Happy Reading 😚
••••
"Maaf ... tapi anak saya harus melanjutkan pendidikannya jadi saya tak bisa menerima lamaran kamu saat ini." Ujar Ayah Rosita sesopan mungkin seraya melirik anakmya itu.
Theo memijat keningnya pelan dan melirik Ray yang duduk didepannya.
"Tapi, pak. Kan bisa menikah sambil melanjutkan pendidikannya." Kini Ray menyahut membuat Ayah Rosita sedikit menunduk dan menggelengkan kepalanya pelan.
Kepalanya terasa sakit. Meski Ray lebih muda darinya namun tetap saja pria itu adalah Boss nya.
Ia melirik anaknya itu-Rosita- yang menatapnya penuh harap. Perlahan tapi pasti ia mengangkat kembali kepalanya dan menatap Theo dengan tatapan tajam.
"Kamu yakin bisa menjaga anak saya?" Tanyanya dengan nada tajam dan menuntut.
Theo mengangguk mantap membuat pria itu menghela napas pelan.
"Baiklah. Saya terima lamaran kamu."
Dan bersamaan dengan itu juga Rosita langsung memeluk Ayahnya.
"Makasih, yah." Lirih Rosita terharu.
Theo melirik Ray dan menatap pria itu penuh dengan bangga.
Ya, bangga memiliki teman yang sukses dalam karir hingga bisa membantunya saat ini.
Tidak--- bukan berarti ia hanya memanfaatkan Ray. Namun ia bangga pada temannya itu meski sedang dihadapi masalah namun ia tetap bersikap layaknya teman dan membantu.
Mereka kembali membicarakan tentang pernikahan yang ingin Theo lakukan secepatnya. Setelah itu Ray dan Theo pamit dari sana lalu masuk kedalam mobil.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Mereka langsung berlalu dari sana dan tak lupa membunyikan klakson sebelum benar-benar pergi.
"Lo sudah dengar kabar?" Ucap Theo buka suara setelah cukup jauh dari rumah Rosita.
Kali ini Theo yang menyetir meski itu mobil milik Ray.
Ray membuka jendela sedikit lalu menyalakan sebatang rokok.
"Kabar apa?" Tanyanya tak minat seraya memutar radio mobil agar tak terlalu senyap.
"Jihan sudah pulang ke kotanya."
Ray berdeham tanpa berniat membalas ucapan pria itu.
Ia berusaha menepis perasaannya itu.
Ya, ia merasa begitu konyol menaruh perasaan pada seorang bocah dalam waktu sebentar.
Bagi dia itu tak mungkin dan hanya sebuah ketertarikan semata.
Jadi sebisa mungkin ia bersikap biasa saja jika mendengar kabar tentang gadis itu.
•••••
Lisa merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi tengkurap dan bantal yang memangku wajahnya.