membangunkan suaminya.
Dengan sangat terpaksa, ayahnya Alex terbangun dari tidurnya. "Iya, ini aku udah bangun."
"Kamu tuh ya mas, jangan males terus deh. Keuangan kita ini lagi gak stabil. Harusnya kamu itu kerja lebih giat. Biar perusahaan yang mas dirikan waktu itu gak bangkrut. Kalau mas terus-terusan kayak gini. Kita bisa jatuh miskin." Celoteh sang istri.
"Kamu tuh bisanya cuma ngomel aja terus. Bantuin aku kerja juga dong. Jangan cuma belanja dan menghamburkan uang terus." Balas sang suami.
"Aku tuh istri kamu mas. Kamu kan kepala keluarganya. Jadi kamu yang harus cari nafkah. Kenapa harus aku?"
"Kalau suami kamu ini lagi kena masalah, harusnya kamu bantuin. Bukan malah nambah masalah."
Dan pertengkaran tersebut terus berlanjut. Entah kapan pertengkaran tersebut akan berakhir. Revi dan Alex yang mendengarnya hanya bisa tutup telinga.
Cowok berkaca mata itu memasukkan beberapa buku serta alat tulis ke dalam tas ranselnya. Dia menatap ke arah meja belajarnya. Di sana duduklah seseorang yang sangat ia sayangi. Seseorang itu adalah Revi, adiknya.
Alex menghampiri adiknya yang sedang serius menjawab sebuah soal matematika darinya. Alex memegang bahu sang adik. Revi sedikit tersentak. Revi mendongak, menatap netra kakaknya. "Kenapa kak?" Tanya-nya.
"Kakak pergi ke sekolah ya. Ada kegiatan OSIS. Nanti sore baru bisa pulang." Ucap Alex yang kini telah menjadi ketua OSIS di SMA Harapan Bangsa.
"Yah, kok gitu sih kak? Aku nanti nunggunya lama. Apa gak bisa pulang nanti siang aja?"
"Maaf, gak bisa dek. Ada rapat OSIS."
"Kalau gitu aku ikut juga." Revi keras kepala.
"Gak boleh! Kamu kan lagi belajar sekarang." Larang kakaknya.
"Udah selesai kok. Nih!" Ujar adiknya sambil menyodorkan sebuah buku tulis matematika yang berisi suatu soal dari kakaknya yang telah terjawab.
Alex menghela nafas. Menerima buku itu dari adiknya. Membacanya sekilas. "Tumben kamu kok bisa ngerjain ini soal? Biasanya salah terus." Komentar Alex yang terdengar lebih seperti mengejek itu.
Mendengar komentar itu dari kakaknya membuat pipi Revi menggembung. "Dari dulu aku juga pintar kali kak. Aku kan adik kakak."
"Haha, iya-iya. Kamu pintar kayak aku." Ujar Alex sambil bergaya. Ia membentuk tangan kanannya menjadi huruf V (jari telunjuk dengan jari ibu). Lalu menaruhnya tepat di bawah dagunya.
"Sombong!" Ejek Revi.
"Haha, udah ya. Kakak pergi dulu. Nanti telat. Bye!" Ucap Alex sambil mengacak-acak puncak kepala Revi.
"Ih, iya-iya. Ya udah deh gak apa-apa. Lain kali jangan acak-acak rambut aku dong!" Revi mengalah sekaligus kesal atas perbuatan kakaknya.
🍀🍀🍀
Ketika sampai di sekolah, Alex memarkirkan sepada ninja-nya di tempat parkir. Setelah terparkir, ia segera pergi ke ruang OSIS dengan langkah yang tergesa-gesa. Ia tahu bahwa dirinya lah yang saat ini terlambat. Semuanya pasti sedang menunggunya.
Alex meronggoh saku celananya. Mencari sebuah benda panjang, lebar, dan pipih di sana. "Kok gak ada? Apa aku lupa gak bawa ya?" Lirihnya sambil mencoba mengingat-ingat handphone, ia taruh.
Alex menepuk keningnya sendiri. "Aduh, kan ku taruh di meja belajarku. Masa' aku harus balik lagi buat ambil. Tapi ini udah telat banget. Ya udah lah, Revi gak bakalan macem-macem." Dengan segera ia berlari ke arah ruang OSIS.
"Sorry, gue tadi kena macet." Alex beralasan ketika orang-orang yang ada di ruangan itu menatap keterlambatannya.
"Gak apa-apa. Tenang aja. Kita juga belum mulai kok." Ucap seorang cewek di ruangan itu yang bernama Fany. Dia adalah wakil ketua OSIS di SMA Harapan Bangsa. Dia juga merupakan teman sekelas Alex.
"Thank's, Fany!" Ucap Alex sambil tersenyum.
Senyuman itu membuat wajah Fany terasa panas. Seketika itu, ia menunduk. Saat ini pasti wajahnya merah bak kepiting rebus.
