#24 : Siapa Dia?

1.8K 98 3
                                    

Kevin

Perlahan-lahan ku buka mataku. Ku lihat langit-langit kamarku yang berwarna putih. Aku bangun dari tidurku dan duduk untuk sementara waktu untuk mengumpulkan nyawaku.

Setelah benar-benar terbangun, ku alihkan pandanganku ke sekeliling kamarku dan berhenti di sebuah jam beker berbentuk apel di atas nakas. Ku ambil benda itu dan melihat letak jarum jamnya. Jarum panjangnya terletak di angka 9, sedangkan jarum pendeknya terletak diantara angka 6 dan 7.

"HAH?! JAM 06.45! WADUH, GUE TELAT SEKOLAH NIH!" Ucapku lalu mengambil sebuah handuk biru yang tergantung di tembok kamarku yang juga bercat biru.

Setelah membersihkan tubuh dan bersiap-siap, aku pun turun ke bawah. Tanpa berpamitan kepada orang tua, aku pergi ke sekolah. Jarak sekolah dengan rumahku lumayan jauh. Butuh sekitar 30 menit untuk sampai di sekolah. Ku kendarai sepeda motorku menuju sekolah.

"Duh, hari ini hari senin! Gue pasti telat upacara nih. Bakal kena poin deh! Ah, gue juga ngapain sih telat bangun?" Ucapku frustasi saat sedang menyetir. Ku tambah lagi kecepatan laju motorku.

Sesampainya di sekolah, gerbang depan telah tertutup. Ku lihat jam tangan ku yang menunjukkan pukul 07.20. Sepertinya upacara bendera telah selasai. Ku lihat sekelilingku, kebetulan tak ada satpam yang menjaga. Ku putuskan untuk memanjat tembok.

Setelah berada di dalam sekolah, aku segera berlari menuju kelasku. Tetapi aku dihentikan oleh salah satu guru yang telah melihatku memanjat tembok. Kebetulan guru itu adalah guru BK. Panggil aja dia pak Bambang.

Aku tak mau memanggilnya seperti itu. Lebih gampang lagi, panggil aja pak bawang. Kenapa aku memanggilnya seperti itu? Karena 'Bambang' adalah plesetan dari kata 'Brambang'. 'Brambang' adalah bahasa jawa yang artinya 'Bawang'.

"KEVIN! Kamu mau kemana?" Panggil beliau

Ku hentikan langkahku lalu berbalik melihatnya "Mau ke kelas Pak!" Jawabku

"Oh, ke kelas ya? Sebelum ke kelas, ayo ikut bapak sebentar ke ruang BK!" Ucap pak bawang lalu menarik ku ke ruang yang paling tak ingin ku masuki.

Ini pertama kalinya aku memasuki ruang BK sebagai murid yang melanggar aturan sekolah. Di sini, aku diceramahi oleh pak bawang kurang lebih selama satu jam penuh. Telingaku terasa sakit mendengar celotehannya.

Yah, pak bawang memang suka sekali menceramahi orang. Baik itu yang melanggar aturan ataupun yang berprestasi sekalipun. Dimanapun dan kapanpun, dia pasti akan berceramah.

Setelah aku keluar dari ruang BK, aku pun menuju ke kelas. Di sepanjang jalan, sudah banyak siswa-siswi yang berlalu lalang. Saat ini waktunya istirahat.

Beberapa langkah lagi, aku akan memasuki kelas. Dari kejauhan, seorang cewek yang ku kenal keluar dari kelas X MIPA 3 dengan wajah yang ceria. Saat akan ku sapa, ada seorang cowok yang tak ku kenal keluar dari kelas X MIPA 3 dan memegang tangan Killa. Iya, cewek itu adalah Killa.

Cowok itu lumayan tinggi. Sepertinya tingginya sama denganku. Rupanya juga lumayan lah. Ku akui, dia memang ganteng. Sepertinya dia bukan orang indonesia. Itu jelas terlihat dari fisiknya. Rambutnya pirang. Warna matanya biru. Sebiru hamparan lautan samudera. Warna kulitnya putih. Bahkan lebih putih daripada warna kulitnya Killa.

Merasa tangannya di pegang seseorang, Killa membalikkan badannya. Ia segera tersenyum ketika melihat cowok itu. Senyumnya sangat manis menurutku. Karena senyumnya juga telah membuat sudut bibirku terangkat.

Di saat yang bersamaan pula, senyum itu menghancurkanku. Senyum itu tak diberikan kepadaku melain kepada cowok yang memegang tangannya itu. Aku tak menyukainya. Killa tak pernah tersenyum semanis itu kepadaku. Kenapa dia memberikan senyum itu kepada cowok itu?

"Tunggu! Kenapa gue jadi gak terima kayak gini? Gue kan bukan siapa-siapa nya Killa. Gue cuma temen sekelasnya doang. Kenapa juga gue harus mempersalahkan masalah kecil yang kayak gitu? Ah, otak gue pasti udah rusak nih! Tapi, siapa cowok itu? Gue belum pernah ngeliat dia. Apa dia murid baru? Tapi kelihatannya akrab banget sama Killa." Batinku

Aku melihat mereka berdua dari kejauhan. Senyuman manis yang diberikan Killa, dibalas oleh cowok itu dengan senyuman juga. Entah kenapa, hatiku merasa terbakar.

"Lala, ke kantin yuk!" Ucap cowok itu kepada Killa lalu dibalas dengan anggukan si gadis.

"Hah? Lala? Ngapain tuh cowok manggil Killa dengan sebutan 'Lala'? Emangnya dia siapanya Killa pakek ubah-ubah namanya kayak gitu? Gue aja selalu manggil dia dengan nama 'Killa'. Kenapa tuh cowok malah-? Ah, pusing deh gue! Dasar tuh cowok! Sok akrab banget ya sama Killa! Dan kenapa juga Killa ngerespon tindakan tuh cowok sih? Duh, ngeselin banget!" Batinku

Killa memegang tangan cowok itu dengan lembut. Lalu menarikknya menuju ke kantin. Sedangkan aku melanjutkan jalanku menuju ke kelas dengan hati yang berkobar-kobar bagai api yang siap melahap segalanya. Api ini tak bisa padam oleh air. Apakah ini yang disebut api cemburu? Entahlah, aku tak tau jawabannya.

Bel masuk telah berbunyi, menandakan waktu istirahat telah usai. Semua siswa-siswi yang berada di luar kembali ke kelas mereka masing-masing. Killa dan si cowok mangkelin itu pun kembali. Killa duduk di sampingku, sedangkan cowok itu duduk di belakangku.

"Ngapain dia duduk di belakang gue? Gak adakah bangku lain yang bisa dia pilih? Oh, jangan-jangan supaya dia bisa deket dengan Killa ya!" Batinku

Ada seorang cewek yang tak ku kenal memasuki kelas kami lalu duduk di samping cowok mangkelin itu. Rambut si cewek sama pirangnya dengan rambut si cowok mangkelin itu. Warna mata mereka juga sama. Wajah mereka juga hampir mirip. Apakah mereka kembar? Entahlah, jangan tanya aku. Aku sendiri tak tau jawabannya.

Ku lihat-lihat, cewek itu memang cantik. Mungkin lebih cantik daripada Killa. Tetapi hatiku berkata lain. Menurutku, Killa lah yang paling cantik.

Sebelum guru yang mengajar kami datang, mereka bertiga (Killa, si cowok mangkelin, dan si cewek cantik) melanjutkan obrolan mereka. Mereka bertiga tampak sangat akrab. Dan itu membuatku iri.

Guru pun memasuki kelas, Killa yang tadinya menghadap ke belakang kini kembali pada posisinya. Guru itu pun memulai pelajarannya.

Berkali-kali aku melirik mereka berdua (si cowok mangkelin dengan cewek di sebelahnya). Killa yang melihat kelakuanku itu bertanya padaku.

"Lo ngapain ngelirik mereka terus?" Tanya Killa

Aku terkaget karena ucapan Killa. Lalu mengalihkan pandanganku ke arah papan tulis. "Gak ada apa-apa!" Jawabku

Sedari tadi, aku merasa tak tenang. Selama pelajaran berlangsung hingga pulang sekalipun, aku hanya memikirkan satu hal. "Siapa kedua remaja yang duduk dibelakangku ini? Kenapa mereka sangat akrab dengan Killa?" Pikirku.

❄🍃🌸🍃❄

🎋Selamat Hari Raya
Tahun Baru Islam 1440 Hijriah🎋

🍃🌸🍃

Selasa, 11 September 2018

Aku Bukan INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang