#30 : Valentine's Chocolate

1.7K 78 1
                                    

Author

Seorang gadis remaja berumur 16 tahun sedang memandang dirinya sendiri di sebuah cermin datar. Cermin itu tergantung di dinding kamarnya yang bercat biru muda. Di beberapa sisi tembok tersebut terdapat mural berbentuk love dengan gradasi warna biru muda, pink, merah, putih, dan hitam.

Gadis remaja tersebut berlenggak-lenggok dan berputar-putar melihat kecantikan alami yang dikeluarkannya. Ia memakai dress selutut tanpa lengan berwarna orange cerah dengan renda warna orange transparan. Dikaitkannya sebuah kalung emas berinisial "Y" di lehernya. Senyumnya pun merekah ketika melihat kalung tersebut terpakai di leher dengan indahnya. Rambutnya yang basah, ia gerai begitu saja. Membiarkan angin dan waktu serta hawa hangat matahari sore untuk mengeringkannya.

Mata gadis remaja itu menyorot sebuah jam dinding berbentuk hello kitty yang tergantung di dinding kamarnya. Jarum jamnya membentuk sudut 75 derajat dengan jarum panjangnya berada di angka 6. Yap, jika sudut 75 derajat, berarti jarum pendeknya berada diantara angka 3 dan 4. Waktu menunjukkan pukul 03:30 sore.

Killa, nama panggilannya. Ia berjalan ke arah balkon. Dari sana, ia bisa melihat halaman depan rumah yang sepi serta jalanan depan rumahnya yang ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang. Pemandangan itu memang tak menarik baginya. Ia hanya bisa menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.

Satu kata saja yang cukup untuk menjelaskan suasana tersebut. MERENUNG, itulah yang dia lakukan. Matanya perlahan tertutup. Beberapa memori kejadian berputar di kepalanya bagaikan sebuah film. Saat ini, pikirannya tengah melayang.

Tangan kirinya bergerak meraba-raba leher putihnya. Menggenggam liontin dari kalung emas yang dipakainya. Semakin lama, semakin erat.

"Valentine's Day? Satu hari lagi? Berarti besok," lirihnya. Mengambil nafas sejenak kemudian bergumam lagi. "Siswi 11 MIPA 3? Cowok 11 MIPA 1?"

"EH! KOK KAYAK GUE SAMA YOGA AJA SIH?" Pekiknya.

"Gue kan 11 MIPA 3, sedangkan Yoga kelas 11 MIPA 1. Apa mungkin? AH, GAK MUNGKIN! Itu pasti cuma kebetulan." Killa menghela nafas.

"Kelas 11 IPS 1 ya? Hmm..., pembunuhan. Jasad tidak ditemukan? Ya kan cuma isu, berarti gak sepenuhnya benar kan? Tapi, hantu kepala yang gue lihat di sekolah itu apa? Apa itu semua berhubungan? Tau deh, pusing." Lirih Killa sambil memegang kepalanya dengan tangan kanan.

Killa menarik nafas dalam-dalam. Kemudian dikeluarkan. "Rileks, Kill!" Ucapnya. Setelah itu, ia mengambil nafas lagi dan dikeluarkan kembali. Terus menerus seperti itu hingga ia benar-benar tenang.

"Pacaran ya? Duh, jadi kangen banget nih sama Yoga. Andaikan aja dia ada disini. Ingin gue peluk erat. Gak bakalan gue lepasin. Kalo bisa, orangnya gue laminating. Terus gue kasih figora. Terus gue pajang di tembok kamar gue. Jadi, gue bisa mandang dia terus tiap hari. Atau orangnya gue jadiin patung aja ya? Terus patungnya gue jadiin hiasan di kamar gue. Wah, seneng banget gue kalo emang beneran bisa gitu." Killa terkekeh pelan.

"Waduh, parah lo. Anak orang itu Kill. Lo gak boleh ngapa-ngapain dia. Bisa-bisa bokap nyokapnya marah ke gue. Dan gak di ijinin lagi nemuin dia. Dan rasa kangen ini gak bakalan bisa gue tutupin terus. Bisa-bisa dia beneran gue culik deh. Yah, gua harap dia beneran bisa jadi milik gue untuk selamanya. I love you so much, Yoga."

"Eh?! Duh, gue mikir apaan sih? Yoga itu udah jadi mantan gue! Dia udah bukan siapa-siapa gue lagi! Kita cuma temen doang!" Ucapnya sambil menepuk-nepuk pipi dengan kedua telapak tangannya yang lembut.

Aku Bukan INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang