Keadaan memang dapat di rubah ,kesedihan dapat di rubah seiring berjalannya waktu namun siapa sangka. Luka yang begitu kecil, bahkan sangat kecil menimbulkan efek yang lebih besar.
Jeon nara dengan segala keterpurukan nya dan namjoon dengan segala penyesalannya tak akan membuat mereka bersatu.
Sudah seminggu lamanya mereka saling diam.bahkan untuk saling tatap saja mereka enggan.
Nara yang selalu menyibukan diri di rumah dan namjoon yang jarang pulang karna lebih memilih tinggal di dorm ataupun gedung bighit membuat mereka semakin jauh.
Ingin rasanya nara mengubah semuanya namun apalah daya. Ia hanya seorang wanita yang takut akan hal yang menyangkut Namjoon.
Kelemahan nara adalah Namjoon,ia mulai bergantung pada Namjoon. Ia akan menyiapkan sarapan, dan hidangan lainnya ketika namjoon datang
Senyuman yang selalu ia pertahankan kini sedikit demi sedikit terkikis dengan air mata.
Bentakan bentakan Namjoon seakan akan mengatakan bahwa nara tak berguna.
Apapun keputusan Namjoon adalah benar,dan namjoon tak menerima ataupun menanyai keputusan nara.
Waktu terus berputar. Hubungan yang awalnya dingin sekarang semakin membeku.
Tak ada lagi penyiksaan raga hanya saja hati dan batin nara yang di siksa.
Namjoon selalu mengatakan bahwa ia ingin berpisah namun nara bersikeras untuk mempertahankan hubungannya.
Hingga suatu hari namjoon membawa seorang wanita ke dalam apartemen nya dan nara yang kala itu tengah drop membuat ia semakin down
Nara melihat bagitu jelas bagaimana mereka bercumbu di hadapnnya sampai namjoon membawa wanita tersebut ke kamar nya dan menutup pintu
Blood, sweet,and tears seakan menghantui nara. Ingin rasanya nara menghentikan waktu dan diam tanpa memikirkan apapun namun semua sirna ketika suara di dalam kamar membuat nara tak tahan.
Ia menjerit dan berlari entah kemana.
Ia ingin pergi dan ingin mati. Hidupnya adalah namjoon dan namjoon menghidupi wanita lain. Ia semakin muak.Hingga sampailah ia di sebuah taman. Ia menangis ,semua bayangan namjoon yang sedang bercumbu membuat ia menjambak rambutnya.
Beruntung lampu taman tidak begitu gelap ia dapat melihat pantulan dirinya yang seakan akan mengejeknya dan mengatakan
"Nara kau harus menyerah" namun nara menggeleng ia belum siap bahkan tak akan pernah siap.Berpisah dengan namjoon seakan mendorong nara agar pergi ke tempat gelap.sesak dan sulit bernafas hingga akhirnya mati
Namun nara menggeleng ia teringat dengan janji nya ia tak akan meninggalkan namjoon ia tak boleh berpisah dengan namjoon.
Ia kembali ke apartemen dan masuk ke kamarnya.ia mencoba meredam tangisannya dengan masuk ke kamar mandi dan menyalakan shower ia menghuyur dirinya dengan air dingin setelah itu berendam dengan air hangat.
Selsai berendam ia kembali ke kamar dan memakai pakaian tidurnya samar samar ia mendengar sebuah pertengkaran dari arah luar
Ia diam di pinggiran kasur dan melamunkan nasibnya.
Tok tok
Nara diam dan tak mau membuka pintu namun namjoon mengatakan kalau nara tak membuka pintu maka Namjoon akan mematikan lampu.
Nara yang mendengar itu langsung menghapus air matanya yang masih mengalir dan berjalan menuju pintu untuk membukakan pintu.
Begitu pintu kamarnya terbuka disana sudah ada namjoon dengan pakaian yang terakhir ia lihat dan sebuah noda bibir mungkin bekas wanita tadi di lehernya dan juga Wangi parfum yang menguak.
"Kau menangis?" Tanya namjoon langsung ketika melihat wajah sembab
Nara hanya menggeleng tanpa mengatakan sepatah katapun karena takut ketika ia mengeluarkan kata kata namjoon akan membentak nya
"Kau berani berbohong, hah..sudah jelas jelas matamu sembab,kau pasti menangis" namjoon melipat kedua tanggannya di atas dada.sedangkan nara masih tetap diam dan menunduk.
"Jawab aku" pinta Namjoon dengan suara dinginnya
"Gwaenchana " ucap nara pelan sambil meredam suaranya yang serak.
"KAU BILANG KAU BAIK BAIK SAJA!, DENGAR! JANGAN PERNAH KAU MENYEBUT KAU BAIK BAIK SAJA KALAU KEADAAN MU SEPERTI INI.KAU TAU KETIKA EOMMA DAN APPA MENGETAHUI INI MAKA YANG AKAN DI SALAHKAN ADALAH AKU...DAN SELALU AKU?!" Bentak namjoon karna emosinya yang meluap
Nara memejamkan matanya ketika namjoon membentaknya.
Nara merutuki semua yang ia katakan. Ia sudah menduga akan hal ini.dan benar saja Namjoon Pasti memarahinya.
Namjoon menghela nafasnya dan mengusap wajahnya kasar "mianhe" ucapnya
Nara hanya diam dan menundukkan kepalanya.
Namjoon menghela nafasnya kasar.iahanya memperhatikan wajah nara yang tertutup oleh rambutnya
"Nara?" Ucap namjoon
Namum nara menggelengkan kepalanya dan semakin menundukan kepalanya hingga suara isakan yang sedari tadi nara tahan terdengar oleh namjoon
"Nara? Kau kenapa?" Namjoon panik karna melihat nara mengangis dan menggelengkan kepalanya.
" nara jawab aku " pinta namjoon dan nara memberanika diri untuk menatap mata namjoon
"Kenapa aku harus menjawabmu?" Tanya nara sambil menghapus air matanya yang mengalir
Namjoon mengerutkan dahinya "karna aku bertanya"
Nara menghela nafasnya " mianhe ,aku mengantuk aku ingin tidur,kembalilah ke kamar mu " ucap nara menghubah topik pembicaraan
Namjoon hanya diam ketika melihat nara memundurkan langkahnya dan menutup pintu kamarnya
Namjoon cukup terkejut dengan nara yang barusan, ia menatap pintu di hadapannya dengan pandangan kosong
Ingin ia mengetuk pintu tersebut namun mendengar suara tangisan nara di balik pintu membuat namjoon mengurungkan niatnya.
Ia kembali ke kamarnya dan mengunci pintu.sebelum ia tertidur ia memikirkan dan merenungi apa kesalahannya.
Hingga lelah ia berfikir ia pun tertidur
Tbc..
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hope a Beautifull Married
FanficMenikah tanpa adanya Cinta dan hanya bermodal perjodohan membuat kehidupan menjadi kacau namun ini bukanlah akhir dari cerita namun ini awal dari kehidupan