Sudah satu setengah tahun yang lalu, ketika ia melihat sosok Alex saat MOS (Masa Orientasi Siswa). Ia mulai jatuh cinta. Walau ia sendiri tak tahu siapa orang itu dan bagaimana sifatnya.
Kini orang itu berada di depannya. Ia sudah menjadi temannya. Bahkan mereka satu kelas. Itu sudah lebih dari cukup baginya.
"Oke, kita mulai ya rapatnya." Ajak Alex memulai acara Rapat OSIS hari itu.
🍀🍀🍀
"Oke, sampai sini dulu ya. Rapatnya kita lanjut besok. Ini udah jam 4 sore. Kalian bisa pulang." Ucap Alex mengakhiri rapat tersebut.
Semuanya pun bubar. Pulang ke rumah mereka masing-masing. Tapi Alex masih betah berada di ruang OSIS. Membersihkan ruangan itu sendirian. Menata tikar lebar itu sendirian. Dan juga menyapu ruangan itu hingga bersih. Sungguh anak yang rajin.
Ada Fany yang hanya bisa melihat Alex melakukan hal tersebut sendirian. Ia dilarang membantu. Kata Alex, "Cewek gak boleh kerja kasar. Apalagi angkat yang berat-berat. Wanita adalah makhluk yang harus dimuliakan. Jadi, tunggu di sini dan lihat saja ya." So sweet memang ucapannya. Pantas saja banyak yang menyukainya sekarang.
Setelah selesai merapikan semuanya. Alex menghampiri Fany. "Udah selesai?" Tanya Fany kepada Alex.
Alex membalas dengan anggukan kepala. "Tapi aku gak pulang dulu. Ada yang harus aku kerjakan. Kamu pulang aja duluan."
"Emangnya ada kerjaan apa lagi? Rapat OSIS-nya kan udah selesai."
"Aku mau ke perpus bentar. Kamu pulang aja dulu."
"Enggak deh, aku ikut juga sama kamu. Lagian ayah aku belum jemput kok. Masih ada waktu sekitar 30 menit." Ujap Fany sambil melihat jaam tangan yang melingkar di lengan kanannya.
"Ya udah, yuk!"
Fany dan Alex berjalan bersama ke perpustakaan. Di sana, mereka berdua bertemu dengan Riana Kharismawati.
"Fany, Alex, ngapain kalian ke sini?" Sapa Riana sambil bertanya.
"Hai, Riana! Kami lagi cari buku. Eh, bukan, tapi Alex yang cari. Aku ke sini cuma ikutan aja." Jawab Fany jujur.
"Oh, cari buku apa Lex?"
"Buku Kimia!" Jawab Alex singkat kemudian pergi ke rak buku Kimia.
"Kalau kamu ke sini cari buku apa?" Tanya Fany.
"Gue cari kamus bahasa mandarin sama referensi lagu bahasa mandarin. Ada PR nyanyi lagu bahasa mandarin."
"Wah, semangat ya!" Fany memberi semangat kepada Riana.
Setelah 30 menit berlalu. Dan buku yang ingin dicari telah ketemu. Mereka bertiga pergi dari sana.
"Lex, Fan, gue pulang dulu ya! Bye-bye!" Ucap Riana kemudian pergi bersama motor scoopy-nya.
Setelah menunggu 5 menit, akhirnya jemputan Fany pun datang. "Aku juga pergi ya Lex. Makasih udah mau menemani aku menunggu ayahku. Selamat tinggal!" Ucapnya sambil melambaikan tangan ke arah Alex.
'Oke, aku sendirian.' Batin Alex.
Alex melihat jam tangan yang melingkar di lengan kirinya. "Udah jam lima. Revi pasti nungguin. Aku pulang juga deh."
Alex mengendarai sepeda ninja-nya. Saat di depan gerbang, tak sengaja ia hampir menabrak seorang gadis. Gadis itu jatuh. Ia mengenakan seragam SMP Harapan Bangsa.
"Eh, sorry-sorry. Maaf, aku gak sengaja." Alex bergegas turun. Menghampiri gadis yang ia tabrak. "Kamu gak apa-apa?" Alex membantunya berdiri.
"Iya, maaf. Aku gak apa-apa kok! Makasih ...., eh, kak?" Ucap si gadis. Kemudian ia tersenyum ke arah Alex.
Alex terpaku di tempat. Ia tak pernah mengira akan bertemu dengannya lagi. Ada perasaan rindu yang telah terobati. Ia tersenyum membalas ucapan gadis di depannya.
"Maaf ya, dan makasih! Killa." Ujar Alex
❄🍃🌸🍃❄
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan INDIGO
Mistero / ThrillerGenre : Mystery, Teenfic, and Romance Seorang anak SMA bernama Killa Putri Rahmawati pernah kecelakaan. Setelah peristiwa kecelakaan tersebut menimpa dirinya, dia bisa melihat hal-hal yang gaib seperti melihat setan (hantu). Karena kemampuannya itu...