05. Marah yang mengerikan.

3.3K 205 11
                                    

Iqbaal membawa Shasa berjalan menembus jalanan padat kota Jakarta dengan perasaan kalang kabut yang entah disebabkan oleh apa. Sesekali Iqbaal melirik gadis disampingnya dengan sorot mata yang susah di artikan. Rambut panjangnya yang Shasa biarkan terrgerai bebas tertiup angin dari kaca mobil disampingnya yang sengaja dia turunkan.

Gadis itu menatap keluar jendela dengan tatapan kosong, melamunkan apa yang baru saja terjadi dengannya, dicium Fathan, mencium Fathan dan bantuan dari Iqbaal membuatnya tidak berhenti memikirkan kejadian itu. Terlebih lagi saat Iqbaal menggendong membawanya keluar dan tidak peduli dengan guru yang melihat kearah mereka. Shasa tersenyum simpul mengingat kejadian dimana dia terpaksa menutup wajahnya disebabkan karna malu mendapat tatapan iri dari cewek-cewek di sekolahnya.

Sementara Iqbaal masih berkutat dengan rasa marah pada sosok Fathan sekaligus marah pada emm...ciuman yang dilakukan Shasa dihadapan banyak orang. Meskipun itu guna untuk menyelamatkan dirinya sendiri tetap saja Iqbaal tidak bisa melupakan bagaimana Shasa mencium mesra pipi kiri Fathan. Entah kemarahannya karna gadis disampingnya begitu gampang mencium laki-laki kurang ajar macam Fathan, atau yaa...dia cemburu. Dan kemungkinan terakhir itu Iqbaal mengelaknya mati-matian dalam hati.

Kembali diliriknya Shasa yang sekarang sedang mengambil ponsel disakunya. Ponsel yang katanya dibelikan oleh pacarnya. Iqbaal tau itu dari Vino yang bercerita sok heboh macam emak-emak komplek menceritakan barang apa saja yang di dapat Shasa dari pacarnya.
Dada cowok itu semakin mendidih mengingat pasti Shasa juga melakukannya pada Tirta temannya. Memoroti Tirta semaunya, lalu ditinggalkan ketika semua yang diinginkan sudah terpenuhi.

Bertambahlah kekesalan Iqbaal kali ini, belum lagi bayangan Shasa mencium pipi kiri Fathan yang terus saja bersliweran di depan matanya, membuat mata Iqbaal memerah menahan kemarahan yang minta diledakkan sekarang juga.

Tanpa sadar Iqbaal memukul stir di depannya diiringi teriakan yang seketika membuat Shasa menoleh kearah Iqbaal.

"Kenapa?" tanya Shasa pelan.

Bukannya menjawab pertanyaan Shasa, Iqbaal malah menginjak gasnya kuat-kuat dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Shasa sontak kaget dengan perubahan laju mobil yang tadinya melaju dengan kecepatan sedang, kini sudah melaju dengan kecepatan tinggi di atas rata-rata. Ponselnya sudah terjatuh disebabkan rasa kagetnya yang datang tiba-tiba, sehingga tanpa sadar Shasa melepaskan ponselnya.

"Lo apa-apaan sih?" bentak Shasa.

Tapi Iqbaal sama sekali tidak menghiraukan bentakan Shasa. Dia malah semakin mempercepat laju mobilnya.
Shasa berdecak kesal memandang lurus ke depan, berpegangan pada sandarannya kuat-kuat.

Dengan perasaan kalang kabut, dadanya yang terasa panas dan kepalanya mendidih, Iqbaal semakin gila-gilaan melajukan mobilnya dengan kecepatan di luar nalar manusia.

"Lo mau mati? Kalo lo mau mati, lo aja. Jangan ngajak-ngajak gue!!." Bentak lagi Shasa.

"Biar lo bisa bebas morotin cowok terus-terusan." Jawab Iqbaal lengkap dengan senyuman sinis darinya.

Shasa terperangah mendengar penuturan Iqbaal. Shasa geleng-geleng kepala Gak nyangka, cowok yang menemaninya chat an tiap malam, dan membuatnya senyum-senyum sendiri sekaligus orang yang perlahan-lahan menggerakkan hatinya tega mengeluarkan kalimat kejam seperti itu.

Jaguar putihnya berjalan semakin cepat dan semakin cepat semakin membuat Shasa meringis ketakutan. Pegangannya pada sandaran di belakang semakin kuat. Shasa memejamkan matanya pasrah dengan setiap gerakan gila dan aksi nekat yang dilakukan Iqbaal. Air matanya tanpa sadar keluar dari sudut matanya menahan rasa ketakutannya. Entah apa yang ada dipikiran cowok disampingnya itu. Yang jelas Iqbaal yang dilihatnya sekarang bukanlah Iqbaal yang menolongnya beberapa waktu yang lalu.

Gold Digger Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang