#44 : Lokasi Tubuh

1.2K 71 8
                                    

Killa

"Kamu harus mati!" Ujar hantu Hani itu sembari membungkamku dengan tangannya.

Kepalaku menggeleng-geleng cepat. "Tidak, aku gak mau!," batinku, menangis.

Bau anyir menyeruak dari tubuh hantu itu. Cairan berwarna merah terus menetes dari tubuhnya. Darah itu merembes melalui seragam sekolah yang kupakai. Jika orang normal pasti tidak bisa melihat cairan kental itu.

Ingin kumenjerit tapi suaraku tidak mau keluar. Aku mencoba meronta, tetapi tidak bisa. Tubuhku terasa kaku. Aku tidak bisa mengoperasikan tubuhku karena rasa takut ini.

Bersamaan dengan sentuhan hantu Hani, sebuah sensasi yang sama, yaitu ketika aku menyentuh para hantu. Kedua mataku mulai menutup perlahan. Sebuah penglihatan masa lalu yang belum selesai pun terlihat. ~lihat #35 : Pembunuhan Tersadis~

Flashback on

Reisha mengambil sebuah handphone dari dalam saku roknya. Memilih sebuah nomer kemudian menekan tombol CALL. "Halo Ryan, bantu aku menyembunyikan jasad Hani."

"Apa? Kau membunuh Hani?"

"Kamu gak perlu tau, datang aja ke kelas 11 MIPA 3. Lalu bantu aku." Tanpa mendengar jawaban dari Ryan, Reisha menutup teleponnya sepihak.

Setelah menunggu beberapa menit, seseorang bernama Ryan pun datang. Wajah yang waktu itu tak bisa kulihat, sekarang terlihat sangat jelas. Walau aku tak pernah melihat wajah itu, aku merasa tidak asing.

Ryan datang dengan ekspresi wajah yang susah diartikan. Sepertinya dia marah? Apalagi ketika melihat jasad Hani yang sudah tidak berupa jasad lagi. "Kau udah gila ya? Kau kan yang membunuhnya?"

"Kalau iya, memangnya kenapa?"

"Kau benar-benar psikopat," lirih Ryan.

"Biarin!" Balas Reisha. "Ayolah, bantu aku menyembunyikan jasad ini."

"Nyembunyiin dimana? Rupa jasad itu udah bukan jasad lagi tau gak?!"

"Sorry, aku kelepasan. Bantuin aku ya Ryan. Plisss!"

"Gak mau! Sulit menyembunyikan jasad kayak gitu."

"Terus gimana? Dimana aku bisa menyembunyikannya?"

"Aku gak tau."

"Bantuin mikir kek!"

"Semayamin aja di kelas ini, udah kan?"

"Semayam? Gimana caranya ngubur ini di kelas? Di sini lantai, bukan tanah. Kamu bego ya?" Ujar Reisha sambil menghentakan kakinya di lantai.

"Kalau itu mah serahin aja padaku," ucap Ryan bangga.

Reisha menatap bingung temannya. Ia membatin, "Apa sih yang dipikirin bocah ini?"

"Kau tunggu di sini sebentar. Aku akan kembali lagi," ucap Ryan. Kemudian, segera meninggalkan Reisha bersama jasad Hani di kelas.

Beberapa menit kemudian, Ryan kembali dengan membawa sebuah linggis. Benda runcing nan tajam tersebut ditunjukkan kepada Reisha. "Pakai ini buat nyungkil lantainya."

"Kamu aja, aku gak bisa."

Tanpa merespon ucapan temannya itu, Ryan segera melakukan pekerjaan tersebut. Linggis yang dibawanya, ia ayunkan ke sisi lantai keramik kelas. Ketika telah tertancap, segera ia cungkil lantai keramik itu.

Aku Bukan INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang