09. Lapangan basket.

3K 167 7
                                    

Shasa duduk sembari memainkan ponselnya di depan salah satu kelas menunggu Iqbaal yang sedang berganti pakaian di kamar mandi.

Tidak lama kemudian Iqbaal sudah berdiri di depannya dengan seragam olahraga di tangannya.

"Udah makan?." Tanya Iqbaal.

"Udah kok." Jawab Shasa sembari mendongakkan kepalanya, kemudian ikutan berdiri menghadap Iqbaal dan kembali meletakkan ponselnya disaku bajunya.

"Aku mau naruk ini dulu, kamu ikut ya." Ucap Iqbaal sambil menunjukkan baju olahraga di tangannya.
Shasa menanggapinya dengan anggukan kepala, kemudian mengikuti langkah Iqbaal kembali menuju loker sekolah.

Selesai meletakkan baju olahraganya, Iqbaal membawa Shasa menuju lapangan basket dan duduk dikursi tempat biasanya siswa duduk melihat pertandingan.

Banyak siswa-siswi berlalu lalang lengkap dengan tatapan iri pada keduanya. Seantero sekolah dengan cepat mengetahui bahwa mereka sudah berpacaran sejak pengakuan Iqbaal beberapa saat yang lalu. kecepatan gosip memang luar biasa.

Shasa memandang Iqbaal yang sedang duduk disampingnya memandang lurus ke depan. Baru kali ini Shasa lebih banyak diam di dekat cowok, tidak banyak bicara, apalagi merengek. Matanya jelas membutuhkan penjelasan tentang pengakuannya bahwa dirinya adalah pacarnya, tapi Shasa sama sekali tidak bisa berkata apa-apa, bibirnya terasa kelu dihadapkan dengan cowok pemilik mobil Lamborghini yang membuatnya susah tidur.
Shasa menghembuskan nafasnya pelan, kemudian ikut memandang lurus ke depan.

"Sorry buat tadi." Ucap Iqbaal tanpa menoleh sedikitpun pada Shasa.

"Gue gak ngerti." Jawab Shasa setelah menoleh sebentar kearah Iqbaal.

Iqbaal menoleh kearah Shasa, begitupun dengan Shasa juga ikutan menoleh lagi sehingga mereka jadi bertatapan, kemudian keduanya sama-sama tersenyum.

"Lo kenapa nekat gitusih? Elo nggak sadar itu bikin lo malu?." Tanya Iqbaal.

"Gue paling nggak bisa kalo liat orang pacaran berdasarkan keterpaksaan."

"Dari mana lo tau gue bakalan terpaksa?."

"Yakin aja." Jawab Shasa kemudian tersenyum.

Iqbaal hanya menganggukkan kepalanya mengerti.

"Kalo ditembak cowok lo maunya yang gimana?."

"Gak perlu romantis, gue Cuma mau cowok itu harus berani minta ditraktir sama gue."

"Kalo gue yang minta traktir?." Tanya Iqbaal. Shasa langsung menoleh kearah Iqbaal dengan sorot mata yang susah di artikan. "Sorry sorry." lanjut Iqbaal begitu menyadari Shasa menatapnya dengan ekspresi bingung.

Kemudian Shasa menundukkan kepalanya serta menggerak-gerakkan kakinya. Kecewa sebenarnya Iqbaal dianggapnya tidak jadi minta traktir darinya.

"Gimana pacar lo?." Tanya Iqbaal kemudian.

"Siapa?." Shasa balik bertanya sembari mengangkat kembali kepalanya dan melihat Iqbaal.

"Kuda putih." Jawab Iqbaal.

Shasa langsung mengerti siapa yang dimaksud Iqbaal. Adi, pemilik ninja putih yang beberapa hari yang lalu Iqbaal melihatnya boncengan dengan Adi di tempat bokap Adi kerja.

"Gue, gue udah putus sama dia." Ucap Shasa ragu-ragu.
Meskipun kenyataannya belum putus, tapi kalau bilang sejujur-jujurnya bisa gagal bisa berpacaran sungguh-sungguh dengan Iqbaal, bukan hanya sekedar pengakuan semata.

"Kapan?. Kok cepet?" Tanya Iqbaal kaget.
"Gila ni cewek, begitu dapet calon mangsa baru, yang lama langsung dilepas gitu aja. Pantesan Tirta sampe tersakiti gitu, ternyata nih cewek cukup sadis." Batin Iqbaal.

Gold Digger Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang