CHAP 18

5.7K 690 46
                                    

Happy Reading(¬_¬)

•••••

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ray baru saja pulang ke rumah dengan senyuman yang terus mengembang.

"Darimana aja?" tanya Vanessa yang tiba-tiba muncul membuat Ray terkejut.

Sial.

Ray baru ingat jika istrinya itu sudah pulang.

Ia langsung merubah ekspresi nya untuk biasa saja dan berdeham pelan.

"Bukan urusanmu." Ketusnya lalu masuk kedalam rumah membuat Vanessa membuka mulutnya.

Apa-apaan barusan?

Apakah Ray baru saja bersikap dingin padanya?

Ia langsung membalikkan badannya dan mengikuti suaminya itu.

"Ray!" teriaknya dan mengikuti Ray yang mulai menaiki anak tangga.

"Ray!" panggilnya dan berjalan disebelah Ray.

Pria itu memandang lurus kedepan dan fokus menaiki anak tangga dengan memainkan kunci mobilnya tanpa menoleh pada istrinya itu.

"Pasti kamu selingkuh 'kan?!" tuduh Vanessa membuat Ray menghentikan langkahnya dan menoleh pada istrinya itu.

"Iya 'kan?!" tuduh Vanessa lagi dan sedikit memajukan tubuhnya dengan bersedekap dada.

"Kalau aku selingkuh, kenapa?"

Mata Vanessa terbuka lebar dan memandang suaminya itu dengan tatapan tak percaya.

Ray tertawa pelan dan tersenyum miring lalu kembali menaikki anak tangga.

"Hey!" tahan Vanessa lagi.

Ray membuang napas kesal dan menatap istrinya itu.

"Apa lagi?" tanyanya tak minat.

"Kamu selingkuh?!"

"Iya." Balas Ray santai dan menepis tangan Vanessa lalu menaiki anak tangga dengan cepat.

Vanessa kembali mengikuti suaminya itu dan terus berceloteh.

Ray hanya mengabaikannya dan memilih mengganti bajunya tanpa berniat membalas istrinya itu.

Ia tak berminat untuk berdebat. Pikirannya terus tertuju pada Jihan.

"Ray!" seru Vanessa membuat Ray kembali berbalik dan menatap istrinya itu.

"Ray!" seru Vanessa membuat Ray kembali berbalik dan menatap istrinya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Van ... aku capek." Keluhnya membuat mata wanita itu sedikit melebarkan matanya.

"Kamu nggak pernah ada waktu buat aku." Ucapnya lagi. "Kamu lebih pentingkan karir-mu daripada aku."

Vanessa bergeming dan mengerjapkan matanya.

"Apa yang kurang dari aku? Aku bisa menafkahkan kamu tanpa kamu harus menjadi model."

Vanessa terdiam dan mendengarkan suaminya itu.

Baru kali ini suaminya mengeluh. Biasanya suaminya itu mendukung karirnya.

Tetapi ternyata dibalik dukungan itu malah membuat suaminya tersiksa sendiri.

"Tapi it--"

"Hobi? Aku tau." Potong Ray cepat dan memegang kedua pundak istrinya itu dan menatapnya dengan lekat. "Tapi aku kecewa karena kamu menggugurkan anak kita karena hobimu itu."

••••••••

Suasana ditepi pantai malam ini tak begitu ramai.

Angin terus berhembus kencang membuat rambut Lisa berterbangan.

"Ini jagung nya." Ujar Bastian yang baru saja datang membawa dua jagung bakar.

Ya, Bastian mengajak gadis itu untuk berkencan.

Dan entah bisikan setan darimana membuat Lisa mengiyakan ajakan pria itu.

Ia langsung meraih jagung yang disodorkan Bastian dan langsung menggigitnya.

"Pegang dulu." Ucap Bastian menyodorkan jagung miliknya pada Lisa lalu membuka jaketnya dan menghamparkan jaket itu di atas pasir.

"Duduk sini." Pintanya dan mengangkat tubuh Lisa dari belakang.

"Jaketmu?" tanya Lisa bingung.

Bastian merebut jagung miliknya yang dipegang Lisa dan duduk didepan Lisa.

"Nanti baju kamu kotor."

Lisa mendecih pelan.

Kenapa pria itu terlalu berlebihan sekali?

Bagaimana bisa bajunya kotor hanya karena duduk diatas pasir?

Lagipula pasir disana juga bersih. Pikirnya.

Dan terlebih lagi kenapa pria itu duduk dihadapannya?

"Kok duduk disini?"

"Iya ... biar bisa liat muka kamu lebih jelas."

Sinting.

Memangnya Bastian pikir Lisa bisa luluh karena gombalan receh seperti itu?

Lisa memutar bola matanya malas dan kembali menggigit jagungnya dan memilih melihat ke arah lain karena Bastian menghalangi pandangannya untuk melihat laut lebih leluasa.

"Kok malah ngeliat arah lain, sih?!" protes Bastian tak suka.

"Lo nya ngapain didepan gue, om? Kan gue nggak bisa ngeliat." Gerutu Lisa.

Pria itu mendengus pelan dan bangkit dari depan Lisa lalu duduk disebelah gadis itu.

"Nggak bisa di ajak romantis." Cibir Bastian pelan.

Well.

Lisa tak perduli.

Apanya yang romantis dengan posisi seperti itu?

"Bentar lagi kita nikah." Ucap Bastian membuat gadis itu tersedak.

Bastian mengumpat pelan dan lari dari sana untuk membeli minuman.

Bodoh.

Kenapa tidak membantu Lisa untuk menepuk pundaknya dulu?

Bodoh.

Ya, bagi Lisa pria itu benar-benar bodoh.

"Minum dulu." Kata Bastian yang baru saja kembali dengan sebotol mineral ditangannya.

Ya Tuhan.

Lisa saja sudah berhenti tersedak.

Ia meraih botol itu dengan tak santai dan memberikan jagung nya pada Bastian lalu membuka tutup botol itu dan meminumnya.

"Untung aja ada warung disana." Kata Bastian lagi.

"Tapi kelamaan!" dengus Lisa setelah menyelesaikan aktivitasnya dan kembali menyodorkan botol itu pada Bastian.

"Jagung nya?" tanya Bastian saat Lisa tak mengambil jagung miliknya itu.

"Buat lo aja. Gue kenyang."

"Nggak! Makan ini." Paksanya dan menyodorkan jagung itu kembali pada Lisa.

Bastian tak suka jika ia membelikan makanan untuk seseorang tetapi orang itu tak menghabiskannya.

"Nggak mau, om."

"Makan. Cepet!"

"Nggak mau."

"Kamu pilih habisin jagung ini atau kamu yang saya habiskan?"

Tunggu.

"Banyak hotel di dekat sini, Lis."









TBC

SUGAR DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang