#7 : Ada Kepala

2.3K 136 0
                                    

Killa

Aku bersama kedua temanku (Nisa dan Dinda) pun memasuki kelas. Ku lihat sekeliling ternyata sudah banyak murid yang ada di kelas. Kami pun duduk di bangku kami masing-masing.

Bel istirahat pun berakhir. Ku lihat bangku sebelahku. KOSONG. Iya, kosong. Dimana dia? Si cowok indigo itu? Sebentar lagi gurunya akan datang.

Tak lama setelah aku memikirkan si cowok indigo itu, dia akhirnya muncul juga. Ku lihat dia, sepertinya dia marah. Wajahnya terlihat kesal. Ada apa dengannya?

Si cowok indigo itupun duduk. Dia diam saja sedari tadi. Mengapa begitu?

Tak lama setelah itu, guru bahasa inggris kami datang. Dialah Miss. Erlin, guru bahasa inggris kelas 11 di sekolah SMA Harapan Bangsa.

Baru memasuki kelas kami (kelas 11 MIPA 3), Miss. Erlin mulai menceramahi kami dengan bahasa inggrisnya. Padahal kami tak melakukan apa-apa. Benar atau salah, tetap saja dia berceramah dengan bahasa inggrisnya.

Aku muak mendengar ceramahnya itu. Terlalu muak untuk mendengarnya. Aku pun tak menghiraukan ceramahnya. Lebih baik nonton anime daripada mendengarnya berceramah. Karena aku ada di kelas, tak mungkin aku melakukannya.

Karena bosan, aku melihat ke atas. Seketika itu, aku pun merasa ketakutan. Tubuhku kaku. Tanganku bergetar. Nafasku terhambat. Aku berkeringat dingin. Bulu kudukku meremang. Berkali-kali aku meneguk salivaku. Aku benar-benar ketakutan.

Kevin

Aku benar-benar kesal. Mereka selalu mengikutiku. Mereka yang aku maksud adalah para hantu. Tadi, aku habis dari rooftop.

Disana, di rooftop. Para hantu mengerjaiku. Mereka membuatku sangat marah. Ada kalanya aku ingin sendiri. Tapi mereka selalu mengikutiku. Itulah yang membuatku kesal.

Sebentar lagi waktu istirahat akan habis. Aku pun memutuskan untuk kembali ke kelas. Daripada terus disini. Mereka selalu muncul di sekitarku. Membujukku untuk menyelesaikan masalah mereka. Karena aku adalah type cowok yang tidak peduli apapun, tentu saja aku menolak mereka. Aku tak peduli. Walaupun mereka menakut-nakutiku dengan wajah buruk mereka. Aku sama sekali tak pernah takut.

Baru saja aku duduk di bangku ku. Guru bahasa inggris memasuki kelas kami. Dia mulai berceramah. Ada apa dengan guru itu? Dia suka sekali berceramah. Aku mulai berpikir. Tak hanya sekolah dan para murid disini saja yang aneh. Ternyata para guru juga aneh.

Karena bosan mendengarnya berceramah dengan bahasa inggrisnya itu, aku lebih memilih untuk tak mendengarkannya. Saat aku menoleh ke kiri, ku lihat Killa seperti sedang ketakutan. Bagaimana aku bisa tau? Tentu saja itu jelas terlihat. Dari raut wajahnya saja sudah terlihat bahwa ia sedang ketakutan. Tangannya pun bergetar. Dia juga mengeluarkan banyak keringat. Keringatnya bukan keringat yang biasa seperti habis olahraga, tapi keringatnya itu adalah keringat dingin.

Killa terus saja menatap ke atas. Aku pun mengikuti arah pandangannya. Ku lihat disana, diatas. Ada kepala tanpa tubuh melayang-layang diatas kami. Saat aku melihatnya, dia mulai tertawa. Tawanya melengking. Lalu kepala itu mulai meneteskan air mata. Maksudku bukan air mata, tetapi darah keluar dari matanya. Matanya pun berwarna merah. Tapi aku sudah terbiasa akan hal itu. Jadi aku tak takut sama sekali.

Beda dengan cewek disampingku ini. Killa sangat takut dengan hal seperti itu. "Kalo takut kenapa terus diliatin sih?" Pikirku. Tapi aku tak peduli.

Waktu mengajar bahasa inggris telah habis. Waktu yang hanya dipenuhi dengan ceramah. Selanjutnya adalah pelajaran kimia. Karena gurunya sedang sakit, jadi sekarang kelas sedang free.

Karena free, teman-teman sekelasku pada sibuk melakuakn kegiatannya masing-masing. Banyak yang keluar kelas. Mereka menuju ke kantin. Para cewek sedang bergosip ria. Teman Killa, maksudku Dinda sedang ada panggilan ketua kelas. Farel (ketua kelas 11 MIPA 3) sedang tidak masuk sekolah. Jadi dinda (wakil ketua kelas 11 MIPA 3) menggantikannya.

Ku lihat cewek disampingku. Dia masih saja terus menatap hantu kepala itu. Kulihat sekelilingku, ternyata tidak ada satu murid pun. Mereka semua sedang keluar kelas. Hanya aku dan Killa yang tersisa.

Karena kasihan terhadap cewek disampingku ini, aku pun memegang tangannya. Aku berusaha untuk menenagkannya. Tersadar bahwa aku sedang memegang tangannya, Killa menoleh padaku. Tiba-tiba saja, Killa memelukku.

"Hey, lo ngapain meluk-meluk gue?" Tanya gue

Killa pun melepaskan pelukannya. Dia menunjuk ke atas, tepatnya dia menunjuk hantu kepala itu.

"Lo indigo kan?" Tanyanya.

Hah, pertanyaan itu lagi.

"Kalo lo indigo, berarti lo bisa liat kan?" Katanya

"Iya, gue bisa liat. Ada kepala sedang melayang diatas kita. Dia sedang tertawa. Tawanya melengking. Matanya merah. Matanya mengeluarkan darah. Dia_" belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Killa memotongnya.

"Udah cukup! Gak usah diterusin! Kalo lo ngomong gitu, malah membuat gue makin takut!" Katanya

"Terus lo mau apa?" Tanyaku padanya

"Tolong usirin!" Katanya

"Usir aja sendiri! Salah sendiri lo takut sama yang begituan." Kata gue sinis

Dia mulai memelukku lagi. "Pliss! Gue takut!" Katanya sambil menangis.

Aku pun menghela nafas. Tak tega melihat Killa seperti itu. Aku pun menerima permintaannya. Ku tatap tajam hantu kepala itu. Tetapi, hantu itu malah tertawa melengking. Apa yang dia tertawakan? Apakah tatapanku? Dasar hantu aneh.

Setelah tertawa, hantu kepala itu mulai menghilang. Aku pun menghela nafas lagi. Killa masih memelukku. Ku lepas paksa pelukannya.

"Udah gak ada kepalanya!" Ucapku ketika melepas pelukannya

Tapi Killa masih menutup matanya.

"Buka mata lo!"

Killa menggelengkan kepalanya

"BUKA!" Bentakku

Killa pun membuka matanya

"Liat ke atas!" Suruhku

Killa menggeleng

"LIAT!" Aku membentaknya sekali lagi

Dia pun melihat ke atas dengan rasa takutnya. Saat melihat ke atas, dia pun merasa lega.

"Udah gue bilang kan! Udah gak ada." Kata gue

"Thank's!" Hanya itu yang Killa ucapkan.

🍃🌸🍃

Aku Bukan INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang