#38 : Alex

1.5K 90 2
                                    

Revi

Aku ingat sesuatu. Aku ingat apa yang dikatakan kakakku, Kak Alex sebelum dia dipenjara. Aku tahu kalau dia memang pantas untuk dipenjara karena perbuatannya. Dia memakai narkoba, mabuk-mabukan, mempermainkan banyak wanita, padahal waktu itu dia adalah seorang ketua osis.

Kak Alex pernah bercerita padaku. Dia menceritakan bahwa orang yang ia cinta pertama kali adalah Killa.

Kenapa bisa begitu?

Cerita ini dimulai dari lima tahun yang lalu.

Author

Flashback on

Seorang remaja laki-laki berusia 14 tahun sedang menatap dirinya sendiri di depan sebuah cermin. Wajahnya nampak sendu. Setitik air menetes dari pelupuk matanya. Sepersekian detik, ia menghapus dengan telapak tangan kanannya. Lelaki tidak boleh menangis, batinnya.

Ia berjalan ke arah lemari pakaian yang ada di kamarnya. Di ambillah satu setel seragam biru putih dari sana. Kemudian, dipakailah seragam sekolah SMP Harapan Bangsa tersebut. Setelah dirasa rapi, ia merapikan rambutnya dengan sisir. Setelah itu, ia mengambil kaca mata minus di atas nakas dan memakainya. Dia tersenyum. Hari ini harus semangat, tekadnya.

Tangan kirinya meraih sebuah tas ransel berwarna hitam dari atas kasurnya. Kemudian, mencangklong tas tersebut di punggungnya. Ia berjalan ke arah pintu. Tepat sampai di depan pintu itu, ia terhenti. Ada rasa takut kian menjalar ke seluruh tubuhnya.

Terdengar suara ribut-ribut dari luar kamarnya. Itu pastilah merupakan suara dari kedua orang tuanya yang sedang bertengkar. Hampir setiap hari selalu seperti itu. Bahkan dia dan adiknya sendiri pun menjadi korban pelampiasan amarah dari kedua orang tuanya yang tak memiliki rasa peduli sedikit pun itu.

Walau tubuhnya bergetar ketakutan, ia tetap memberanikan diri untuk membuka pintu itu. Dan benar, rumahnya bagaikan kapal pecah. Barang-barang berserakan dimana-mana. Sedangkan, kedua orang tuanya masih tetap melanjutkan debat mereka. Mereka tak peduli dengan keadaan sekitar. Bahkan anaknya sendiri tak diperhatikan.

Dengan tergesa-gesa, cowok berkaca mata itu menuju ke kamar adiknya. Dia masuk ke kamar adiknya itu tanpa permisi. Ia melihat adiknya yang sedang terduduk di kasurnya. Adik perempuannya itu tengah menangis sambil memeluk lutut. Karena saking takutnya, bahkan adiknya ketika menagis itu tak mengeluarkan suara isakan.

Aku sungguh kakak yang kejam. Membiarkan adiknya sendiri meneteskan air mata, batin cowok berkaca mata itu yang akrab disapa Alex.

"Revi!" Panggilnya lembut.

"Kakak!" Ujar adiknya lalu berlari kemudian memeluk sang kakak tersayangnya.

"Hari ini kita sekolah ya. Kamu mau kan?" Ajak Alex kepada adiknya.

Revi hanya bisa mengangguk patuh. Dirinya tak ingin menolak ajakan kakak tersayangnya. Ia juga tak ingin berlama-lama berada di rumah tanpa adanya sosok kakaknya itu.

"Ya sudah, kamu ganti baju dulu! Lalu kita berangkat sekolah." Suruh Alex.

Revi mengambil satu setel seragam merah putih dari lemari pink-nya. Setelah itu, ia berlari dengan langkah kecilnya menuju ke kamar mandi. Setelah beberapa waktu, Revi keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang berbeda dari sebelumnya. Kini ada seulas senyum terukir di wajahnya.

"Ayo berangkat kak!" Ujar adiknya semangat.

Senyuman yang terukir di wajah manis adiknya itu membuat rasa bersalah yang ada di dalam hati Alex kian membesar. Ada rasa lega, senang, sedih, sakit, dan perih membaur jadi satu rasa. Dan aku tak bisa mendeskripsikan lebih lanjut lagi apa rasa itu.

Aku Bukan INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang