CHAP 6

8.6K 908 27
                                    

••••

HR CHINGU.

•••

Lisa melototkan matanya saat Sebastian merebut daging yang ada di piringnya.

"Eh! Om! Punya gue!" sahut Lisa tak terima tetapi pria itu langsung masukkan kedalam mulutnya dan mengunyahnya sembari mengerling nakal pada Lisa.

Geez!

Apakah dengan mengerling begitu membuat Lisa terpesona? Tentu saja tidak!

Lisa langsung mendengus dan menyenggol tangan Jihan yang duduk disebelahnya.

Ia menarik napas dalam. Ia ingin meminta Jihan untuk mengantarnya pulang tanpa di dengar Sebastian ataupun Ray.

Lisa tak mau jika Sebastian mengetahui rumahnya terlebih lagi jika pria itu tahu jika orangtua Lisa jarang berada di rumah.

Yang ada pria itu nanti bisa berperilaku seenaknya datang kerumah Lisa dan menculiknya.

Geez!

Lisa mual berada di dekat Sebastian.

"Apaan?" tanya Jihan menoleh membuat attensi Ray teralih.

Lisa mendekatkan mulutnya pada telinga Jihan dan membisikkan gadis itu jika ia ingin pulang.

Jihan menghela napas pelan.

Ia juga ingin pulang.

Bukan hanya Lisa saja.

Jihan melirik Ray yang terlihat baru saja meneguk minumannya.

"Kenapa?" sahut Ray langsung.

"Bang, saya mau pulang. Bisa anterin nggak?" pinta Jihan membuat Ray meliriknya dan Lisa secara bergantian.

"Putri mau di antar pulang juga?" kini Sebastian menyahut dan menyenggol kaki Lisa di bawah meja.

Ya, karena mereka saling berhadapan dengan Sebastian dan Ray di deretan yang sama, begitupun Jihan dan Lisa.

"Nggak usah genit deh om!" sahut Lisa tak suka membuat Ray tersedak lantaran ingin tertawa.

Sebastian terlalu bekerja keras pikirnya.

Padahal jelas sekali gadis itu menolaknya. Seharusnya ia mencari perempuan lain saja.

Sebastian mencibir dan meneguk minumannya.

Ia jadi kenyang mendengar penuturan Lisa barusan.

Genit? Hell, dia tak genit!

Enak saja remaja itu mengatai-nya seperti itu.

Jika saja Sebastian tak mengincar kehormatan gadis itu, mungkin ia sudah membuang Lisa jauh-jauh.

Karena menurut Sebastian gadis itu terlalu jual mahal. Paling sekali dimasukin minta lagi, cih.

"Pulang? Kan kamu tinggal disini mulai sekarang. Lagian kamu juga nge-kost 'kan?" Balas Ray santai membuat mata Jihan melebar.

"Tapi baju seragam dan buk---"

"Tenang. Nanti aku menyuruh Febi mengurusnya." Sela Ray langsung membuat gadis itu menghela napas pasrah dan melirik Lisa yang sedang beradu tatapan dengan Sebastian.

Jihan mendecak.

Cepat atau lambat teman-nya itu bakal menyukai Sebastian mengingat tingkah Sebastian yang tak akan menyerah untuk mendekati teman-nya itu.

Ya karena hati perempuan itu mudah luluh pikirnya.

"Antar gue aja, om!" tawar Lisa dan mengalihkan tatapannya lalu melirik Ray.

Ray tertawa pelan.

"Ada Sebastian, kok nyuruh saya?"

Sebastian yang mendengar itu langsung melemparkan senyuman mengejek pada gadis itu.

"Nggak mau, ah! Ntar gue di perkosa, om." Sahut Lisa menolak.

"Dek, dek. Sini om nikahin biar jatuhnya nggak jadi perkosa kamu." Sahut Sebastian dengan decakan.

Lisa langsung bergidik ngeri dan menempatkan kedua tangan nya didepan dada nya seakan kedinginan.

Sial.

Nikahin? Lisa tak mau nikah muda.

•••••••••

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam.

Mobil Sebastian baru saja sampai di depan rumah Lisa yang bisa dibilang tidak terlalu besar.

Lisa melirik pekarangan rumah nya. Tak ada mobil orangtua nya disana.

Sial.

Malam ini rumah kembali sunyi. Pikirnya.

Sebastian menoleh kebelakang.

Ya, Lisa duduk di kursi belakang.

"Ini rumah kamu?"

Lisa mengangguk kaku.

Ia langsung membuka pintu mobil dan melangkahkan kakinya keluar dari sana.

"Eh!" seru Sebastian saat Lisa keluar tanpa permisi.

Ia langsung keluar dari sana menahan Lisa yang ingin memasuki pekarangan rumah nya.

"Apasih, om?!"

"Heh! Kamu ini! Nggak ada bilang makasih segala!"

Lisa mendecak dan memutar bola matanya malas kemudian tersenyum manis yang dibuat-buat.

"Makasih ya, Om Sebastian." Ucapnya dengan nada mengejek membuat Sebastian menutup mulut gadis itu dengan tangannya.

Lisa melebarkan matanya dan menepis tangan Sebastian langsung.

"Hih!" serunya geli lalu berlari masuk kedalam rumah membuat Sebastian tertawa lepas.

Ia menggelengkan kepalanya sembari memegang perutnya.

Sial.

Sebastian tidak bisa berhenti ketawa melihat tingkah aneh gadis itu.

"Dasar daun muda!" cibirnya lalu kembali masuk kedalam mobilnya.

Ia melirik kursi belakang yang tadi Lisa duduki.

Sebastian mengumpat pelan.

Bagaimana bisa gadis itu tak sadar jika meninggalkan tas-nya?

Ia langsung mengambil tas-nya itu dan keluar dari mobil berniat mengetuk pintu rumahnya.

Sesekali ia melirik jam yang melingkar di tangannya.

Ya, Teo mengajaknya pergi ke club malam.

Cukup lama ia menunggu akhirnya pintu terbuka juga.

Namun kali ini Lisa tak memakai seragam sekolahnya melainkan memakai baju kaos polos dengan celana jeans pendek.

Sial.

Daun muda memang menggoda pikirnya.

Sebastian yakin jika adiknya dibawah sana mulai mengeras.

"Heh! Kirain sudah pulang." Cibir Lisa langsung.

Sebastian menyodorkan tas-nya, "tasmu! Dasar pikun!"

Lisa mendecak dan menarik tas nya itu.

Ia melirik Sebastian yang terus menatapnya dengan tatapan seakan ingin menerkam dirinya.

Lisa mendengus dan langsung membanting pintunya membuat Sebastian berseru kesal dibalik pintu.

Adiknya benar-benar tegang saat ini.

Sial.

Sepertinya malam ini ia harus mencari wanita malam.


















TBC

SUGAR DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang