#25 : Emosi

1.8K 94 2
                                    

Kevin

Ku banting tas ranselku di atas tempat tidurku. Ku lampiaskan amarahku dengan mengacak beberapa barang di kamarku. Entah kenapa aku tiba-tiba marah. Mungkin ini karena si cowok mangkelin itu.

Setelah puas mengacak-acak kamar, ku rebahkan badanku di tempat tidur. Aku memejamkan mataku. Dan tiba-tiba terbayang dua sosok remaja yang saling melempar senyum. Seketika itu, mataku terbuka lebar. Aku pun bangkit dari tidurku.

Aku menghela nafas kasar. Aku berdiri dan mengambil sebuah bola basket di sudut kamarku. Ku bawa bola itu ke luar rumahku. Lebih tepatnya ke lapangan basket milik pribadi di belakang rumah.

Aku mendrible bola basket tersebut dengan menggunakan tangan kanan. Aku memandang ring basket di depanku. Jika saja ring itu merupakan manusia, pasti ia akan merasa bahwa aku akan membunuhnya.

Aku berlari sekuat tenaga menuju ring itu sambil mendrible bola. Kemudian, aku melompat dengan sekuat tenaga dan memasukkan bola basket yang ku pegang ke dalam ring basket. Itulah yang dinamakan dunk. Dunk artinya mencelupkan / memasukkan. Jadi, dunk dalam permainan bola basket adalah pemain basket yang meloncat setinggi-tingginya dan memasukkan bola sekuat-kuatnya ke dalam ring basket.

Sekitar satu jam sudah aku bermain basket seorang diri. Tubuhku terasa lelah. Emosiku pun sudah terkontrol dengan baik. Aku bermain basket hanya untuk melampiaskan emosi. Setelah puas bermain, ku putuskan untuk berhenti dan kembali ke dalam rumah.

Ketika sudah berada di kamar, ku taruh kembali bola basket yang ku pegang ke sudut kamarku. Aku melihat sekeliling kamarku yang telah aku acak-acak tadi. Merasa tak enak dipandang, aku pun membersihkan kamarku itu.

Setelah kamarku bersih, kerongkonganku terasa kering. Aku haus. Aku pun kembali ke bawah untuk mengambil air minum. Ketika sudah berada di depan lemari pendingin, aku melihat ada sebuah memo (catatan) yang tertampel di daun pintu lemari pendingin tersebut. Isinya adalah

☘🍀☘

Dear my son, Kevin

Mama, papa, sama Kevan pergi ke rumah teman mama. Jadi, kamu sendirian di rumah. Mungkin kita bertiga akan pulang malam.
Kamu kalau lapar, belilah di luar. Mama lupa gak masak. Maaf ya!

Your Mom, Vina

☘🍀☘

"Syukur deh, kalo papa gak ada di rumah." Gumamku setelah membaca memo yang telah ditulis oleh mama ku.

Ku buka lemari pendingin di depanku. Aku mengambil sebotol air dingin. Aku juga mengambil sebuah gelas berukuran sedang. Ku tuangkan air dingin dari dalam botol ke dalam gelas yang telah ku ambil. Setelah penuh, ku kembalikan botol air dingin kembali ke dalam lemari pendingin. Ku minum habis air dalam gelas itu. Ku letakkan kembali gelas yang telah ku ambil.

Setelah rasa dahaga yang telah melandaku sudah hilang, ku putuskan untuk kembali ke kamar. Sebelum sampai ke kamar, tepatnya saat berada di tangga. Perutku tiba-tiba bersuara pertanda bahwa aku sedang lapar. Aku pun menghela nafas panjang.

"Ini pasti gara-gara mama nulis memo! Jadi beneran lapar kan!" Ucapku lalu segera pergi ke kamar berganti baju dan mengambil uang lalu pergi keluar rumah untuk mencari makanan. Iya, dari sepulang sekolah aku masih belum berganti baju. Saat main basket pun aku masih menggunakan seragam sekolah.

Kebetulan, di dekat rumahku ada yang jual nasi goreng. Jadi, aku tak perlu jauh-jauh mencari makanan. Setelah perutku sudah kenyang karena telah terisi oleh nasi goreng, aku pun pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, aku pun menonton TV.

SKIP

Langit malam terhias oleh gemerlap cahaya bulan dan bintang. Angin malam merambat masuk ke dalam rumahku dan menyentuh permukaan kulitku. Kala itu mataku sedang terpejam. Karena semilir angin malam itu telah membangunkanku dari tidurku. Ku lihat jam tangan yang terpasang di lengan kiri ku. Waktu menunjukkan pukul 19.15 malam.

"Duh, gue ketiduran nih!" Ucapku sambil menepuk dahi ku sendiri.

"Tapi, lagian ngapain juga gue nungguin ortu gue? Mereka kan pasti lagi seneng-seneng! Kalo udah kayak gitu pasti gue dilupain. Mending gua cabut aja!" Ucapku lalu beranjak dari tempat dudukku.

"Eits, tapi gue mana ada temen?" Aku menghela nafas. "Apes deh idup gue! Udah keluarga gak ada yang merhatiin, terus teman aja gue kagak punya. Gimana sih!"

Pada akhirnya, ku putuskan untuk pergi ke mini market untuk membeli beberapa camilan. Sebelum itu, aku mengambil dompet, jaket, dan kunci sepeda motor di kamarku. Setelah itu, aku pun pergi ke mini market terdekat dari rumahku.

Sesampainya di sana, ku parkirkan sepeda motorku di tempat parkir. Saat akan memasuki mini market itu, aku melihat ada dua sosok yang tak asing lagi buatku. Mereka berdua keluar dari dalam mini market dengan wajah yang ceria. Mereka berdua juga saling melempar senyum. Dunia seakan hanya milik mereka berdua.

Bisa kalian tebak! Mereka berdua adalah Killa dan si cowok mangkelin. Saat aku melihat mereka berdua, emosi yang telah ku kontrol kembali meledak. Ingin rasanya aku kesana dan menonjok si cowok mangkelin itu. Tapi karena aku masih memiliki akal sehat, aku tak melakukannya. Aku lebih memilih untuk pergi.

Aku pergi meninggalkan mereka berdua. Aku hanya berjalan tanpa tau arah. Aku juga meninggalkan sepeda motorku di mini market. Langkah kakiku terhenti di sebuah danau yang tak jauh dari mini market yang telah ku tinggal.

Aku melihat ke arah kanan dan kiri secara bergantian. Suasana di sini benar-benar sepi. Hampir tak ada orang berada di sekitar danau. Aku bersyukur karena di sini sepi agar aku bisa melampiaskan emosiku.

Aku mengambil beberapa batu di sekitar danau lalu melemparnya dengan sekuat tenaga ke dalam danau. Ku ulangi lagi hal itu hingga amarahku telah terkendali. Setelah merasa sedikit lebih tenang, aku menghentikan perbuatanku itu.

Aku duduk di tepi danau sambil meratapi hidupku. Ku pejamkan mata sambil menikmati semilir angin malam yang menerpa tubuhku.

Tiba-tiba terdengar seseorang sedang memanggil.

"Hai!"

Entahlah, ia memanggil siapa. Dari suaranya, dia adalah perempuan.

Aku mendengar suara langkah kaki. Bisa ku tebak, si pemilik langkah kaki itu pasti perempuan yang entah sedang memanggil siapa tadi. Langkah kaki itu mendekatiku. Aku pun berpikir : 'kenapa perempuan itu mendekatiku?'

Perempuan itu memegang pundakku dengan tangannya. Mataku yang tepejam terpaksa ku buka. Kepalaku ku tolehkan ke arah kanan dimana perempuan itu berada. Aku melihat perempuan itu. Dia memang sudah tak asing lagi bagiku.

"Elo...?!" Ucapku

❄🍃🌸🍃❄

Aku Bukan INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang