#35 : Pembunuhan Tersadis

1.6K 85 7
                                    

Killa

Tet...Tet...Tet...Tet....

Bel pulang sekolah berbunyi. Para pelajar SMA Harapan Bangsa yang mendengar suara itu bersorak ria. Para guru mulai menutup pelajarannya kumudian pergi dari hadapan murid-muridnya. Setelah acara berdoa selesai, para pelajar itu segera berlari keluar kelas menuju arah parkiran untuk mengambil kendaraan mereka dan membawanya pulang ke rumah masing-masing.

Ketika mereka semua sibuk berebut untuk keluar dari gerbang sekolah, aku dengan santainya memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam tas. Aku menengok ke arah luar jendela.

"Sepertinya masih ramai, aku tunggu aja lah bentar lagi biar lebih sepi. Abis itu ke rumah sakit jenguk Revi. Moga aja dia bisa keluar dari rumah sakit besok." Ucapku antusias dan penuh harap.

Setelah menunggu beberapa menit dan merasa sudah cukup lama, aku pun segera beranjak dari bangku ku. Aku berjalan ke arah pintu kelas untuk keluar. Pintu yang tadinya masih terbuka lebar tiba-tiba tertutup dengan begitu keras.

Braaakkk.....!!!

"Huwaaa....., pintunya kok bisa ketutup sendiri sih?!" Ucapku ketakutan

Tiba-tiba suara tawa melengking memenuhi kelas 11 MIPA 3, kelas yang kini ku tempati. Aku menengok ke arah kanan dan kiri, mencari-cari asal suara itu. Ketika tak mendapati sesuatu di sekeliling, aku melihat ke atas. Dan benar saja, ada hantu kepala penuh darah disana.

'Penampakan macam apa lagi yang gue lihat sekarang? Muka tuh setan kok makin serem sih?', pikir ku.

"Hihihihihiii....., kamu harus mati!" Ucap hantu kepala itu sehingga membuatku semakin ketakutan. Ia melayang mendekat ke arahku. Aku panik. Aku mencoba membuka pintu, tapi tak bisa karena pintu terkunci.

"Hihihi...., kamu gak bisa kabur!"

"Ja-jangan mendekat! Menjauhlah dariku!" Aku berjalan mundur hingga punggungku menatap dinding kelas. Aku melihat ke belakang. 'Gimana nih? Ada tembok! Gue harus kabur kemana? Itu hantu makin deket lagi.'

Hantu kepala penuh darah itu melayang dengan kecepatan tinggi ke arahku. Dengan sergap aku menghindarinya. Aku berlari menjauhi hantu itu. Tanpa sengaja aku menabrak bangku ku sendiri. Hingga membuatku jatuh terduduk di lantai kelas.

"Aw! Bangku ini napa bisa ada disini sih? Ngalangin jalan aja!" Rintihku sambil memengangi perutku yang kesakitan setelah menabrak bangku.

"Hihihihi...., rasakan kamu!" Hantu kepala itu kembali tertawa melengking.

Aku memegang bangku yang tadi ku tabrak. Mencoba untuk bangkit. Tapi bukannya aku cepat berdiri, aku malah merasakan ada yang aneh. Sebuah aliran listrik rendah mengalir ke dalam tubuhku. Sensasi yang sama seperti ketika aku menyentuh para hantu saat melihat masa lalu mereka.

Aku menutup mata. Kenangan memori-memori yang tertinggal di bangku itu menguasaiku. Aku melihat kenangan itu bagai sebuah film.

Flashback on

Ada dua insan berbeda gender saling berhadapan menatap satu sama lain. Bertempat lokasi di taman sekolah. Kala itu begitu terik. Setelah bertatapan cukup lama tanpa ada yang mau memulai pembicaraan, si cewek kemudian menunduk.

"Hani, kamu mau gak jadi pacar aku?" Tanya sang cowok kepada cewek didepannya yang bernama Hani.

"Kamu benar serius mau jadian dengan aku, Haris?" Tanya Hani memastikan kepada cowok bernama Haris yang sedang menembaknya saat itu.

"Aku serius!" Ucap pemuda itu dengan tatapan lurus ke arah bola mata si gadis.

"Tapi aku ini cewek pendiam dan aku juga gak secantik Nadia dan Reisha. Teman-temanku juga banyak yang menjauhiku. Mereka juga bilang aku jelek. Sedangkan kamu, kamu itu cowok tampan. Kamu orang kaya. Lalu aku orang miskin. Mana bisa kamu suka dengan perempuan sepertiku?" Terang si gadis panjang lebar.

Aku Bukan INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang